𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜...
𝙎𝙚𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙗𝙖𝙘𝙖 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙛𝙤𝙡𝙡𝙤𝙬 𝙙𝙪𝙡𝙪𝙝 𝙖𝙠𝙪𝙣 𝙞𝙣𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙡𝙪𝙥𝙖 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙤𝙢𝙚𝙣𝙣𝙮𝙖 𝙮𝙖.
"𝘼𝙠𝙪 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙢𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙩𝙞𝙩𝙞𝙠 𝙝𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩𝙠𝙪, 𝙣𝙖𝙢𝙪𝙣 𝙝𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙞𝙩𝙪 𝙢𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙨𝙚𝙢𝙚𝙣𝙩𝙖𝙧𝙖"
_𝙋𝙝𝙪𝙬𝙞𝙣_
.
.
.Pond dan Phuwin sudah duduk di ruang tamu berhadapan dengan mama Pond, Phuwin yang duduk di sebelah Pond merasa takut dengan tatapan mama Pond.
"Jadi apa saja yang sudah kalian lakukan?" tanya Diana tanpa basa basi.
"Tidak ada" jawab Pond enteng seakan benar-benar tidak terjadi apapun barusan.
"Apanya yang tidak ada Pond? Jelas-jelas mama lihat kalian lagi ngapain" ujar Diana.
"Ma ayolah, itu hanya ciuman" ucap Pond jujur.
"Benarkah?"
Pond memutar bola mata malas kala mamanya ini terus menginterogasi mereka, Diana berali melirik Phuwin yang sedari tadi hanya diam menunduk di samping Pond.
"Apa benar Pond hanya menciummu tidak lebih?" tanya Diana pada sosok yang duduk menunduk di sebelah Pond.
Phuwin mengangkat wajahnya untuk menatap mama Pond, ketika wajah itu sudah terangkat dan saling tatap, Diana merasa tidak asing dengan wajah ini tapi siapa dia?
"I-iya tan" jawab Phuwin takut.
"Tunggu, apa kamu pernah datang ke rumah sebelumnya?" tanya Diana kepalang penasaran.
"Iya ma, dia yang Pond tolongin waktu itu" jawab Pond.
"Ohh, jadi kamu yang waktu itu" baru Diana ingat siapa lelaki manis di hadapannya ini.
"I-iya tante" lengkap sudah getar dan pelan suaranya memberi tanda kalau Phuwin tengah takut dan gugup saat ini.
"Hei! Jangan memanggilku tante, panggil saja mama seperti Pond ya"
"I-iya ma"
"Uhhh, manis sekali" ucap Diana gemas.
"Tapi tunggu, berapa umur kamu sayang?" tanya Diana baru sadar.
"Tujuh belas tahun ma" jawab Phuwin sedikit lega kala mama Pond tidak memarahinya.
"Ohh usia yang sangat mudah, apa mama kamu nggak marah kalau kamu belum pulang sekarang?" tanya Diana lagi yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Pond.
Phuwin menunduk, "Mama dan papa saya sudah tidak ada sejak saya kecil, sekarang saya hanya tinggal bersama tante saya"
𝘋𝘦𝘨𝘩𝘩
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Kita [END]
RomanceMenceritakan tentang kisah cinta antara seorang CEO Mudah dengan seorang siswa SMA.