Orangtua Yang Suka Berbohong

4 4 0
                                    

Unicorn 06 Orangtua Yang suka Berbohong

Keajaiban itu terwujud. Aku melihat unicorn itu perlahan berubah menjadi seekor kuda bertanduk yang luar biasa tinggi dan besar. Dia meringkuk dengan mengangkat kedua kakinya. Lalu bergerak cepat kearah ku disaat aku sedang dalam pelukan Madame Mock yang berubah menakutkan. Unicorn ku menyerang Madame itu dengan tanduk tunggalnya dan membuatnya segera melepaskan aku dari dekapannya. Aku terbebas dan bisa kembali bernafas lega. Dan Madame Mock tiba tiba menghilang. Aku berlari kearah unicorn penyelamatku. Dan dia menundukkan kepala supaya aku bisa memeluknya. Ketika tanganku meraih lehernya, dia berubah kembali menjadi boneka kesayanganku.

Saat itulah aku terjaga. Dan aku terduduk segera. Ternyata aku dalam pelukan hangat seseorang yang kurasakan sedang terguncang terisak. Dan orang itu Madame Mock! Aku meronta melepaskan diri. Dan aku menatap marah kepadanya. Dia tadi yang menyakiti punggungku sebelum aku diselamatkan boneka unicornku. Aku marah menuding kan telunjuk kepadanya. Dan pakdhe bicara tegas kearah ku.

"Bria! Tidak sopan menunjuk kearah orang tua seperti itu. Hentikan!" kata pakdhe kepadaku. Dan aku selalu merasa segan kepada beliau sebagai pengganti ayah dan ibu.

Nyaliku menciut. Dan aku menjauh dari Madame Mock untuk mendekat ke pakdhe. Beliau memelukku dengan penuh prihatin. Dan mataku masih menatap lekat Madame cantik itu. Benarkah yang kulihat? Mata wanita cantik mirip ibu itu menitikkan air mata. Apakah dia menyesal telah menyakitiku? Bukankah tadi semua terjadi didalam mimpi? Kenapa dia bisa masuk kedalam mimpiku?
Aku tidak mau berbagi mimpi kecuali dengan Septa dan boneka kesayangan kami. Bagaimana bisa dia masuk kedunia rahasiaku? Bahkan punggungku masih terasa sakit dan perih. Aku merabanya tanpa sadar. Dan asal rasa sakit itu berdarah. Pakdhe dan semua orang diruang tamu itu menjadi panik. Aku menangis kencang. Dan nafasku tersengal sengal. Akhirnya pakdhe membawa aku keluar di ikuti ke empat tamunya. Sekarang baru aku tahu bahwa mereka yang paling muda adalah seorang sopir. Dan dia dengan cepat membawa kami ke klinik terdekat.

__
Ini adalah ruang yang paling kubenci selain ruang praktik dokter gigi diseberang rumah. Walau aku belum pernah berkunjung, tetapi aku tahu bahwa Veni juga tidak menyukainya. Veni itu jorok dan kotor. Bila dia saja tidak suka klinik seberang rumah, tentu ada alasannya. Mungkin seperti tempat ini. Dimana mana berbau obat dan sesuatu yang lebih menyengat. Aku tidak suka.

Seorang perawat yang jangkung dan kurus menemui pakdhe yang masih menggendongku. Dan dia mempersilahkan kami untuk masuk kesebuah ruang yang terang benderang. Dingin sekali ruang ini. Dan aku menggigil. Pakdhe meminta sebuah selimut dari Madame Mock yang ikut serta menemaniku. Kemudian beliau membungkus tubuhku dengannya. Sehingga aku merasa lebih baik. Tetapi ketika seorang yang dipanggil "dok" oleh perawat kurus itu datang, selimutku kembali di minta oleh pakdhe. Dan perawat itu memaksa aku membuka baju.

Disini? Didepan banyak orang? Aku meminta pertimbangan pakdhe ku. Dan beliau mengangguk. Madame Mock segera membantu membuka bajuku dengan lembut dan tanpa ragu lagi karena lelaki berpakaian putih putih dan berkacanata tebal yang dipanggil "dok" itu ingin melihat punggungku. Aku mengijinkan wanita cantik yang sedang berduka itu membantuku.

"Ini luka cakar, hanya anehnya.. Luka ini seperti cakar binatang. Apa yang sedang terjadi? Apa anda memelihara binatang buas di dekat anak anak?" Tanya si "dok" itu. Bila dia seorang dokter, maka aku tidak akan percaya. Dia hanya mengenakan sendal dikakinya bahkan tidak berkalung alat yang biasa tergantung dileher dokter untuk memeriksa dada pasien. Pasti dia berbohong bila mengaku dokter.

"Saya tidak memelihara apapun dok, saya tidak punya waktu untuk memelihara binatang." Jawab pakdhe. Dan "dok" itu terheran-heran.

Bagaimana dia bisa mendapatkan luka ini?

"Dari alam mimpi," Jawab Madame Mock mengingatkanku akan kejadian dalam mimpiku. Aku merasa takut berada didekatnya. Aku takut dia akan menyakitiku lagi.

"Madame yang melakukannya. Didalam mimpiku. Dia berubah menakutkan!" kataku sambil menatap pakdhe. Sebuah tangan halus tiba tiba mengelus rambut panjangku. Madame Mock. Dia kembali tersenyum manis kepadaku. Tetapi aku semakin takut. Aku takut senyumnya akan berubah menjadi seringai mengerikan seperti dalam mimpiku. Untung hal itu tidak terjadi lagi saat ini.

"Yang kau lihat dalam mimpimu, bukan Madame, sayang. Itu sesuatu yang lain. Jahat dan kejam. Madame tidak bisa masuk kedalam mimpimu." kata Madame cantik itu berusaha menghiburku. Aku benar benar bingung. Bukankah orang tua tidak boleh berbohong? Menurut Madame Simas orang tua yang berbohong itu sama saja mengajari anaknya hal yang tidak baik. Dan itu kejahatan.
"Madame bohong! Aku melihat Madame ada didalam mimpiku! Kenapa orang tua selalu bicara tidak jujur?" teriakku. Dan hal itu membuat orang orang dewasa disekelilingku saling tatap dan keheranan.

"Bria, kejadian didalam mimpi itu tidak seperti kenyataan. Pakdhe sedang bicara dengan tamu pakdhe ketika kamu tidur. Madame Mock juga ada disana bersama pakdhe. Bagaimana bisa masuk kedalam mimpimu? Ingat satu hal. Apa yang ada didalam mimpi itu tidak nyata." Hibur pakdhe. Tetapi aku toh benar benar mendapatkan luka. Bagaimana bisa semua yang didalam mimpi itu tidak nyata? Sungguh aku tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh orang orang dewasa. Itulah sebabnya aku tidak mau menjadi dewasa. Mengerikan sekali kehidupan mereka. Jauh dari keceriaan, jauh dari dunia menyenangkan yang seru bersama teman teman sekolah. Ahh.. Mereka tidak akan mengerti.

Si "Dok" itu segera memberikan obat luka kepadaku. Dia kini hanya bisa terdiam tanpa menanyakan lebih jauh tentang penyebab lukaku. Dan aku tak mau menceritakannya lagi, bahwa unicorn kesayanganku-lah yang telah menyelamatkanku. Mereka mana mau percaya karena tidak melihat yang terjadi dalam mimpiku tadi. Tentu mereka akan seperti Veni, yang selalu mengolok olok aku setiap kali mencuri dengar, disaat aku menceritakan mimpiku kepada Ricky. Mereka benar benar bodoh dan menyebalkan.

"Bria, maukah kamu mendengarkan cerita Madame setelah kita sampai dirumah?" Tanya Madame Mock menawarkan kebaikan kepadaku. Aku tak punya pilihan selain setuju, karena Kulihat pakdhe sangat mempercayai Madame cantik itu. Aku tak bisa mengecewakan beliau.

Dan setelah diperiksa oleh si "dok", Madame Mock menggendongku. Kali ini aku menurut kepadanya karena aku kelelahan dan mengantuk. Dan berharap segera meninggalkan tempat berbau obat ini. Madame Mock membawa aku keluar duluan menuju tempat parkir. Dan aku duduk didepan dipangku Madame cantik yang kali ini pelukannya hangat kurasakan.

"Ibu.. " kataku lirih tak tertahankan. Aku menangis dalam diam. Air mataku menetes dipipi dan jatuh dikerah baju tidurku. Lamat lamat kudengar jam berdentang empat kali. Dan tak lama kemudian aku terlelap lagi. Lelap tidurku kali ini tanpa mimpi.

unicornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang