8

322 50 1
                                    

Matahari sudah hampir menyembunyikan sinarnya, tapi tidak membuat kelima pemuda tersebut kembali ke peraduan nya masing-masing, mereka masih berkumpul diruang tamu dengan si tuan rumah yang sedang sibuk mengetik di laptop.

Sekarang sudah hampir jam 5 sore, tugas makalah yang tadi mereka kerjakan sudah hampir selesai, hanya tinggal tugas Leo yang sedang mengetiknya di laptop.

Davin dan Wain sedang bermain game, Lex sibuk menggulir beranda tiktoknya berbanding terbalik dengan Zayyan yang sedang fokus mengerjakan PR matematika nya yang sesekali dibantu Sing jika dia tidak memahaminya.

"Woi besok libur, baru aja pengumuman nya di share di grup angkatan" Seru Lex tiba-tiba menginstruksi teman-temannya.

"Wah mantap banget nih, tapi tiba-tiba banget pengumuman nya mana tadi kita juga pulang cepat karena guru rapat" Balas Davin menyahuti.

"Biarlah, yang penting bagi gue liburnya" Ucap Wain terkekeh.

"Kerena besok libur, gimana kalau kalian nginap aja disini, lagipula orang tua gue juga gak pulang malam ini, mereka masih jagain nenek gue sampai keluar rumah sakit" Usul Leo tiba-tiba, ini kesempatan agar Zayyan mau menginap disini 'pikirnya'.

"Wah boleh tuh, sekalian mau begadang nonton bareng kita" Jawab Davin menyetujui.

Mereka semua mengangguk menyetujui, begitu pula dengan Zayyan.

"Zay, lo beneran nginap kan? Jangan bilang lo mau pulang tiba-tiba lagi! " Tanya Leo memastikan Zayyan disebelahnya.

"Yaelah gak percayaan amat lo ama gue, nginep gue tenang aja lo, keknya lo ngebet banget pengen gue nginep dirumah lo" Jawab Zayyan dengan wajah pedenya menatap Leo.

"Ya iyalah, lo setiap diajak nginap selalu ada alasan, siapa tau lo mau bikin alasan lagi kan"

Zayyan hanya terkekeh mendengar pernyataan Leo.

====

Di sebuah ruang tamu rumah tingkat dua tersebut, terdapat 6 pemuda yang sedang menonton TV yang menampilkan film horor.

Mereka memutuskan untuk tidur di ruang tamu dengan beralaskan karpet, sebelumnya mereka sempat makan malam dengan memesan order makanan dari luar.

Mereka tiduran berjejer dengan Davin, Lex, Wain, Leo, Zayyan dan terakhir Sing dipojok kiri.

"Anjirr tu hantu gak ada serem serem nya coy" Timpal Wain tiba-tiba memecah suasana hening di ruang tersebut.

"Iya gak serem, soalnya lo lebih serem" Balas Davin membuat Wain menatap kesal kearahnya yang hanya dibalas kekehan oleh Davin.

"Bisa diam gak kalian berdua! " Ucap Lex kesal , celotehan dua temennya menganggu fokusnya menonton film didepannya.

Berbeda dengan tiga orang sebelah kiri yang hanya diam, walaupun yang terlihat fokus dengan film hanya Zayyan karena dua orang disebelahnya hanya sibuk menatap ekspresi yang hadir diwajah manis itu.

"Lu berdua ngapain natap Zayyan sampai segitunya! " Seru Wain mengalihkan semua atensi mereka, begitu pula dengan Sing dan Leo yang seakan tertangkap basah, keduanya langsung mengalihkan tatapan mereka kearah TV seakan tidak terjadi apa-apa.

Sebenarnya sedari tadi Wain sudah menyadari dua orang disebelah Zayyan sibuk menatap Zayyan sedari film sudah diputar, awalnya dia mencoba abai, tapi lama-kelamaan dia juga tidak tahan untuk tidak julid melihat aksi mereka berdua.

"Ha? Siapa yang natap gue? " Tanya Zayyan bingung ketika namanya terseret dalam ucapan Wain.

Sedangkan Lex hanya bisa menghelah nafas 'ada saja hal yang mengganggu', kemudian langsung mempouse film didepannya.

"Noh dua orang samping lo"

"Ya ngapain lo permasalahan tong, kayak pertama kali aja lihat mereka begitu" Balas Lex kesal.

"Ya gak permasalahan sih, kan gue cuma nanya, lumayan iklan" Jawab Wain terkekeh mencoba mencairkan suasana.

"Udah lanjut lagi filmnya" Ucap Wain seakan tak bersalah.

Setelahnya mereka dapat kembali fokus menonton film sampai selesai tanpa gangguan apapun.

====

Sekarang sudah jam 12 malam, teman-temannya sudah pada tidur, berbeda dengan Zayyan yang sekarang sedang berada di dapur.

Dia sedang membuat kopi untuk menahan kantuk matanya, tadi ketika makan malam dia juga sempat order minuman coffee, tapi sepertinya masih belum cukup untuk menahan kantuknya hingga pagi.

Setelah membuat kopi, Zayyan langsung berjalan ke arah kolam renang yang berada di sebelah kiri dapur tersebut.

Dia membuka pintu kaca yang menjadi pembatas kolam renang dengan dapur, kemudian duduk di kursi santai yang disediakan di samping kolam renang.

Dia terhanyut dalam lamunannya menatap langit sampai tidak menyadari keberadaan Sing yang sudah duduk disampingnya.

Sing menatap dalam wajah Zayyan yang melamun, pemandangan yang biasa dia lihat dari jauh tapi beberapa hari ini sudah tidak pernah dilihatnya.

"Sing" Kaget Zayyan ketika baru menyadari keberadaan Sing disampingnya.

"Sejak kapan lo disini? " Lanjutnya.

"Sejak kamu melamun menatap langit" Jawab Sing, mengubah kosa katanya (aku kamu) .

Zayyan hanya terdiam mendengar jawaban Sing, apakah Sing menyadari hal lain dari dirinya, Zayyan tidak suka orang lain melihat sisinya yang seperti ini.

"Zay, kamu lihat bulan itu, indah bukan? " Timpal Sing mengalihkan tatapannya melihat langit.

Dia tau Zayyan tentu tidak nyaman dengan situasi seperti ini, tapi mau sampai kapan Zayyan akan terus memendam lukanya, dia akan berusaha membuat Zayyan bersedia membagi lukanya kepadanya.

Zayyan hanya diam mendengar ucapan Sing menunggu lanjutan dari ucapan tersebut.

"Tapi orang-orang tidak akan menyadari keindahannya kalau bukan karena bantuan cahaya matahari yang membuatnya bersinar, walaupun sinarnya tidak seterang sinar matahari disiang hari, tapi setidaknya mampu membuat orang menyadari keindahannya dilangit malam" Lanjut Sing tapi seakan belum selesai dengan kalimatnya, kemudian dia melanjutkan..

"Dan kamu tau Zay, akulah bulan itu"

"Lalu siapa matahari nya" Timpal Zayyan seakan terbawa suasana.

Sing mengalihkan pandangannya dari langit malam, kemudian menatap intens wajah manis disampingnya "kamu".

" Ha? Gue? "

Ekspresi Zayyan yang menyiratkan ketidakpercayaan membuat Sing tersenyum menatapnya.

"Iya, Kamu adalah mataharinya, sinarmu yang membuat orang lain mulai menyadari atensiku, dan keberadaan mu yang membuat ku mulai menyadari bahwa ada yang lebih indah dari sekedar terperangkap dalam kesendirian. Tanpa ku sadari ternyata cahaya mu hanya mampu menerangi hidupku tapi tidak dengan hidupmu, karena siapa yang menyadari dibalik teriknya cahayamu, kau menyimpan luka yang tidak terkira. "

Hati Zayyan mencelos mendengar pernyataan panjang Sing, sejak kapan Sing menyadarinya.

"Gue ba-"

"Zay izinkan aku menjadi tempatmu berbagi, mungkin kamu bisa menutupinya dari orang lain, tapi aku mohon jangan jadikan aku bagian dari orang lain itu Zay" Lanjut Sing memotong ucapan Zayyan, dia tau Zayyan akan menutupinya lagi.

Zayyan terdiam, dia mengalihkan pandangan nya dari Sing, tidak ingin menatap tatapan tulus itu, dia takut goyah dan berujung menunjukkan sisi lain yang selalu dia tutupi selama ini.

"Bisa tinggalkan gue sendiri Sing" Pinta Zayyan tanpa menatap Sing.

"Hm baiklah" Balas Sing menyetujui sambil berlalu dari sana, dia memakluminya. Saat ini dia tidak akan memaksa Zayyan, setidaknya Zayyan menyadari bahwa dia tidak sendirian, bahwa kapanpun Sing siap mendengar keluh kesahnya.







Jangan lupa vote dan komen.

To be continued.......

Izinkan Aku Pergi •Zayyan Story• ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang