Not me

116 8 0
                                    

"Maafkan aku, kak"lirih Jungwon dengan kepala yang menunduk.
"Tidak ada jalan lain?"tanya Jay.
"Ibu tidak akan pernah menyetujui kita. Maaf jika kita harus berakhir dengan cara seperti ini"
"Jungwon-ah, aku mencintaimu"Jay kembali mencoba meyakinkan sosok di hadapannya itu.
"Aku juga. Tapi ibu sakit karna aku, karna kita. Aku tidak ingin kehilangan ibu, kak"

Jay menghela nafasnya, mencoba berpikir jernih di saat otaknya terus berteriak untuk marah. Ia tak sanggup. Kekasihnya sudah sangat menderita karna keluarga nya, ia tak ingin memberi lebih banyak beban pada Jungwon.

"Baiklah"pasrah Jay pada akhirnya.
"Maaf, kak. Aku berharap kakak bisa mendapatkan bahagia yang kakak cari. Maafkan ibu ku ya? Selama ini ibu tidak pernah memperlakukan kakak dengan baik"ucap Jungwon, wajah nya terlihat menyesal sekali.
"Ya. Semua sudah ku maafkan, kau juga harus bahagia. Maaf jika selama bersama kau tidak selalu bahagia"
"Terima kasih, kak Jay"

Hening. Hanya ada Jay dan secangkir kopi yang tak ia sentuh sejak tadi. Hubungan nya berakhir karna keegoisan para orang tua. Dia tidak membenci, lebih tepatnya berusaha untuk tidak membenci.

"Hahhh, kau harus berjuang sendiri Jay. Tidak akan ada Jungwon lagi setelah ini"
.
.
.
"Kembalikan! Astaga! Itu punya ku"
"Dasar pendek"
"Yang sopan, aku lebih tua dari mu!"
"Bangga sekali menjadi tua"
"Ni-ki!!"
"Apa Sunoo?!!"

Ceklek

"Permisi"

Percekcokan yang sempat terjadi pun seketika terhenti. Sunoo berdiri dengan senyum ramah nya lalu bergerak mendekat.

"Selamat siang, tuan. Ada yang bisa kami bantu?"sapa Sunoo ramah.
"Hari ini saya ada janji temu dengan Lee Heeseung"
"Oh, guru baru?"tanya Ni-ki.
"Iya"

Sunoo mengangguk paham lalu mengantar Jay untuk mengikuti nya. Lelaki tinggi di belakang sana awalnya ingin ikut mengantar tapi di cegah.

Tok tok tok

"Kakak, guru baru nya sudah datang"ujar Sunoo setelah menyembulkan kepala nya ke dalam ruangan Heeseung.
"Suruh masuk saja"kata Heeseung.
"Silahkan"Sunoo melebarkan pintu lalu mempersilahkan lelaki itu untuk masuk ke dalam ruangan.
"Terima kasih"
"Ddeonu!"panggil Heeseung sebelum Sunoo keluar ruangan.
"Yap!"
"Tolong buatkan kopi dua ya? Suruh antar yang lain tidak apa"pinta Heeseung.
"Laksanakan"

Pintu ruangan tertutup perlahan tertutup.

"Sudah?"
"Astaga! Ni-ki!"seru Sunoo, ia terkejut bukan main.
"Ayo, kau belum jadi makan siang"ajak Ni-ki yang ternyata sudah menunggu Sunoo di depan ruangan Heeseung.
"Aku buatkan kopi dulu"
"Biar di antar yang lain saja ya? Nanti makan siang nya dingin"
"Ya sudah, kak Heeseung juga bilang begitu tadi"

Kembali ke ruangan. Heeseung terkekeh melihat teman baiknya akhirnya bersedia membantu dia menjadi salah satu guru tari di sanggar nya.

"Akhirnya"olok Heeseung.
"Sialan kau"
"Tapi bagaimana dengan cafe mu, Jay?"
"Bisa ku atasi dari sini, kau niat meminta ku kemari kan?"jawab Jay jengah, ia sudah di paksa sejak lama oleh Heeseung.
"Tentu saja! Aku harus ke Busan untuk melatih anak didik ku yang disana, mereka akan mengikuti lomba yang diadakan di Jepang"terang Heeseung.
"Lalu aku?"
"Kau akan di bantu Sunoo nanti. Yang baru saja, itu tadi adik sepupu ku"terang Heeseung.
"Adik? Aku tidak tau"
"Kau pernah bertemu sekali tapi sudah lama, dia masih kecil sekali dulu"
"Tunggu, dia yang sering di panggil "pumpkin" Jake?"tanya Jay tak percaya.
"Iya. Yang sering sekali kau mintai jadi adik mu"tambah Heeseung.
"Sudah besar sekali, aku sampai tidak ingat"kata Jay.
"Dia juga tidak ingat padamu. Nanti kau akan mengajar anak kelas menengah dan atas ya? Usia 14 sampai yang paling tua disini usia 20"
"Oke"

Ddeonu one shot 🧡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang