Ranaeia berendam dalam air hangat yang sudah disiapkan Rely atas perintah Aemond. Dia bahagia sekali hari ini, bertemu ibunya meski kehadiran Aemond yang tak terduga dan sedikit konfrontasi, tidak membuat Ranaeia berpikir itu merusak. Malah dia menjadi begitu yakin akan satu hal, bahwa bersama Aemond adalah apa yang dia inginkan, bahwa pada akhirnya dia hanya seorang wanita yang menginginkan cinta.
Berendam lebih lama, kepala Ranaeia bergerak semakin masuk ke dalam air sampai bibirnya menyentuh permukaan air. Dia tidak ingin banyak berpikir, meski dia sangat yakin saat ini Jace pasti sangat membencinya begitu dia mendengar apapun dari ibunya. Tentu saja dia bukannya ingin bahagia untuk dirinya sendiri. Ini adalah yang terbaik yang bisa dia lakukan. Untuk dirinya dan nama Targaryen.
Dia menyadari bahwa kehadirannya di King's Landing mencegah perang apapun yang akan terjadi. Itu bukan hanya pikiran naifnya, tetapi dia tahu itu karena ibunya dan juga Daemon menyayanginya. Meski Ranaeia tidak yakin itu cukup sebagai alasan bagi Daemon tetapi pasti terjadi suatu keajaiban. Keajaiban yang membuat perang apapun ini terhindarkan.
Untuk apapun yang akan terjadi ke depannya, semoga hanya akan menuju hal baik.
"Saat sendiri, kau banyak berpikir. Apa yang kau pikirkan?"
Ranaeia tidak menyadari kedatangan Aemond namun dengan segera dia menempel pada sisi bak untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan mengistirahatkan lengannya di atas sisi bak untuk menyangga dagunya.
Aemond bergerak turun hingga posisinya sejajar dengan Ranaeia diluar bak, matanya menyapu pada bahu telanjang Ranaeia. Menyadari tatapan Aemond, tangannya yang basah menyentuh pipi Aemond membuat sang pangeran tersentak oleh sensasi dingin dan panas yang Ranaeia berikan. Itu adalah efek Ranaeia baginya.
"Haruskah kubilang aku memikirkanmu?"
Tatapan Aemond menjadi lebih lemah dan rentan. Ranaeia tidak yakin apakah jawabannya kembali disalah-arti-kan?
"Kau menyesalinya? Memilihku?"
Bagi Ranaeia perubahan apapun ini sepertinya benar-benar gila. Kemana perginya Aemond yang selalu marah dan curiga padanya? Karena Aemond yang ada di hadapannya saat ini terdengar begitu peduli dengan pikiran dan pilihannya. Tetapi itu adalah Aemond, sekeras dan sekejam apapun dia membangun citra dirinya, pada akhirnya dia hanyalah Aemond baginya dan kini Aemond menunjukkan dirinya yang apa adanya. Hanya pada Ranaeia.
"Aku ingat kau bilang aku tidak bisa pergi darimu."
Aemond bersandar lebih jauh dan menekan tangan Ranaeia di pipinya. "Tapi sekarang berbeda, aku melakukannya karena tidak mengetahui apapun dan sangat marah. Tapi, saat ini aku tidak berpikir aku ingin memaksamu, aku ingin kau melihatku dengan cara yang berbeda. Aku tidak ingin membuatmu takut."
Aku ingin dicintai olehmu.
Aku ingin diinginkan olehmu, Ranaeia.
"Dan aku melakukannya.. Kau tidak memaksaku, sudah kubilang bukan? Aku memilihmu." Ranaeia mengusap pipi Aemond lembut. "Bisa lebih dekat lagi?"
Ranaeia memintanya seolah Aemond tidak sedang menahan dirinya untuk mendekat sejak tadi. Bahkan jika Ranaeia mengizinkan atau jika Aemond menuruti insting liarnya, dia mungkin sudah masuk ke dalam bak mandi dan menyentuh Ranaeia semaunya. Tapi dia tidak akan melakukannya. Dia memang menginginkan Ranaeia, tetapi dia juga mencintainya. Dan Aemond akan menghargai dan menghormatinya sebagai seseorang yang dia cintai.
Saat Aemond memilih duduk dan kali ini lebih dekat disamping bak mandi hingga wajahnya dan Ranaeia hanya berjarak satu jengkal, Ranaeia menarik kepala Aemond untuk ciuman kilat yang membuat bibir Aemond gatal untuk mengejar lebih banyak, tetapi dia tidak melakukannya karena mereka harus bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Avenoir [Aemond Targaryen]
FanfictionAemond mungkin bukan apa-apa bagi Ranaeia, tetapi gadis itu akan selalu menjadi sesuatu untuknya. Kekosongan yang dia rasakan, hampa, kebencian, kerinduan, dan juga hasratnya. Warn! 18+ only (tolong tau batasan)