part 3

442 117 217
                                        

Saat Reyna, Keyla dan Della sedang asik jalan-jalan menghilangkan rasa cape mereka, sedangkan Satya sedang frustasi menghadapi Reyna yang selalu bolos sekolah, ia pun pergi ke rumah Reyna, untuk mengadukan kepada calon mertuanya itu bahwa anak gadisnya bolos yang ke sekian kalinya.

"Assalamualaikum" Satya mengucapkan salam

"Waalaikumsallam, wah ada Satya kemari" jawab pak Ronal

"Mari masuk nak, jangan sungkan-sungkan, mari duduk di sini, biar ibu buatkan teh manis hangat ya?" ajak ibu Sania

Satya pun langsung duduk bersama tuan Ronal di ruang tamu, ia merasa gugup karna dihadapannya ini bukan saja ayah dari muridnya tapi juga ayah mertuanya sendiri.

"Jadi ada apa datang kesini nak Satya? Apa ada yang mau di pertanyakan soal pernikahan kalian?" Tanya pak Ronal

"Ehm bukan pak, tapi ada masalah di sekolah, ini tentang Reyna pak" ucap Satya gugup

"Reyna? Kenapa lagi anak ingusan itu pak?" Geram pak Ronal

"Maaf pak sebelumnya, Reyna bolos sekolah lagi pak, dia saya hukum karna tak mengerjakan PR nya, dan setelah saya cek di lapangan dia tak ada pak" ucap Satya menjelaskan

"Huft anak itu selalu saja buat ulah" kesal nyonya Sania

"Nak Satya apa kah bisa pernikahannya di percepat saja? Bukan dua bulan lagi, tapi jadinya 2 Minggu lagi " Ucap tuan Ronal

Degh

Rasanya terlalu cepat bagi Satya, namun ia juga tidak bisa menolaknya, sebab mendiang ibunya sangat menginginkannya menikah, apalagi usianya sudah 26 tahun.

"Emh bagi saya setuju-setuju saja pak, tapi bagaimana dengan Reyna?" Ucap Satya

" /Saya akan paksa dia nak, saya sudah tak sanggup lagi mengurus anak pembangkangan seperti dia, semoga saja dia bisa luluh dan menurut dengan kamu nak" tegas tuan Ronal

"Ibu setuju dengan perkataan ayah, karna tak selamanya kami berdua ada untuk Reyna nak, ibu dan ayah berharap kamu bisa merubah sifat Reyna ya nak" sambung nyonya Sania

"Insyaallah ayah, ibu saya akan membimbing Reyna" ucap Satya dengan tersenyum

Setelah merasa permasalahan dengan Reyna sudah selesai, Satya pun berpamitan dengan kedua orang tua Reyna, dan pulang ke rumahnya.

SKIIIP

Saat malam hari tiba, Reyna baru saja pulang, ia mengendap-endap menuju kamarnya, dan ia berharap ayah dan ibunya sudah tidur.

Krieeeet!

Bunyi dari pintu kamar Reyna perlahan terbuka dan dengan perlahan Reyna menutupnya kembali, namun saat akan tertutup, tiba-tiba ada kaki yang menghalangi pintu tersebut sehingga tidak bisa tertutup rapat.

"Waduh kaki siapa tuh" panik Reyna dengan ketakutan.

"Reyna Ananta Wijaya! Dari mana kamu malam-malam begini baru pulang?"

Suara berat itu mengagetkan Reyna dan ia tau siapa yang menghalanginya saat ini.

"Eeh ada papah, hehe maaf yah pah" Reyna nyengir kuda sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal

"Jawab Reyna! Kenapa jam 12 malam seperti ini kamu baru pulang?" Tanya pak Ronal

"Maaf papah, tadi aku stres banget di sekolah, makannya aku nongkrong di cafe" ucap Reyna tanpa dosa

"Reyna Dengar ya kamu ini anak gadis masa ia keluyuran malam-malam, apa kamu mau di lecehkan pria hidung belang hah, tidak baik anak gadis keluyuran sampe larut malam begini." cerocos ibu Sania jengkel melihat anak gadisnya yang baru pulang itu

"Sepertinya kami berdua sepakat akan mengatur pernikahan kamu dan Satya dua Minggu lagi, agar kamu tidak berbuat seenaknya saja." sambung pak Ronal

"Sudah lah, percuma ngomong sama anak batu kaya dia, ayo pah kita ke kamar saja, pusing sekali kepala ibu" sahut ibu Sania meninggalkan Reyna yang sedang melamun.

Setelah berdebat dengan ayah dan ibunya, Reyna masuk ke kamarnya dan berfikir, bagaimana dengan nasib nya jika harus nikah dengan Satya, padahal ia masih ingin bebas seperti anak-anak lainnya.

"Huft, gimana ini ko bisa ya mereka berfikir mau mempercepat pernikahannya" batin Reyna

Tanpa tersadar Reyna kini mulai memejamkan matanya, ia merasa ngantuk yang begitu berat, hingga ia terlelap dalam tidurnya.

Keesokan harinya Reyna hanya berdiam diri di dalam kamarnya, sampai kedua orang tuanya sangat khawatir, walaupun Reyna pembangkang tapi Ayah dan ibunya masih selalu sayang kepada Reyna.

Saat asik membaca buku novel kesukaan, Vivi masuk ke dalam kamarnya, ia memiliki kunci duplikat kamar Reyna.

"Heh bocah, lu semalem balik jam 12 abis ngapain? Jual diri lu ya" sinis Vivi

"Jaga ya omongan lu kak, gue cuma abis nongkrong di aja." Protes Reyna

"Nongkrong-nongkrong mulu, heh lu seharusnya sadar diri, kalo ga nyokap sama bokap yang ngasih uang jajan, lu ga bakal bisa nongki sama temen-temen lu." kesal Vivi

"Ck, sewot banget sih hidup lu kak" ketus Reyna sambil membaca bukunya

"Denger ya baik-baik, lu tuh adik gue, kalo sampe lu kenapa-kenapa gue juga sedih, apalagi ayah dan ibu sayang banget sama elu" Ucap Vivi langsung membuang buku novel yang ada di tangan Reyna.

"Apaan sih kak!" Sentak Reyna

"Lu tuh bisa ga menghargai orang yang lagi ngomong sama lu sekarang ini?" Kesal Vivi

"Lu sekarang mau nya apa sih kak, gue juga udah di hukum sama papah, lu tau ga gua lagi kesel karna pernikahannya di percepat dua Minggu lagi" kesal Reyna

"Oooh bagus dong, kalo udah ada pawang nya berarti lu ga bisa kelayapan sesuka hati Lo lagi ya Rey" ejek Vivi sambil pergi meninggalkan adiknya.

"Ck, menyebalkan sekali" kesal Reyna.

"Papahh kenapa sih pernikahannya di percepat, kenapa ayah tak meminta pendapat aku dulu" kesal Reyna

"Untuk apa papah meminta pendapatmu? Mungkin menurut kamu ayah kejam, tapi ayah melakukan ini untuk mengubah kamu juga Rey, setelah menikah kamu akan terus berdiam diri di dalam rumah, meski pun kamu keluar, kamu akan terus dijaga suamimu." tegas sang papah

"Haduh sudah jangan berdebat terus, kepala mamah pusing tau gak denger kalian berdua ribut terus-menerus, rasanya ingin pingsan." Kesal ibu Sania

"Maaf mah tapi kan kepala mamah yang sakit, kok malah pegang perut" Ucap Reyna kebingungan.

"Eh ia ini kepala mamah" ujar bu Sania terkekeh sambil meletakkan tangannya ke kepalanya.

"Sudah ya nak kamu ikhlas saja nikah dengan Satya, lagi pula dia masih muda, tidak tua juga, lagian 26 tahun itu ga tua-tua amat " sambung Bu Sania

"Hmm terserah kalian saja" Reyna pasrah

Reyna pun terduduk lesu dan hanya bisa menuruti kemauan papah dan mamahnya itu, ntah apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi Reyna pasti tak akan bisa menolak keinginan kedua orang tua itu.

My teacher my husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang