Bab 2

1.9K 136 2
                                    

Dua minggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua minggu kemudian.

Ghina baru saja selesai memarkirkan mobil dan hendak berjalan menuju gedung kantor saat ponselnya berdering.

"Pagi, Bu."

"Iya. Kenapa?" sahut Ghina kepada si penelepon.

"Maaf, Ibu sudah baca pesan saya?"

"Belum. Ada apa? Langsung saja."

"Ini berhubungan dengan kasus yang baru selesai kemarin."

Sudah menduga ke arah mana pembicaraan bawahannya itu, Ghina pun langsung membuka pesan yang dimaksud. Semua berita itu pada intinya membahas satu persoalan yang sama, yaitu dirinya yang berhasil mengurangi masa tahanan dan pembayaran denda oleh salah satu pemangku kursi penting di pemerintahan, tentu dengan sederet gelar tidak pantas yang disematkan untuknya. Namun Ghina tidak peduli, yang ia butuhkan hanya hasil dari kesuksesannya. 

"Iya. Lalu kenapa? Ada masalah apa?" Ghina balik bertanya karena tidak menemukan kejanggalan dari judul berita yang terkesan kasar dan menjelekkan namanya. Mungkin setelah ini ia harus memberi ancaman kepada para wartawan dan jurnalis yang mengetikkan kata-kata tidak pantas pada namanya sebagai pencemaran nama baik. Karena selama ini ia sudah cukup membiarkan mereka menulis bebas kata-kata tidak etis untuknya dan tidak sempat meladeni akibat terlalu banyak hal yang lebih penting yang harus dikerjakan.

"Di lobby kantor ada banyak orang, Bu. Mohon Ibu jangan masuk lewat pintu depan. Lewat lift di basement saja.

"Wartawan?"

"Sebagian, Bu. Sebagian lagi warga biasa."

Alis Ghina berkerut. Warga biasa?

Rasa penasaran membawanya keluar dari basement dan memantau gedung kantor dari luar. Ia bisa melihat kerumunanan manusia membawa spanduk dengan coretan, ada juga kertas karton dengan tulisan berisi kemarahan yang jelas ditujukan untuknya. Bahkan namanya berkali-kali disebut saat massa itu berteriak marah. Kalau tidak dijaga oleh pihak keamanan, Ghina yakin orang-orang itu akan langsung menerobos masuk gedung dan menghancurkan isinya.

Pada akhirnya Ghina berhasil naik dengan aman. Meski setibanya di lantai tempat kantornya berada, Ghina merasakan hawa tidak menyenangkan dan tatapan mencela ditujukan untuknya tapi ia sendiri tidak terlalu memusingkannya. Lagipula mereka memang tidak pernah menyukainya sejak awal dan selalu menganggapnya sebagai musuh publik yang harus dibenci. 

Ting!

Yasa
Mbak

Ghina
Kerja.
Gak usah ngegosip

Yasa
Gue gak ikut ngegosipin lo kok mbak
Sumpah
Gak boong
Cuman gue ikut dengerin aja hehe
Mereka bilang lo itu jahat
Pengacara paling ga bener
Bisa-bisanya nolongin koruptor
Gak ada akhlak
Itu kata mereka ya mbak bukan kata gue
Gue ngelaporin aja

LoverdoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang