Unicorn 03 Pencuri
"Bria, anda siapa?" kataku sambil balik bertanya.
"Panggil saya madame Mock. Saya suka sekali dengan gadis kecil yang menggemaskan sepertimu. Kau suka bermain?" Tanya wanita yang mengaku madame Mock itu.
"Tentu. Aku suka bermain dengan boneka unicorn ku. Aku juga suka bernyanyi. Kata madame Nnay, aku pintar bernyanyi. Suaraku merdu" jawabku jujur. Bukankah madame Nnay selalu bilang begitu? Suaraku memang merdu. Boneka unicorn ku selalu terlihat gembira mendengarkan aku bernyanyi untuknya. Dan aku juga sudah tidak gugup lagi bila menyanyi didepan kelas. Karena aku membayangkan Septa dan boneka unicorn sedang menontonku bernyanyi.
"Wow. Luar biasa. Kau pandai menyanyi rupanya. Apa kau bercita cita menjadi penyanyi?" Tanya madame Mock kepadaku. Aku benar benar bingung menjawab pertanyaan itu. Madame Mock ini benar benar seperti madame Nnay yang seakan ingin aku menjadi seorang penyanyi bila sudah besar nanti. Padahal aku hanya ingin bergembira saja. Aku tak tahu nanti akan menjadi apa? Guru menyanyi seperti madame Nnay? Atau kepala sekolah yang selalu dihormati orang seperti pakdhe? Atau seperti pakdhe sendiri yang bebas menghukum siapa saja yang nakal tanpa ada yang berani melawannya, termasuk aku.
Madame Mock tertawa memperlihatkan deretan giginya yang putih dan indah. Dia sering menggosok gigi dengan rajin tampaknya. Bukankah gigi ku sudah banyak yang tanggal dan aku pernah nyaris ompong? Untung beberapa kemudian tumbuh lagi. Hanya tinggal sedikit yang masih goyang dan sering kumainkan dengan lidah. Tetapi tidak tanggal tanggal juga.
"Kau masih kecil. Wajar bila belum tahu tentang cita cita. Ibu mau tanya, apa yang kau inginkan? Atau ingin menjadi seperti siapa bila sudah besar nanti?"
"Saya tidak ingin apa apa. Tetapi yang pasti saya ingin banyak teman. Eh.. Kenapa madame menanyakan itu?" tanyaku segera. Apakah dia datang untuk mendidikku? Menjadi guru pembimbingku? Pasti menyenangkan sekali. Madame itu kembali tertawa. Pasti dia seorang yang periang. Bukan pemurung sepertiku. Pasti banyak sekali temannya.
"Apa pakdhe meminta madame untuk menjadi guru privatku? Ricky juga punya guru privat. Tetapi dia tidak menyukainya karena gurunya menyukai ayahnya. Mereka selalu bicara dengan berbisik bisik." kata ku menceritakan tingkah laku tidak sopan guru pembimbing Ricky.
"Eit! Tidak boleh membicarakan orang dewasa. Itu tidak baik. Ok.. Saya hanya diminta datang untuk memeriksa keadaanmu. Itu saja!" kata madame Mock membuatku heran.
Aku baik baik saja dan sedang tidak sakit. Aku sehat. Hanya kali ini aku sedang malas. Mbak Rasmi situkang lapor itu membuatku tidak suka tinggal disini. Tetapi aku tetap baik baik saja. Toh aku tak pernah peduli kepadanya. Jadi madame ini hanya diminta melihat keadaanku saja. Dan setelah tahu aku baik baik saja, selanjutnya dia mau apa?
"Anda tidak akan tinggal disini?" tanyaku berikutnya. Aku sedikit berharap.
Madame Mock tersenyum lagi, "tidak. Saya tidak diminta tinggal. Tetapi kalau kau mau, kau bisa meminta madame untuk sebentar sebentar menengok mu." katanya menghibur. Aku suka dia. Cantik dan dewasa. Tidak seperti mbak Rasmi yang bawel dan usil. Suka melarang dan pernah membentakku dengan kasar. Tetapi pakdhe selalu membelanya. Seandainya sicantik lembut ini menggantikannya, pasti masakannya enak. Dan aku pasti suka.
"Madame bekerja dikeluarga siapa? Saya bisa minta bantuan pakdhe untuk memindahkan anda kerumah ini. Saya suka kepada anda. Cantik sekali seperti ibu saya." kataku mencoba merayu. Dan dia tersenyum lagi. Ibu.. Dia benar benar sepertimu. Suka tersenyum kepadaku.
"Baik. Nanti akan saya bicarakan. Untuk hari ini, saya sudah melihat keadaanmu baik baik saja. Dan madame berjanji akan sekali sekali melihatmu." kata madame Mock lembut. Dan aku hanya bisa kembali bersedih. Tetapi bukankah dia sudah berjanji? Aku bisa menagihnya kapan saja. Awas kalau berbohong!
