Sekertaris ❌

14.5K 10 0
                                    

Sekertaris
Pagi hari ini, bahkan saat matahari belum terbit sepenuhnya, Meysa sudah sampai di kediaman Jayden. Semalam Jayden memintanya untuk datang lebih awal hari ini, entah apa yang akan dilakukan oleh Jayden tapi mampu membuat Meysa tidak bisa tidur dengan nyenyak semalam. Perkara dirinya salah mengirimkan pap di room chat atasannya itu sangat membuat Meysa malu, ia juga takut kalau Jayden akan memecat dirinya karena perilakunya yang kurang sopan.
Ya walaupun Meysa akui kalau ia suka memarahi atasannya itu di akun twitternya, tapi Meysa masih belum bisa melepaskan pekerjaannya sebagai sekretaris Jayden. Meysa tidak siap untuk hidup susah seperti dulu saat ia belum bekerja sebagai sekretaris Jayden. Jayden memang memanjakan Meysa dengan barang-barang mewah serta gaji yang tidak masuk akal sebagai seorang sekretaris. Sangat disayangkan bukan kalau ia harus kehilangan pekerjaannya cuma karena kelalaian salah kirim pap foto?
Langkah kakinya membawa Meysa masuk ke dalam rumah mewah milik Jayden. Rumah ini sangat sepi, cuma ada beberapa pelayan Jayden yang mulai mengerjakan pekerjaan mereka. Sedangkan Jayden sendiri? Sepertinya laki-laki itu belum bangun, pikir Meysa
"Pak Jayden sudah bangun?" Tanya Meysa pada salah satu pelayan yang membukakan padanya pintu.
"Belum, Bu. Mungkin bisa langsung dicek di kamarnya langsung." Ucap pelayan itu dan di angguki oleh Meysa.
la pergi meninggalkan pelayan tadi yang masih menutup pintu rumah Jayden, ia menaiki anak tangga untuk menuju kamar utama rumah ini. Jujur saja, rumah ini terlalu besar dan bahkan Meysa baru bisa menghafal denah rumah ini setelah satu bulan bekerja dengan Jayden, itu pun ia masih sering salah.
Meysa kini sudah berada di depan pintu kamar atasannya, tangannya terangkat untuk mengetuk pintu kamar itu tapi tidak ada jawaban. Meysa memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar karena pikirnya Jayden belum bangun dan benar saja
dugaan Meysa, kamar itu masih gelap dengan hanya lampu tidur di meja nakas saja yang menyala.
Dengan ragu, Meysa mendekati tempat tidur yang masih terdapat atasannya yang sedang bergulung dengan selimut. Meysa sudah berada di pinggir ranjang dan berencana untuk
membangunkan Jayden karena Jayden harus bersiap-siap untuk pergi ke kantor. "Pak." Meysa sedikit mengguncang tubuh yang tertutup oleh selimut tebal itu. Tapi usaha Meysa tidak membuahkan hasil, Jayden masih terlelap dalam tidurnya membuat Meysa sedikit berdecak.
"Pak, bangun." Meysa mencoba untuk selembut mungkin membangunkan Jayden, la mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Jayden.
SRET
Meysa mengerutkan kening bingung ketika mencium bau yang tidak asing saat ia membuka selimut yang menutupi tubuh Jayden. Dengan pencahayaan yang minim, ia dapat melihat kalau Jayden tidak mengenakan baju saat tidur membuat kedua pipi
Meysa merona. Entah kenapa ia sedikit malu melihat tubuh atasannya yang tidak mengenakan apapun.
"P-pak, bangun. Bapak harus siap-siap ke kantor." Meysa berusaha mengembalikan akal sehatnya supaya ia tidak terlena dengan pikiran kotonya.
Jayden bergumam pelan lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Meysa membuat Meysa semakin susah membangunkan laki-laki ini. Meysa naik ke atas tempat tidur walaupun cuma di ujungnya untuk kembali membangunkan atasannya ini. Tapi kakinya menyenggol sesuatu yang lembut yang ada di dalam selimut itu, ia menoleh dan mendapati beberapa tisu bekas ada disana.
Meysa berdecak kesal, ia tidak tahu kalau Jayden bisa sejorok ini, la mengambil tisu itu dan berniat menaruhnya di meja nakas di samping ranjang. Gerakan Meysa terhenti saat ia menyadari kalau tisu itu yang mengeluarkan bau tidak asing yang ia cium tadi. la menatap
horor ke arah Jayden saat menyadari kalau tisu itu adalah bekas sperma milik atasannya yang dibuang di atas tisu.
"Jadi dia semalem nyolo? Terus lemes dan gak sempet beresin gitu?" Gumam Meysa yang membuat pipinya semakin merona. la dengan cepat menggeleng pelan dan hendak turun dari ranjang Jayden untuk menghindari pikiran gila nya.
GREP
Meysa memekik terkejut saat tangannya ditarik dari belakang membuat ia kehilangan keseimbangan dan berakhir berbaring di atas ranjang. la menoleh ke samping dan melihat wajah khas bangun tidur Jayden berada tidak jauh darinya..
"Ngapain masuk kamar saya?" Tanya Jayden dengan suara yang terdengar kesal.
"Maaf, Pak. Ta-tadi saya mau bangunin bapak."
"Bangunin saya memangnya harus sampai naik ke tempat tidur saya, hm?"
Meysa menggeleng ribut, ia panik setengah mati sekarang. Apalagi saat pinggangnya di tahan oleh Jayden jadi dia tidak bisa berkutik sama sekali. la menatap wajah Jayden dengan takut-takut dan ekspresi Jayden masih sama datanya dengan tadi.
"Maaf. Pak."
"Saya gak suka tempat privasi saya di acak-acak sama orang lain, biarpun kamu sekretaris saya pun saya tetap gak suka."
"Maaf, Pak. Saya gak tahu, maafin saya."
Jayden berdecak kesal, "Dua kali kamu ngelakuin kesalahan fatal, kamu tau kan?"
Meysa mengangguk paham, dirinya takut dengan kalimat berikutnya yang akan diucapkan oleh Jayden. Apalagi dalam posisi ambigu seperti ini yang bahkan Meysa bisa merasakan hembusan nafas Jayden di dekat tubuhnya, masa dia akan dipecat dalam posisi begini?
"Pak, saya beneran minta maaf. Kesalahan saya kemarin dan hari ini tolong dimaafkan, Pak. Saya janji gak akan ngelakuin itu lagi, jangan pecat saya, Pak. Ucap Meysa sungguh-sungguh.
"Kenapa kamu jadi merintah saya?" Meysa menggeleng ribut, ia takut Jayden salah paham.
Tingkah Meysa yang panik ini membuat Jayden menahan senyum. la sebenarnya tidak semarah itu tapi ia hanya ingin mengerjai sekretarisnya ini. la juga terkejut saat bangun dan melihat Meysa ada di atas ranjangnya, seketika fantasi liarnya bekerja dengan baik pagi ini.
"Kamu gak mau saya pecat kan?" Meysa mengangguk dengan sungguh-sungguh.
Lalu Jayden semakin mendekatkan tubuhnya pada Meysa dan tangannya bergerak aktif melingkari pinggang Meysa sampai tubuh itu terkunci pada dekapannya. la melihat wajah Meysa yang memerah saat Jayden tanpa sadar menggesekkan selangkangannya yang menggembung itu pada paha berisi Meysa.
"Kamu tau kan ada yang bangun disini? Kira-kira kamu harus ngapain?"
Meysa menatap terkejut ke arah Jayden dan menggeleng pelan, "P-Pak, maksud-"
"Kamu gak mau? Ya sudah pergi sekarang dan kamu bakal kehilangan pekerjaan kamu."
Jayden hendak melepaskan pelukannya pada tubuh Meysa membuat Meysa langsung panik dan menarik tubuh Jayden tanpa sadar untuk berada di dekatnya. Perlakuan Meysa tadi membuat Jayden tersenyum miring, tapi ia tidak lagi mendekap tubuh Meysa dan ingin membuat Meysa memohon padanya.
"Kenapa? Pergi sana."
"Pak, bukan gitu..."
"Terus gimana? Mau terima tawaran sebelumnya? Udah gak berlaku, Meysa. Kamu bakal saya pecat ha-"
CUP
Meysa menarik tengkuk Jayden dan menyatukan bibir mereka. Dengan kemampuan seadanya, Meysa mencoba mempraktekkan ciuman seperti yang ia lakukan dengan FWB nya dan juga mantan pacarnya dulu. Gerakan kaku dari Meysa membuat Jayden tersenyum dalam ciuman mereka, ia membiarkan Meysa melumat bibirnya walaupun ciuman Meysa sangat kacau tapi bibir Meysa sangat manis menurut Jayden.
Tak lama ciuman dilepaskan oleh Meysa dan ia menghirup udara sebanyak mungkin karena paru-parunya sesak. Jayden menatap Meysa dengan tatapan tajam, apalagi melihat bibir mengkilap Meysa yang lipstiknya berantakan karena ciuman mereka tadi.
"Enak gak bibir saya?" Celetuk Jayden tiba-tiba membuat Meysa merona karena malu.
"Enak..."
"Saya mau lagi."
"Huh?"
"Saya mau nyicipin lagi bibir manis kamu, Meysa."
Tubuh Meysa langsung ditarik dan langsung di kukung oleh Jayden. Meysa belum selesai dengan keterkejutannya, Jayden sudah lebih dulu mencium dengan tidak sabaran bibir Meysa. Ciuman kali ini lebih baik daripada ciuman Meysa tadi, bahkan bibir Jayden terus melumat dengan tidak sabaran pada bibir manis milik Meysa.
Tangan Jayden tidak diam begitu saja, saat ia memperdalam ciuman mereka, tangannya merambat naik dan menyentuh gundukan sintal milik Meysa, la meremas dengan keras gundukan itu membuat tubuh Meysa bergerak tidak nyaman.
"Mhhh..." Meysa mendorong bahu Jayden agar Jayden tidak berbuat lebih dari ini tapi tidak dipedulikan sama sekali oleh Jayden. Tangannya terus bermain di payudara Meysa dan sekarang ciumannya turun di leher putih milik Meysa.
"P-pakhh janganhh..."
Meysa memekik sakit saat Jayden menggigit kulit lehernya membuat tanda keunguan muncul. Matanya memanas karena perbuatan Jayden padanya sekarang, tangan Jayden membuka satu persatu kancing kemeja yang dipakai Meysa sampai terpampang payudara Meysa yang ditutupi oleh bra.
Jayden menatap dengan tatapan memuja pada dada sintal milik Meysa, "Sesuai ekspektasi saya, payudara kamu memang besar, Meysa."
"Pak, udah jangan dilanjutin."
"Diem. Kamu udah setuju tadi buat ngelakuin hubungan badan sama saya, kamu mau saya pecat karena kamu minta berhenti ditengah jalan begini?"
Meysa menggeleng pelan, ia merasa remasan Jayden pada dadanya semakin menjadi-jadi membuat dirinya tidak bisa menahan desahan. Apalagi saat Jayden menyingkap bra yang menutupi payudaranya dan langsung meraup puting mencuatnya, badan Meysa tidak bisa diam merasa geli pada ujung putingnya yang terus dimainkan oleh Jayden.
"Ahhh-gatelhhh nghh..."
"Apanya yang gatel, sayang? Putingnya? Ini aku hisap kuat biar gak gatel lagi."
Wajah Meysa memerah mendengar panggilan Jayden padanya saat mereka sedang berada di situasi intim seperti sekarang. Jayden juga tidak henti-hentinya menghisap puting mencuatnya sambil memainkannya dengan giginya dan terus memainkan puting satunya dengan jarinya.
"Nghhh..."

***
full ada dikaryakarsa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One shot❌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang