Pertemuan (3)

1 0 0
                                    

"Rena!"

"Aku tahu."

Seekor kucing hitam bertanduk satu mengibaskan ekor panjangnya yang tajam ke arahku.

Aku menangkisnya sementara Rena memberikan serangan terakhir padanya.

Ah, benar.

Beberapa jam lalu, aku dan Elf yang sebelumnya kutolong berkenalan.

"Aku Renala Valhart. Panggil saja sesukamu."

Kami banyak berbincang setelah makan. Dia meminta maaf karena telah menikam dan mengancamku. Dia juga berterima kasih padaku karena telah menolongnya.

Dari mana dia mengetahuinya?

[Kurasa dia tipe anak yang disukai para Roh.]

'Karena itu di sekitarnya selalu ada cahaya yang berkelip?'

[Mm. Roh adalah makhluk yang seenaknya sendiri, jadi aku tidak mengetahuinya,] Levi menjeda kalimatnya. [Apapun itu aku masih tidak menyukainya.]

Aku hanya terkekeh membalasnya.

Yah, setidaknya aku berterima kasih padanya untuk jubah yang dia berikan.

"Hei!"

Aku berbalik ke arah suara.

Seekor kucing melompat melewati wajahku dengan cepat.

Aku menangkap ekor kucing itu dan melemparnya ke pohon.

"Kenapa kau tidak membunuhnya?" tanya Rena sebal.

"Mereka hanya kucing yang imut 'kan?" jawabku singkat.

"Mereka? Mereka makhluk buas kau tahu?! Ekor mereka saja memiliki racun yang bisa melumpuhkan sekawanan Ash Wolf."

Beberapa kucing bertanduk mendesis. Ekor mereka yang panjang menggeliat seolah hidup.

Aku melihat mereka sejenak.

Ini pasti akan membuatku merasa sedih.

[Kau orang yang bisa menangkap Ash Wolf hanya untuk menyalakan api unggun, tapi kau ragu untuk membunuh para kucing itu?]

Aku mengernyitkan dahiku tanpa membalas Levi.

"Menjauhlah saat kuberi tanda." ucapku menyimpan belatiku di pinggang.

Rena hanya melirikku.

Aku mengayunkan Levi. Memunculkan gumpalan es yang berbentuk anak panah.

Anak panah es itu melesat ke arah tiga ekor kucing yang bersiap untuk menyerang.

Mereka berpencar untuk menghindari seranganku.

"Rena!" seruku.

Rena yang sudah berada di dahan pohon hanya diam melihatku.

Aku mengayunkan Levi dan menguras Mana-ku untuk membuat es yang akan memerangkap musuhku.

Mungkin orang lain akan heran, kenapa aku menyerang dengan serangan besar hanya untuk beberapa ekor Poisonous-Tailed Cat. Tapi yang kuincar adalah makhluk yang sejak tadi mengawasi kami.

Rambatan es-ku melaju ke dalam semak dan seketika suara pekikan terdengar dari semak itu.

Seekor Lamia memekik keras dan memberontak. Dia mengayunkan ekornya dan dalam sekejap pohon-pohon di sekitarnya tumbang. Para Poisonous-Tailed Cat menyebar dan kabur.

Makhluk itu membebaskan diri dari es-ku dan menatapku tajam.

Aku bisa merasakan niat membunuhnya yang sangat kuat.

Fantasia Line [Story I - A Way Out]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang