Linggar tengah berjalan sambil menenteng dua kantung plastik merah besar berisi properti 17 Agustus, ketika matanya menyorot Zara. Kebiasaannya itu selalu muncul bahkan ketika ia tidak menyadarinya. Kali ini, Zara sedang berbicara dengan Soleh, Putri, dan Kenanga. Ketiga bocah yang senang mengganggu Linggar soal urusan apa pun terutama soal jajan itu, dari awal kedatangan Zara di kompleks ini, memang sangat getol menempeli perempuan berambut lurus sepinggang itu.
Langkah Linggar terhenti. Zara ... tersenyum. Ini bukan jenis senyum yang biasa Zara lukiskan di wajahnya untuk sekedar basa-basi. Ini jenis senyum yang mencapai mata. Senyum yang bisa Linggar lihat lama-lama tanpa bosan.
Zara mengeluarkan permen Yupi dari saku rok abu-abunya, yang disambut antusias oleh ketiga bocah tersebut. Putri bahkan sampai memeluk Zara, sampai Zara tertawa karena ia hampir terjatuh dari posisi jongkok. Tiap kali Zara berbincang dengan anak kecil, perempuan itu memang selalu berjongkok agar tinggi mereka sejajar.
"Kak Zara sering main ke sini, ya, walau 17 Agustus-nya udah beres," sahut Soleh dengan mata penuh harap. "Kak Zara baik amat sih, cantik juga, udah kayak malaikat!"
Senyum Zara memudar sejenak, sebelum akhirnya terbentuk kembali. Zara mengangguk perlahan. Ketiga bocah itu bersorak senang dan kini berpencar kembali main di lapangan.
Linggar berdeham, berjalan menghampiri Zara. Seiring Linggar berjalan, Zara berdiri sambil mengedarkan pandangan sebelum matanya tertuju pada Linggar. Senyum Zara melebar, menampilkan deret gigi putih yang sehat.
"Linggar!"
Tenggorokan Linggar tercekat. Ia selalu suka bagaimana Zara memanggilnya dengan nada yang ... walaupun tenang, tetapi memiliki kekuatan di dalamnya.
"Kenapa?" tanya Linggar. "Lo butuh sesuatu? Atau mau pulang? Istirahat aja dulu di rumah, di kamar adek gue. Nanti gue anter balik abis ini."
Zara menggeleng. "Bukan itu, kok," pungkasnya. "Aku cuma mau bilang, kalo aku suka di sini. Makasih udah ajak aku ke sini, ya."
Kemudian, Zara berbalik karena Syahrul memanggilnya untuk ke sisi lapangan lain. Zara berlari kecil ke arah tetangga Linggar itu dengan cara yang, di mata Linggar, lucu sekali. Beberapa pasang mata menatap tertarik dan penasaran ke arah sosok yang tampak asing dan berbeda itu, tetapi, Zara terlalu menikmati suasana untuk peduli akan itu semua.
Linggar menatap punggung Zara yang semakin menjauh seraya bertanya-tanya, apakah selain suka di sini, Zara juga ... suka hal lain?
Dirinya, lebih tepatnya.
⋆. 𐙚 ˚author note⋆. 𐙚 ˚
🎀 selamat datang di dunia zara dan linggar 🎀
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Sama
Teen FictionDari semua hal yang pernah Zara capai selama tujuh belas tahun hidup di dunia, ada satu hal yang sampai sekarang belum terlaksana-jadi peringkat pertama, bukan di kelas, tapi di sekolah. Ini bukan karena Zara berambisi jadi yang pertama atau agar m...