Pertemuan (2)

1 0 0
                                    

Aku menghela napasku sambil mengibas-ngibaskan pakaian yang baru saja selesai kucuci.

Beberapa saat lalu aku bangun dengan seorang Elf yang menodongku dengan senjatanya.

"Kau! Si-siapa kau?!" tanya si Elf mengancamku.

"Te-tenanglah, ya... Aku bukan musuhmu."

Mata bulat dengan iris hijau zamrudnya menatapku dengan tajam. Jika bukan karena ada sesuatu yang aneh di kepalaku, aku pasti sudah merasa ketakutan. Ah, aku akan menyebutnya [Serene Mind].

"Ka-kau bisa terus menodongku, tapi dengarkan aku, ya."

Si Elf hanya diam.

"Aku Aresta. Aku menyelamatkanmu semalam karena ingin bertanya jalan keluar dari hutan ini. Aku tidak melakukan hal yang membahayakanmu. Sungguh." jelasku secepat dan sesingkat mungkin.

Mata si Elf kemudian bersinar redup. Sekejap pupilnya berubah bentuk menjadi seperti kelopak bunga.

Dalam satu kedipan, matanya kembali normal dan dia pun menarik belatinya dari leherku dan bangkit.

"Aku akan mengawasimu!" ucapnya sebelum berjalan masuk ke kedalaman gua.

Aku duduk sambil mengeluarkan napas lega.

[Dasar tidak tahu terima kasih!]

Yah, dengan semua kejadian semalam, aku bisa mengerti kebingungannya saat ini.

'Kau bilang Elf itu bangsa yang sangat waspada 'kan? Anggap saja dia seperti itu.'

[Tapi tetap saja-]

'Bersabarlah, Levi.'

Levi hanya diam dan tak membalasku.

Lalu kembali ke saat ini.

Matahari berada di singgasana tertingginya, tapi seperti biasa, dahan pohon yang rimbun menghalangi sinar terik langsung ke permukaan tanah.

Aku duduk sambil menunggu kemeja dan rompiku yang kujemur di bebatuan.

Di sisi lain, si Elf hanya melihatku dari bebatuan yang didudukinya.

Kukira seorang Elf akan bersikap anggun seperti angsa, tapi kenyataan di depanku adalah seorang Elf yang justru seperti perampok yang bersiap dengan senjata di tangannya.

Dan lagi, dia bisa saja pergi setelah keluar dari gua, tapi kenapa dia memilih untuk tetap di sini?

[Orang tidak tahu diri itu benar-benar mengawasimu.]

Aku menghela napasku.

[Daripada itu, Master. Saat kau tidak sadarkan diri, hubungan kita menjadi sangat tipis. Apa yang terjadi?] tanya pedang itu penasaran. Aku bisa merasakan kekhawatiran bercampur di suaranya.

'Hubungan? Ah,' aku kemudian menceritakan apa yang kualami di ruang putih yang aku kunjungi.

[Kurasa makhluk di [Mind Realm] Elf itu tidak menyukaimu.] dia menjeda kalimatnya. [Yah, kebanyakan makhluk yang ada di [Mind Realm] seseorang tidak akan menyukai orang asing yang masuk ke wilayah mereka.]

'Tapi kau mengerjaiku dengan memakanku padahal kau ada di [Mind Realm]-ku.'

[Ahahaha...]

Yah, apapun itu. Kurasa hal baik karena aku kembali dengan utuh.

Itu juga membuatku bertanya-tanya. Kenapa bisa ada pelindung yang melindungiku di dalam [Mind Realm]-nya?

***

Elf.

Bangsa yang biasa disebut peri hutan.

Bangsa tersebut biasanya ahli dalam sihir dan membuat pemukiman di pedalaman hutan.

Fantasia Line [Story I - A Way Out]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang