Ditengah mengikuti mobil Satya, tiba-tiba mobil yang dinaiki Hilya berhenti di pintu gerbang sebuah masjid ketika kumandang adzan Magrib terdengar.
Seorang laki-laki berbaju seragam hitam-hitam menghampiri mobil Hilya untuk bertanya.
"Kenapa berhenti?"
"Mbak Hilya mau salat Magrib dulu Mas," jawab Pak Jamal sopir Hilya.
Terlihat kemudian laki-laki berbaju hitam itu menghampiri mobil Satya.
"Masih mau salat Magrib katanya, Pak," kata laki-laki tersebut pada Satya dan Dirga.
"Iya."
Dirga mengangkat tangan kanannya seolah memberi isyarat agar laki-laki itu pergi.
Setelah laki-laki berbaju hitam-hitam itu pergi, Satya mulai mengajukan pertanyaan pada Dirga.
"Bagaimana ini?" tanya laki-laki berkulit putih bersih berambut hitam lurus itu.
"Sana ikuti gadis itu untuk salat di masjid!"
"Maksud kamu?"
"Untuk melancarkan rencana kita, pura-puralah menyukainya."
"Masalahnya aku tidak tahu bagaimana cara salat," jawab Satya. "Kamu tahu kan, dari kecil aku sekolah di luar negeri, dan selain itu aku juga tidak pernah belajar agama."
"Hmmmh!"
Dirga membuang napas kasar, dan mulai berpikir.
"Begini, nanti di sana, kamu ikuti saja gerakan Imam!"
"Imam? Siapa Imam? Aku tidak mengenal orang-orang yang ada di sana, jadi mana aku tahu siapa orang yang bernama Imam."
"Imam itu orang yang memimpin salat, nanti di sana semua jamaah akan mengikuti gerakan pemimpin salat atau Imam," terang Dirga geregetan.
"Oooh..."
Tidak lama setelah itu Satya keluar dari dalam mobil. Kakinya melangkah menghampiri Hilya yang saat itu tengah berdiri di teras masjid.
"Aku juga mau sholat," kata Satya kepada Hilya.
"Iya silahkan!"
Gadis yang wajahnya masih terlihat basah dengan air wudhu itu mengangguk sembari tersenyum.
"Sepatunya," kata Hilya spontan, saat laki-laki itu hendak naik ke teras masjid dengan sepatu yang belum dilepas.
Tampak wajah laki-laki berjas abu-abu itu kebingungan.
"Ini lantainya suci," tambah Hilya.
"Iya," laki-laki itu mengangguk.
"Lepas sepatumu! Lantai masjid ini suci," bisik Dirga yang tiba-tiba berdiri di belakangnya.
Terlihat setelah itu Satya tersenyum manis ke arah Hilya sembari membungkuk melepas sepatunya.
"Mas Satya tidak wudhu dulu?" tanya Hilya saat kaki Satya melangkah cepat hendak masuk ke dalam masjid.
"Oh iya, berwudhu."
Satya mengangguk-angguk sembari menoleh ke kanan dan ke kiri mencari Dirga yang tiba-tiba menghilang begitu saja.
"Tempat wudhu laki-laki di sebelah sana!" Kata Hilya dengan menunjuk tempat wudhu laki-laki yang berada di pojok sebelah kanan masjid.
"Iya," jawab Satya seraya melangkah menuju tempat wudhu yang ditunjukkan oleh Hilya.
Tiga puluh menit kemudian jamaah salat Magrib, dan dzikir bersama di masjid juga selesai.
****
"Bagaimana salat pertama kamu?" tanya Dirga saat Satya masuk ke dalam mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Spesial
RomancePengusaha kaya bernama Satya ini mengira kalau gadis yang dinikahinya adalah gadis yang bodoh, karena gadis itu berasal dari desa. Dia tidak menyangka kalau niatnya memanfaatkan gadis itu berbuntut menjadi cinta.