"Akan datang saatnya ketika seseorang jatuh cinta terlalu dalam, akhirnya menggoreskan luka pada dirinya sendiri. Akan datang saatnya ketika rasa cinta perlahan berubah menjadi kecewa, marah, benci, sakit, dan penyesalan."
— Jakarta, November 2014
"Len, gue suka sama lo." Galen mematung begitu mendengar kalimat yang diucapkan Arum. Otaknya masih mencerna kata-kata yang baru saja Arum ucapkan, apakah ia salah dengar?
Merasa situasinya jadi sangat canggung, Arum akhirnya memberanikan diri kembali bicara, "Tapi kalau memang lo nggak bisa bales perasaan gue, nggak papa kok."
Dirinya meremat jemarinya gugup. Bodoh, kenapa ia memilih melakukan ini? Apakah ia salah? Tapi terbesit rasa ingin pada dirinya untuk mengatakan hal itu pada Galen.
"Maaf tapi- "
Sebelum Galen benar-benar selesai berbicara Arum sudah terlebih dahulu memotongnya. "Iya, nggak papa kok. Gue nggak maksa lo buat suka balik sama gue. Gue cuman mau bilang apa yang gue rasain ke lo itu lebih dari sekedar teman."
Galen sibuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung harus mengatakan apa pada Arum. Ia sendiri terkejut dan tidak menduga hal ini akan terjadi di antara mereka berdua.
"Sejak kapan?" tanya Galen menatap Arum yang menghindari kontak mata darinya.
"Hampir setahun."
Arum merasakan detak jantungnya bertambah cepat ketika ia mengungkapkan perasaannya pada Galen.
"Gue yang selama ini ngasih lo surat diem-diem di loker."
Galen mengangguk paham, mencoba untuk tenang. Sekarang, ia tahu bahwa Arum adalah orang yang selalu mengirimkan surat setiap minggu. Kepalanya sibuk menyusun kalimat demi kalimat dengan hati-hati supaya tidak menyakiti Arum.
"Gue tau lo suka sama gue, tapi gue nggak nyangka kalau lo bakal confess. Lo berani, gue akuin itu. Tapi maaf, buat sekarang gue belum bisa bales perasaan lo. Thank you udah mau suka sama gue, gue apresiasi buat itu. Tapi sekali lagi maaf, Rum. Gue harap dan yakin lo bisa nemuin laki-laki yang lebih baik daripada gue."
Rasa sesak memenuhi dada Arum, lidahnya kelu tidak bisa mengatakan apapun, jantungnya seolah berhenti selama beberapa saat. "Iya, nggak papa kok. Gue juga ngerasa kalau lo pantas dapet yang lebih baik dari pada gue."
Waktu itu, kali pertama Arum merasakan apa itu jatuh cinta dan merasakan apa itu patah hati. Dia tidak menduga bahwa akan terasa sesakit itu. Hampir 2 tahun sudah ia mengagumi sosok Galentio Atharya Putra dan hari ini ia memutuskan untuk mengungkapkan isi hatinya.
"Gue cuman kagum kok, nggak pernah berharap." Arum rasa kata-kata yang pernah ia ucapkan adalah hal bohong. Bohong jika ia mengatakan tidak pernah berharap pada Galen.