___
Keesokan harinya, aku kesiangan. Dan hawa pagi begitu dingin. Dari jendela kamar tidurku, aku melihat hujan sedang turun dengan derasnya. Pasti pakdhe juga akan malas menjemputku. Kenapa aku bisa terbangun sesiang ini? Mungkin karena aku lama bermimpi bermain dengan Septa dan boneka unicorn. Kami mengerjai mbak Rasmi yang menyebalkan itu sampai dia berteriak teriak histeris. Toh aku hanya menumpangkan secarik kain putih di punggung unicorn yang sedang digendong Septa sambil berlari mengelilingi ruang tengah? Bukankah itu tidak mengganggu barang barang dirumah? Mungkin hanya sebuah vas keramik ibu yang dilempar Septa ke tengah ruangan. Tetapi kenapa harus sepanik dan setakut itu? Bukankah itu hanya dalam mimpi?
Aku yakin sebentar lagi pasti mbak Rasmi akan marah besar karena pintu kamar ku kunci dari dalam dan dia tidak bisa membukanya untuk membangunkan aku. Dengan enggan aku turun dari ranjang. Selimutku kubiarkan begitu saja. Itu pekerjaan mbak Rasmi untuk membereskannya, seperti yang biasa dilakukannya setiap pagi. Dengan sandal buaya, aku melangkah ke pintu. Suara klik terdengar begitu aku membukanya. Dan kulihat ruang tengah sepi. Hanya.. Sedikit berantakan.Sejak kapan mbak Rasmi lalai untuk membersihkan ruang tengah? Barang barang mainanku di sebar berantakan. Juga barang barang Septa. Dan beberapa baju ibu yang indah dan cantik, seandainya ibu masih hidup, tentu beliau akan murka berat. Dan Mbak Rasmi bisa dipecat segera.
Aku berjalan menuju boneka unicorn yang tergeletak di tengah ruang luas itu. Dan kugendong untuk kubawa kembali masuk kekamar tidurku. Sayang sekali bila dia ikut berantakan disitu. Belum mencapai pintu kamarku, aku mendengar suara wanita merintih kesakitan. Aku menoleh kearahnya.
Ya ampun.. Itu mbak Rasmi. Kenapa dia sampai tertindih almari besar berisi barang barang antik ibu? Apakah dia mau mencuri sesuatu dengan memanjat almari besar itu? Pasti almari itu terguling ketika tubuh gendut mbak Rasmi memanjatnya. Dasar kurang kerjaan. Apa gaji dari pakdhe kurang sampai harus mencuri sesuatu dari rumah ini?
Aku menghampiri mbak Rasmi dengan boneka unicorn masih dalam dekapan ku. Tampak dia begitu ketakutan. Dan kulihat ketakutannya mampu mengalahkan rasa sakitnya. Dia tak mampu bicara karena punggungnya terjepit almari yang berat. Bagaimana aku bisa membantunya? Kemudian aku teringat dengan pakdhe. Aku berlari menuju buffet tempat telepon rumah diletakkan di atasnya. Dan aku memutar nomor nomor yang dulu selalu kugunakan bila ingin bicara dengan ibu. Nomor yang tertulis di sebuah mika yang menempel di kayu buffet.
"Pakdhe bisa datang kerumah? Mbak Rasmi terhimpit almari besar sampai tidak bisa bergerak. Bang Ipul tidak ada dirumah. Cepat datang bantu mbak Rasmi ya!"
Kemudian aku meninggalkan ruang tengah menuju ke dapur untuk mencari sarapan.Duh.. Sesiang ini meja dapur bahkan kosong sama sekali. Apa yang dilakukan mbak Rasmi sampai teledor tidak memasak sesuatu pun hari ini. Aku jadi jengkel sekali. Dan dengan unicorn yang masih kudekap, aku kembali Ke ruang tengah. Mbak Rasmi masih tetap saja begitu. Pantas saja kalau dia tidak masak dari pagi karena mau mencuri barang barang mahal ibu.
"Mbak Rasmi ini tidak mau memasak untukku ya! Aku lapar!" teriakku kepadanya. Dan kulihat dia hanya diam sambil meneteskan air mata. Wanita itu bisa menangis? Apa dia mengakui kesalahannya dan kemudian hendak meminta maaf karena telah berlaku teledor dalam pekerjaannya? Dia minta maaf dengan menangis? Akupun jadi kasihan kepadanya. Dan aku meletakkan boneka unicorn Septa untuk mencoba mengangkat almari yang menghimpit tubuhnya.
Tetapi aku tidak sekuat itu. Beberapa kali mencoba mengerahkan tenaga, almari itu bahkan tidak bergerak sama sekali. Untung sekali pintu depan ada yang membuka paksa. Dan beberapa orang berseragam polisi datang bersama pakdhe. Mereka melihatku sedang berusaha mengangkat almari besar itu tetapi tidak mampu. Dan kemudian petugas petugas itu yang melakukannya menggantikan aku. Pakdhe segera menggendong dan membawa aku minggir ke ruang depan. Disana dia memeriksa sekujur tubuhku.
"Kau baik baik saja, Bria sayang? Pakdhe khawatir sekali dengan keadaanmu." kata pakdhe dengan lembut. Dan aku hanya bisa menjawabnya dengan kata pendek.
"Bria lapar.."
KAMU SEDANG MEMBACA
unicorn
HorrorProlog : Unicorn Ditulis oleh : Mat Jontrot aka Dante Jawi Salatiga, Rabu - , 11 September 2024 Jam 00.41, tengah malam Pra Kandha : Apa boneka kesayanganmu ketika masih kecil dulu? Apakah boneka itu benar benar sebuah boneka biasa? Apa kau yakin t...