Tempat yang Asing (5)

1 1 0
                                    

Serangan si Wendigo mengenai perutku.

Darah dengan cepat menyebar di pakaianku.

Aku membuat jarak dan menutupi lukaku dangan tanganku. Asap tipis muncul di luka yang baru saja kuterima.

Makhluk itu seolah tertawa.

Hsss...

Aku menerima banyak luka dan [Regeneration] bekerja terus menerus untuk memulihkan lukaku. Tapi hal itu juga membuat staminaku cepat berkurang.

Dia tidak memberikan jeda dalam serangannya. Bahkan saat ini dia terus menyerangku tanpa henti.

Aku harus menahan sakit di perutku ketika aku bergerak. Darah bahkan menyiprat ke wajah si Wendigo dan dia menjilatnya dengan senang.

Menjijikan.

Si Wendigo mengangkat tangan satunya untuk menyerang. Di saat yang bersamaan aku mengulurkan tanganku.

Levi melesat cepat dari belakang tubuh si Wendigo. Menancap di punggungnya yang membuat dia terdorong dan membatalkan serangannya.

Aku melompatinya dan menendang salah satu tombak yang ada di punggungnya. Dia terdorong dan jatuh.

Aku kembali mengulurkan tanganku saat berada di udara. Levi yang menancap di punggungnya tercabut dan kembali ke tanganku.

Aku mengayunkan Levi, dan secara bersamaan beberapa gumpalan es terbentuk dengan bentuk yang tajam. Gumpalan es itu melesat ke arah si Wendigo yang tersungkur.

Si Wendigo berbalik dan melindungi diri dengan kuku besarnya.

Aku melempar belatiku pada makhluk itu yang menancap ke matanya. Bersamaan dengan itu, aku kembali menciptakan gumpalan es yang memadat di bilah Levi.

Bilah es tersebut membentuk sebuah Greatsword yang tidak sempurna yang menambah berat dari serangan yang akan kulakukan.

Aku melompat tinggi dan mengayunkan pedangku secara vertikal. "HAAATTT..."

Makhluk itu menahan seranganku dengan kedua tangannya hingga membuat tanah yang dipijaknya menjadi retak.

Dia meraung dengan ganas.

Aku memeras semua Mana yang ada dalam tubuhku untuk memperpadat bilah es yang menyelimuti Levi. Bersamaan dengan itu, kedua tanganku menghitam dan terus menyebar hingga ke sikuku.

Bilah es tersebut semakin besar dan padat hingga akhirnya ukurannya melebihi si Wendigo.

"HAAAAA!!!"

Suara raugan terus terjadi hingga akhirnya raungan itu perlahan menghilang.

Aku melepaskan seranganku saat mendarat. Gumpalan es pecah dan menghilang bersamaan dengan Mana yang menyebar.

Si Wendigo terbaring dengan tubuh yang remuk karena menahan berat dari gumpalan es raksasa. Beberapa tombak yang ada di punggungnya juga terlihat menembus tubuhnya. Walaupun tombak itu hancur atau patah karena es-ku tadi. Tapi mungkin karena itu aku bisa mengalahkannya dengan cepat.

Belatiku yang ada di matanya pun menencap dalam di kepalanya.

[Kita berha- Ah, untung aku tidak mengatakannya.] Levi seolah menutup mulut dengan kedua tangannya.

Aku menebas kepala si Wendigo dan menusuk jantungnya beberapa kali untuk memastikan kalau dia benar-benar mati.

Darah hitam dengan aroma yang luar biasa busuk muncul.

Aku terduduk. Megambil napas dalam.

Ini kesempatanku. Adrenalinku belum menghilang.

Aku menciptakan bongkahan es untuk menutup pendarahan di lukaku.

Fantasia Line [Story I - A Way Out]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang