Wireless Panties Vibrator

1.7K 5 0
                                    

Sambil tersenyum, Mayang akhirnya berhasil membuka bungkus paket tersebut. Namun, senyum di wajahnya perlahan memudar dan berubah menjadi ekspresi bingung ketika dia melihat isinya. Dia mengangkat sepasang celana dalam dengan bentuk yang aneh dan sebuah perangkat kecil yang menyertainya.

"Ini... apa, Om?" tanyanya dengan suara pelan, matanya beralih dari barang tersebut ke wajah Valdi, yang sekarang tampak lebih tegang.

Valdi merasa seluruh tubuhnya membeku sejenak. Pandangannya bertemu dengan mata Mayang yang penuh rasa ingin tahu, dan dia harus berpikir cepat untuk mencari alasan yang masuk akal.

"Oh, itu..." Valdi berusaha menenangkan dirinya, tetapi kata-kata terasa seperti tersangkut di tenggorokannya. Dia tidak menyangka situasinya akan menjadi seperti ini, dan kini dia harus mencari cara untuk menjelaskan tanpa membuat Mayang semakin curiga.

"Eh, itu sebenarnya... buat kesehatan, Mayang. Alat itu... ya, semacam alat pijat modern yang bisa membantu relaksasi," ujar Valdi, meskipun dalam hatinya dia tahu alasan itu terdengar terlalu dibuat-buat. Dia berharap Mayang akan menerima penjelasannya begitu saja.

Mayang menatap barang tersebut dengan tatapan ragu.

"Pijat? Tapi kok bentuknya kayak... celana dalam, Om?" tanyanya polos, masih mencoba memahami apa yang sebenarnya ada di tangannya.

Valdi merasa semakin terpojok.

"Iya, memang... bentuknya agak aneh, tapi itu... teknologi baru, Mayang. Banyak yang pakai buat terapi," jawabnya, berusaha keras terdengar meyakinkan meski dia tahu penjelasannya mulai terdengar semakin tidak masuk akal.

Namun, alih-alih merasa ragu atau curiga, Mayang justru menatap Valdi dengan senyum yang lebih lebar dan mata yang berbinar.

"Mayang mau coba, dong, Om. Boleh ya? Modelnya lucu banget, sih, ada hiasan bulu-bulunya," ujarnya dengan suara penuh antusiasme, seperti anak kecil yang menemukan mainan baru.

Valdi terdiam, terkejut dengan reaksi Mayang yang tak terduga. Lidahnya terasa kelu, bagai tersumbat oleh perasaan yang bercampur aduk. Di satu sisi, ia ingin menghentikan Mayang dari keingintahuannya yang semakin besar, namun di sisi lain, ia juga ingin memberikan alat itu kepadanya.

"Sebetulnya, Om beliin buat kamu, Mayang. Cuma tadinya bukan buat sekarang. Emang Mayang beneran mau coba?" tanya Valdi, ragu.

"Ya, kalau boleh sih mau banget, Om," sahut Mayang dengan nada memelas sambil memperhatikan celana dalam itu dengan penuh keingintahuan, terutama pada bagian plastik pipih agak tebal yang akan bersentuhan dengan area intimnya.

"Ini buat apanya, sih, Om?" tanya Mayang sambil menunjuk bagian tertentu pada celana dalam itu.

"Tapi ini kan belum dicuci. Kalau Mayang mau, bisa dicoba langsung, pakai di atas celana dalam yang lagi kamu pakai," saran Valdi, mencoba menyembunyikan kegugupannya.

"Oh, ya udah, sama saja seperti memakai celana dalam biasa, ya, Om?" tanya Mayang, menerima celana dalam itu dari tangan Valdi.

"Iya betul, Mayang. Nggak usah malu-malu. Om belikan ini untuk kamu, kok," ujar Valdi, tersenyum lembut.

"Ya udah, Om. Mayang ke kamar mandi dulu, ya. Mau coba pakai ini," kata Mayang, beranjak menuju kamar mandi dengan langkah ceria.

Valdi menatap kepergian Mayang, jantungnya berdebar-debar. Ia merasa gugup dan tidak sabar menanti reaksi Mayang terhadap celana dalam khusus itu.

Di kamar mandi, Mayang dengan cekatan mengganti celana dalam yang sedang dipakainya dengan yang baru dari Valdi. Ia merasa sedikit heran dengan bentuknya yang unik, tapi penasaran dengan fungsinya.

"Hmm, enak juga, nih. Lembut banget bahannya," gumam Mayang, tersenyum sendiri saat merasakan bahan celana dalam itu menyentuh kulitnya.

Setelah mengenakan kembali celananya, Mayang keluar dari kamar mandi dengan langkah ringan.

"Sudah dipakai, Om," ucap Mayang dengan senyum lebar, menghampiri Valdi.

"Wah, sudah dicoba, Mayang?" tanya Valdi, senang melihat Mayang kembali dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Sudah, Om. Enak, lho. Cuma, gimana cara terapinya, ya, Om?" tanya Mayang jujur, duduk di samping Valdi.

Valdi tersenyum, hatinya berdesir. "Sebentar, Om nyalakan dari sini." Valdi menunjukkan ponselnya, di mana ada aplikasi khusus yang terhubung ke celana dalam Mayang.

"Oh, pake ponsel, ya, Om?" tanya Mayang, mata indahnya membulat.

"Iya, Mayang. Om bisa kontrol dari sini. Coba deh, Om nyalain yang getarannya pelan dulu." Valdi menekan tombol di ponselnya, dan seketika itu juga, Mayang merasakan getaran halus di area intimnya.

"Wah, geli-geli enak, Om!" seru Mayang, matanya membelalak kaget.


//selengkapnya cek link zaap di profile

Gairah Liar Pembantu Lugu 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang