Satya berjalan menyusuri koridor hotel, hingga sampai di depan pintu kamar bernomor 102. Dengan raut memerah laki-laki itu mulai menggedor-gedor pintu kamar tersebut.
"Cepat buka pintunya!" teriak pria bertubuh kekar itu lantang.
Ceklek!
Secepat kilat pintu terbuka.
"Ada apa?" tanya seorang laki-laki dengan piyama warna cokelat tua itu saat membuka pintu.
Dengan bola mata menyala Satya masuk ke dalam kamar laki-laki yang terlihat mulai menguap itu.
"Brengsek!" maki Satya dengan melempar handphone yang ada ditangannya ke tempat tidur sahabatnya.
"Ada apa ini?" tanya laki-laki itu seraya mengambil handphone tersebut. "Handphone siapa ini?" tanyanya lagi.
"Bodoh!" Satya kembali memaki. "Kamu tau, gadis desa yang kamu bilang lugu dan bodoh itu? Dia adalah gadis yang sangat pintar!" teriak Satya dengan menunjuk muka laki-laki yang berdiri di hadapannya.
"Maksud kamu?" tanya Dirga bingung.
"Mana berkas-berkas nikahku?" tanya Satya sembari memeriksa laci yang ada di samping tempat tidur Dirga.
Tak lama setelah itu dia menemukan selembar kertas, copyan ijazah milik Hilya.
"Lihat ini! Gadis itu bukan gadis yang tidak berpendidikan, dia baru saja lulus S1," kata Satya dengan suara meninggi. "Bagaimana bisa kamu mengatakan padaku kalau gadis itu bodoh dan lugu? Bagaimana bisa kamu tidak tahu data ini?" tanya Satya lagi.
"Iya, iya, aku minta maaf, aku juga baru baca setelah pernikahan kalian selesai. Anak buahku bilang gadis itu hanya lulusan pesantren, karena itu aku tidak pernah berfikir kalau dia adalah mahasiswa," jawab Dirga dengan mengangkat kedua bahunya lalu duduk di bibir ranjang. "Tapi kamu tidak perlu khawatir! Apa hebatnya lulusan pesantren? Dia tetap adalah gadis yang tidak berpengalaman, dan masih bisa kita kendalikan."
Dirga berusaha meredam amarah sahabatnya dengan jawabannya yang cukup masuk akal.
"Tidak berpengalaman? Bisa dikendalikan? Kamu yakin?" Suara Satya masih meninggi.
"Asal kamu tahu ya, bahkan sebelum menikah dia telah mencari informasi tentang diriku di media sosial, untung dia hanya mencariku di website majalah bisnis, dan untung juga semua akun media sosialku telah aku privasi." Satya menatap sahabatnya penuh rasa kesal."Jadi berhenti berfikir kalau gadis itu bodoh!" pinta Satya dengan melemparkan copyan ijazah Hilya ke muka sahabatnya.
"Apalagi baru saja dia mengatakan padaku, demi baktinya kepada orang tua, dia rela melepaskan beasiswa S2nya di luar negeri untuk menikah denganku. Jadi, apa kamu masih mengira wanita yang lolos beasiswa S2 ke luar negeri adalah gadis yang bodoh?" lanjut Satya. "Dugaan kamu selama ini benar-benar salah besar!! Dan, rencana kita kali ini benar-benar kacau!" teriak Satya.
Satya masih tapak menatap Dirga dengan wajah penuh kekecewaan. Perlahan laki-laki itu menghela napas dalam, kemudian menghembuskannya, lalu duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu sembari mencengkeram kepalanya.
"Tenang!"
Perlahan Dirga bangkit dari bibir ranjang menghampiri sahabatnya yang terlihat panik itu.
"Gadis itu memang gadis yang pintar, tapi bukan berarti kita tidak bisa mengendalikannya. Seperti yang kamu bilang tadi, dia rela menikah denganmu demi berbakti kepada orang tuanya. Jadi, bukan tidak mungkin, jika dia juga akan sangat menurut dan berbakti pada suaminya demi mendapat ridho dari Tuhannya," terang Dirga lembut. "Hilya adalah gadis yang taat beragama, dan aku sempat dengan pesan ibunya saat itu, berbaktilah pada suamimu karena saat ini ridho suami adalah ridho tuhanmu. Itu artinya, gadis itu berada dalam genggaman tanganmu," lanjut Dirga dengan tersenyum licik.
Satya kembali menghelan napas setelah mendengar penjelasan dari sahabatnya. Matanya mulai berputar, pikirannya berbicara, akankan rencana pengacara perusahaan yang sekaligus sahabatnya itu berhasil.
"Dengarkan aku! Pelan-pelan kita rayu gadis itu agar dia meminta tanah warisannya itu kepada orang tuanya. Setelah tanah itu menjadi miliknya, kamu tinggal ambil alih tanah itu, dan kemudian kita urus perceraian. Setelah itu, kita tinggal pulangkan gadis itu pada orang tuanya!" Dirga kembali menjelaskan rencana jahatnya pada Satya.
"Mengembalikan dia begitu saja tanpa imbalan? Apa itu tidak terlalu kejam?" tanya Satya.
"Okey! Setelah tanah itu jadi milikmu, beri gadis itu uang seharga tanah yang kamu ambil. Dengan begitu kamu tidak melakukan kejahatan, karena kamu membeli tanah itu darinya. Urusan beres! Jadi kamu bisa pulangkan gadis itu ke rumah orang tuanya tanpa beban."
"Ya, aku rasa begitu lebih baik, terkesan lebih bermoral, meski sebenarnya kita tetap melakukan penipuan," sahut Satya dengan suara datar.
"Tidak teman, ini bukan penipuan, ini hanyalah usaha bisnis. Andai saja tua bangka itu mau menjual tanahnya kepada kita, dan tidak mempersulit rencana bisnis kita, pasti kita tidak perlu melakukan hal seperti ini."
Ucapan Dirga, seolah-olah membenarkan kalau rencana liciknya kepada Hilya dan keluarganya bukanlah sebuah kejahatan.
"Okey! Terserah kamu," sahut Satya dengan menghelan napas. "Aku rasa saat ini akan lebih baik jika kita bawa gadis itu pergi ke Jakarta, karena masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di sana. Dan tolong kamu atur semuanya dengan baik! Aku tidak mau ada masalah. Dan aku juga tidak mau kalau gadis itu sampai membuat masalah!" kata Satya dengan tegas seraya beranjak dari tempat duduknya meninggalkan kamar hotel Dirga.
***
Ternyata selama ini ada rencana besar dibalik pernikahan yang dilakukan Satya, rencana yang disusun rapi oleh Dirga pengacara sekaligus sahabatnya.
Kegagalannya membeli tanah seluas 250 hektar di kawasan tepi pantai milik Haji Abdul Ghofur, yang hendak dijadikan hotel berbintang, cafe, resto, dan tempat hiburan malam, membuat Dirga dan Satya menyusun rencana jahat itu.
Dirga memberikan saran kepada Satya untuk menikahi putri semata wayang pemilik tanah itu, karena dengan begitu, tanah milik Haji Abdul Ghofur akan lebih mudah diambil alih. Apalagi saat Dirga meyakinkan Satya kalau putri semata wayang pemilik tanah itu adalah gadis desa yang lugu, polos, tidak menarik, dan tidak berpendidikan.
Hal itu membuat Satya semakin tertarik untuk lebih cepat menjalankan rencana jahatnya, karena dia berpikir gadis yang akan dia nikahi akan sangat mudah dikendalikan.
Namun tidak disangka apa yang diinformasikan Dirga salah besar. Kini, Satya menjadi sedikit khawatir akan keberhasilan rencananya itu, karena gadis yang dia nikahi ternyata gadis yang cantik, cerdas, pintar, dan berpendidikan.
Meski Satya mencoba tenang, tidak bisa dimungkiri kalau tetap ada rasa cemas di hatinya. Khawatir kalau gadis itu akan merusak semua rencananya dan masa depannya. Apalagi saat ini sebenarnya Satya telah memiliki seorang tunangan yang sangat dia cintai di ibu kota.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Spesial
RomancePengusaha kaya bernama Satya ini mengira kalau gadis yang dinikahinya adalah gadis yang bodoh, karena gadis itu berasal dari desa. Dia tidak menyangka kalau niatnya memanfaatkan gadis itu berbuntut menjadi cinta.