CHAPTER 11

128 19 3
                                    

Selamat membacaaa <3

---------------------------------

---------------

"luna, ikut kakak beli makan buat bongbong yuk" Ajak yeri melihat luna berjongkok bermain bersama bongbong di halaman panti.

Gadis kecil itu memang selalu senang menghabiskan waktu seharian bersama kucing berbulu putih dan lebat itu disaat teman-temannya yang lain sibuk bermain dengan sesamanya, bisa dihitung dengan jari orang-orang yang sering bermain dengan luna, bukannya luna sulit berbaur, hanya saja luna tak terlalu suka keramain itu sebabnya dia sering terlihat sendirian.

Luna menoleh dengan sigap berdiri dan menghampiri yeri yang tengah mengenakan sepatu slip-on, selalu terlihat cantik dengan gaya kasualnya.
"luna mau, tapi luna belum izin sama ibu" Tangan kecilnya menepuk-nepuk dress, menghilangkan pasir dan bulu kucing yang menempel.

"kakak tadi udah bilang ke ibu kalau mau pergi sama luna kok" Ucapan yeri mampu membuat senyuman manis mengembang dari bibir luna, ia bersorak gembira meraih tangan yeri dan menggandengnya.

"yaudah ayo kakk!!" Yeri terkekeh kecil melihat kegembiraan di mata indah luna, ia mengangguk membalas genggaman luna dan mengajaknya berjalan-jalan keluar panti.

-o0o-

Di sudut dunia yang lain terdapat hawa menegangkan yang terpancar dari tatapan geram renjun. Sudah sejak 15 menit yang lalu renjun menghidangkan bubur ayam dihadapan haechan, tapi belum ada sesuap pun yang masuk ke dalam mulut haechan.

 "dimakan, bukan malah dilihatin doang" Ucap renjun memecah keheningan, dia berjalan ke meja makan dan duduk di hadapan haechan.

 Haechan menoleh menatap renjun yang sudah berada di hadapannya, ingin rasanya haechan jujur jika dia sedang tidak ingin makan apapun untuk sekarang, rasa nyeri dan sakitnya membuat dia kehilangan nafsu makan, tapi haechan juga ingin menghargai perhatian renjun yang rela sedari subuh pergi keluar berkeliling mencarikan bubur ayam yang padahal sulit ditemukan di daerah rumah haechan.

 "ini sakit ren" Adunya sembari menunjukan tangan kanannya. Perban putih yang melilit telapak tangannya dan punggung-punggung jarinya terdapat luka-luka gores yang mulai terlihat bekasnya.

 "itu tangan kiri masih bisa dipake yang ga parah-parah banget" Sebenarnya renjun tak tega melhat keadaan sahabatnya itu, hanya saja renjun sudah sangat lama mengenal haechan, dia tau jika haechan hanya beralasan, nyatanya jari-jari haechan bisa bergerak dengan lincah diatas benda pipih yang kini tergeletak di samping mangkuk bubur.

 "ga baik makan pake tangan kiri ren" Tatapan tajam renjun menyambut haechan yang baru saja menyelesaikan ucapannya.

 "lo mau makan buburnya, atau lo yang gue jadiin bubur" Ancam renjun.

 "Ren-"
 "Chann..."

 Haechan hanya bisa menghela nafas, dia mengalah, dengan berat hati ia mengambil sendok dan mengaduk buburnya. Mata renjun masih mengawasi gerak-gerik haechan, hingga suapan pertama masuk ke mulut haechan. Renjun tersenyum tipis penuh kemenangan.

 Menemani haechan yang sedang makan, Renjun menyibukkan diri dengan bermain ponsel, dia tak menyadari jika sedari tadi mangkuk haechan terlihat seperti tak berkurang sedikitpun, bahkan mengunyah satu suapan saja haechan menghabiskan waktu yang lama.

 "Ren..udah" Haechan ingin menyerah, dia tak memiliki nafsu makan sedikitpun. Renjun melirik ke haechan dan kembali menatap layar ponsel.

 "Makan lagi, sambil nonton apaan gitu yang bikin lo seneng, biasanya sambil main hp juga makanan lo habis sampe ke piring-piringnya" Haechan ingin protes tidak terima, tapi yang dikatakan renjun adalah fakta. Baiklah, haechan mengalah lagi.

NORMA (HYUCKREN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang