Tempat yang Asing (2)

1 1 0
                                    

"Kau bahkan tidak bisa melakukan tugasmu sebagai seorang anak! Enyahlah dari sini!" suara seorang pria paruh baya yang memekakkan telingaku muncul.

Dia mengangkat tangannya dan menampar wajahku dengan keras.

Suara tamparan itu menggema di seluruh ruangan.

Aku jatuh terduduk karena tamparan itu.

Selanjutnya, seorang wanita yang sepertinya seumuran dengan si pria hanya bisa melihat ke arahku tanpa ekspresi. Dia hanya menatapku, namun tatapannya benar-benar dingin. Tidak ada emosi sama sekali walaupun pria di hadapanku tengah berteriak dan menamparku.

Ah. Aku ingat.

Hal ini terjadi saat aku gagal di ujian untuk memasuki universitas yang membuat kedua orang tuaku sangat kecewa saat itu.

Mereka benar-benar menyalahkanku hingga mengusirku dari rumah.

Sejak saat itu, aku hidup sendirian di ibukota. Mendapatkan pekerjaan dan menjalankan hidupku tanpa keluargaku.

Tiba-tiba pandanganku menggelap dan semuanya menjadi hitam.

***

"Hngh..."

Mataku perlahan terbuka.

Langit malam berbintang menyambutku saat aku benar-benar sadar.

Seperti Milky Way yang pernah kulihat di internet. Langit dihiasi bintang yang membentuk seperti aliran sungai.

Angin malam kemudian menerpaku. Membawa bau amis yang menyengat saat memasuki hidungku.

Aku tersentak saat mengingat apa yang terjadi sebelum aku tak sadarkan diri.

Aku bangkit dan melihat ke sekitarku.

Betapa terkejutnya aku ketika menyadari kalau di sekitarku banyak sekali benda yang tidak jelas bentuknya. Akan tetapi aku mengetahui benda-benda apa itu.

[Bagaimana? Aku menepati perkataanku 'kan?]

Lagi. Sebuah suara berbicara padaku.

Ah, pedang itu...

Sebuah pedang hitam dengan bilah biru muda berkilau memantulkan cahaya dari sekitar.

Berbeda dari sebelumnya, pedang itu tidak usang dan terlihat seperti pedang yang baru saja mendapatkan perbaikan.

[Ada apa denganmu? Baru pertama berbicara dengan orang lain?]

Nada bicaranya masih menyebalkan.

[Jangan hanya diam saja, hei!]

Aku bangkit, membersihkan pakaianku, dan pergi meninggalkan pedang itu.

[He-hei!]

Rasa menyengat tiba-tiba muncul di perutku. Membuatku kembali duduk saat aku mencoba berdiri.

Ah, benar... Aku terluka.

[Kau tidak bisa pergi 'kan? Hihi.]

"Diamlah."

Pedang itu diam sebelum akhirnya kembali berbicara. [Kau tahu? Aku bisa menyembuhkanmu.]

"Ucapanmu tidak bisa dipercaya. Kau tidak ingat kalau kau melahapku?" tanyaku curiga.

[Ayolah~ Aku hanya bercanda- Jangan menatapku seperti itu!]

Aku hanya diam menatap pedang itu.

Dia kemudian mengubah topik pembicaraannya, [Apa kau tahu tentang [Contract]?]

"Perjanjian dua pihak yang biasa dilakukan oleh para pedagang?" jawabku singkat.

[Mm. Perbedaannya adalah pihak yang melanggar akan mendapatkan hukuman secara otomatis oleh Dunia ataupun Mana.]

Fantasia Line [Story I - A Way Out]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang