[18] PERTENGKARAN

110 95 6
                                    

SMA 3 TARAMUDA

07:50

"Jangan nangis..." Sintiya terus mengelus punggung gadis itu dengan lembut. Dia semakin terisak, tatkala melihat pujaan hatinya yang baru masuk ke kelas dan hanya meliriknya sekilas.

"Hiks... hiks... hiks... Deka jahat!"

Wahyu berjalan menghampiri bangku tersebut. Wahyu menggeretakkan gigi dan langsung memukul meja itu dengan kasar. Seisi kelas tersentak kaget, dan langsung melesatkan mata mereka ke arah kedua sahabat itu. "Bisa-bisanya lo santai gini! Aurel nangis karena lo, bajingan!"

Deka membuang bekas gula-gula karetnya disamping kiri. "Gue gak peduli."

Wahyu sangat marah dan langsung menarik kerah bajunya, sampai pantat pemuda itu beranjak dari bangku. Semua orang nampak heboh, terutama Aurel. Wahyu menatapnya dengan tatapan mematikan. Sedangkan, Deka tampak tak acuh dan santai saja.

Wahyu berteriak. "Lo jangan pernah main-main sama gue, Deka!"

Aurel berusaha melepaskan tangan kakaknya yang masih menarik kerah baju milik kekasihnya. "Kak! Tolong lepaskan!"

Aurel terus mendekatinya dan mau memegang lengannya. Namun, ia tak ingin disentuh dan langsung mengambil tas lalu melenggang pergi dari kelas.

"Bajingan! Mau kemana lo!?"

Aurel menangis lagi, hingga tubuhnya tersungkur dilantai. Wahyu dan Sintiya langsung membantu gadis ini. Wahyu memeluk Aurel lalu mengelus lembut pucak rambutnya. "Jangan nangis."

"Dekaaaaaaaa... aku mau Deka!"

Wahyu membatin. "Lo udah berani buat adek gue nangis. Lo melakukan kesalahan besar Deka!"

Wahyu sangat marah, pasti karena gadis culun itu. Persahabatannya nyaris hampir rusak. Apa yang menarik dari gadis itu? Sampai Deka terus dikabarkan dekat dengannya?

                                ****

Kirana ditatap sinis oleh orang-orang. Tapi anehnya, mulut mereka terkunci. Kirana heran, biasanya mereka akan mencibir. Namun, kali ini tidak. Kirana ingin berjalan menuju kelasnya tiba-tiba saja ada tangan kekar yang menarik kasar lengannya.

"L-lepas kak. Sakit..." ucapnya lirih.

Wahyu semakin mencekramnya. "Sakit hati adek gue lebih besar dari ini!"

Wahyu menatap Kirana dengan tatapan benci dan langsung menghempaskan lengannya dengan kasar. Kirana langsung meniup lengannya yang memerah. "Lo habis pelet apaan kedua sahabat gue? Sampai mereka tunduk ke lo!?"

"P-p-elet? Aku gak pernah kayak gitu kak."

"Lo gak usah deket-deket sama sahabat gue. Deka milik Aurel, milik Aurel!"

"Atau lo---" Wahyu berhenti melanjutkan omongannya. Tatkala ia melihat Rahmat yang sedang berjalan menuju ke arah mereka berdua. Wahyu langsung berdecih lalu pergi meninggalkan gadis itu, tak lupa tatapan benci ia lemparkan kepadanya.

Rahmat menatap kepergian sahabatnya dengan kerut bingung. "Wahyu?"

"Ha-hay kak..." sapanya dengan sedikit gugup.

"Lo ngapain berdua disini sama Wahyu?" tanya Rahmat, membuat gadis itu meremas roknya.

"Em. Anu..."

"Awas aja kalau lo berani ngadu sama Rahmat, gue gak akan segan-segan buat lo menderita. Ngerti!?"

"Kirana?" panggil Rahmat. "Lo gapapa? Jawab pertanyaan gue."

"Anu... em, tadi gak sengaja ketemu."

"Serius? Dia gak ancam, atau apa-apain kamu kan?"

"Gak kok kak. Alhamdulillah, gak ngancem."

Kirana berbohong, dia takut dengan ancaman Wahyu tadi. Dia juga tidak mau hubungan kedua sahabat ini jadi rusak hanya karena Rahmat ingin membelanya. Dia juga tidak ingin di cap sebagai benalu dalam hubungan persahabatan ketiganya.

Rahmat sangat membenci orang yang berani menyakiti sesuatu yang dia sayang. Bahkan, pemuda ini tak segan-segan mengampuni orang tersebut, meski orang itu sudah bersujud dan meminta maaf kepadanya.

"Kak... aku mau ke kelas, bentar lagi guru masuk," pamitnya hendak mau melangkahkan kaki. Tangan hangat itu langsung mencegat lengannya.

"Beritahu gue. Siapa saja orang yang selalu bullying lo selain Niky?"

"Emang kenapa kak?"

"Gapapa. Gue cuma mau tau aja."

"Temen kelasnya aku. Namanya Serlin,
Vio, dan Rilen."

"Berapa kali mereka bullying lo?"

"Hampir tiap hari kak. Kadang aku
juga dijadiin babu..." adunya.

"Contohnya?"

"Disuruh ke kantin buat beliin mereka, terus aku bawain pesanan mereka tiap hari..."

"Pakai uang lo atau uang mereka?"

"Pakai uang mereka kak. Aku cuma disuruh, munkin mereka males jalan, soalnya jarak kantin dan kelas agak jauh."

"Kemarin kan pesanan mereka tumpah? Terus gimana pas lo balik?"

"Mereka marahin aku... terus aku didorong sampai badan aku terbentur ditembok, kadang aku dicekik, disiram pakai air, buku aku juga kadang disobek atau tugas aku mereka contek tiap hari... kalau gak dikasih, mereka pasti  akan marah."

"Kapan terakhir kali mereka bullying lo?"

"Cuma kemarin kak. Munkin tadi mereka lagi malas buat buly aku..."

Rahmat tersenyum miring. "Mereka tidak akan membuli lagi."

"Maksudnya kak?"

"Gapapa. Kita doakan saja."

"Gimana kak? Aku gak ngerti," ucap Kirana tercengang.

"Allah maha adil. Percayalah, Allah akan membalas perbuatan jahat mereka. Kita sebagai hambanya hanya bisa selalu sabar menghadapi orang seperti mereka."

"Oh, iya kak. Aku sabar terus kok, semoga Allah memberi mereka hidayah untuk cepat bertaubat."

"Amin."

●●●

BERSAMBUNG...

VOTE☆

NEXT>>>

DEWARA THE SERIES (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang