Unicorn 05 Dia Menyakitiku
__
Aku bangkit perlahan untuk mendekati Madame Mock yang sepertinya pulas tertidur. Tetapi Septa merapatkan jari telunjuk ya kebibir tanda aku tidak boleh mengganggu wanita lembut yang seperti penjelmaan ibu dimata ku. Dan aku tak sempat berpikir panjang karena kegaduhan di depan pintu kamar.Pintu itu dibuka paksa oleh beberapa lelaki yang aku tahu bahwa mereka adalah tamu pakdhe. Aku terkejut dan khawatir. Mereka kasar sekali. Mataku melirik kearah adik kecilku. Tetapi dia sudah tidak ada lagi. Dan aku mencarinya kemana mana, toh ruang kamarku bukan kebun belakang. Seharusnya aku bisa dengan mudah menemukannya. Tetapi Septa telah menghilang seperti bersembunyi didalam tembok kamar yang tebal berlapis wallpaper kesukaan kami.
Pakdhe segera mendekapku dan membawaku keluar kamar. Aku terkejut dan meronta hendak melepaskan diri. Tetapi aku hanya anak kecil yang lemah. Tak mampu melawan tenaga pakdhe yang begitu kuat mendekapku penuh perasaan khawatir. Aku hanya bisa merasakan kekhawatirannya tanpa tahu sebabnya. Dan itu membuatku terdiam. Saat itu, dalam pikiranku hanya tertuju kepada adik kecilku. Dia sedang bersembunyi di balik tembok kamarku. Dia takut kepada tiga lelaki kasar tamu pakdhe ku. Dan aku yakin setelah mereka pergi, aku pasti akan bisa menemuinya lagi. Lalu tanpa kusadari, aku kembali tertidur didalam pelukan pakdhe ku.
Malam semakin larut. Ketika kembali terjaga, kutemukan diriku tertidur di sofa dengan selimut hangat milik pakdhe. Aku tahu itu milik pakdhe karena mbak Rasmi sering merapikan kamar nya. Dan aku sering ikut bersamanya.
Di ruang tamu itu, aku mendengar suara ketiga lelaki tamu pakdhe sedang berbicara serius dengan beliau. Dan kudengar juga suara Madame Mock yang terdengar letih dan lemah. Dan aku memilih pura pura tertidur karena tak mau melihat ketiga lelaki itu. Dan karena nya, aku bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan.
"Apa saya harus mengungsikan dia ketempat yang lebih aman? Jauh dari rumah ini?" Tanya pakdhe kepada tamunya.
"Kemana saja anda memindahkan dia, tidak akan menyelesaikan masalah. Makhluk itu sudah terikat dengannya. Bersemayam di dalam pikirannya. Dia bisa muncul dimana saja ketika anak itu memikirkan keluarganya." Jawab lelaki yang bersuara berat dan menggetarkan. Aku akan sebut dia si suara geledek karena getaran suara itu menyakiti dadaku.
"Kami akan berusaha menaklukkan dia di dunia mimpinya, tetapi itu akan membutuhkan banyak waktu dan tidak bisa secepat yang kita inginkan." kata yang bicara dengan suara "cempreng" dan aku akan mengingatnya sebagai si cempreng. Tentu dia yang kurus tinggi seperti Ricky yang bekal makannya selalu bisa berpindah ketangan ku tanpa protes. Jelas si cempreng ini seperti dia di masa kecilnya. Dan aku yakin sampai sekarang dia membenci sayuran. Karena Ricky juga sama. Menyedihkan sekali.
Sedang lelaki yang paling muda itu sedikitpun tak membuka suara. Dia mungkin jarang menggosok giginya sehingga sakit gigi dan tidak bisa membuka mulutnya. Seperti si Veni ketika dia sakit gigi. Dan aku selalu memancing kemarahannya. Dia pasti mencak mencak seperti cacing kepanasan karena ulah ku. Dan kulihat betapa sebelah pipinya menjadi semakin bengkak melebihi besarnya bakpao daging yang dijual pedagang gerobak dorong di depan gerbang sekolah. Aku selalu bisa menertawakannya. Dan aku yakin sekali lelaki yang satu itu sedang merasakan sakit yang sangat menjengkelkan karena sakit giginya.
Aku sebenarnya memiliki saran supaya dia berobat saja di klinik dokter gigi yang berwajah menyeramkan di seberang rumah. Walau aku sendiri tidak mau, tetapi untuk orang dewasa harus mau. Sebenarnya, melihat kliniknya saja aku merasakan gigi sehatku menjadi sakit mendadak. Apalagi bila benar benar sakit gigi? Dan Veni bilang mereka menggunakan bor untuk tembok untuk melobangi giginya, lalu menambalnya dengan semen. Mengerikan sekali. Dan aku tak mau kesana bila nanti sakit gigi.
"Memang butuh waktu.. Dan saya yakin bisa membantunya. Saya hanya minta anda mengijinkan saya untuk tinggal bersamanya." kata Madame Mock perlahan.
"Tetapi anda baru saja dibuat pingsan oleh makhluk itu" kata si suara geledek. Dia seperti mencemaskan keadaan Madame Mock. Aku benar benar heran. Sebenarnya mereka sedang membicarakan apa? Seekor makhluk? Apa ada ular berbisa masuk kerumah ini? Bahaya sekali kalau ada ular masuk.
"Saya tidak keberatan. Malah berterimakasih sekali. Rasmi dan Ipul sudah benar benar menyerah. Bahkan nyawa mereka benar benar terancam. Makhluk itu benar benar kuat. Dari cctv dikamar, saya bisa menyaksikan betapa tepat alasan mereka mengundurkan diri dari rumah ini. Saya tidak bisa menjamin keselamatan mereka." kata pakdhe prihatin. Jadi kedua pembantu itu benar benar sudah keluar dari pekerjaannya. Dia pergi dari rumah ini, itu berarti aku tidak akan terusik oleh mereka lagi.
"Saya pikir dia harus tinggal dirumah sementara. Dia bisa membahayakan teman temannya. Bukankah sudah ada yang melaporkan bahwa beberapa anak teraniaya sampai terjatuh dari bangku mereka?" kata si cempreng.
"Nanti akan banyak lagi korban bila makhluk itu sudah mendominasi pikirannya. Dan itulah saat paling berbahaya. Berpikir sedikit saja maka dia bisa muncul sewaktu waktu." sambung si suara geledek.
Sebenarnya ini tentang apa? Aku semakin tidak mengerti. Otakku tidak bisa menjangkau pemikiran orang dewasa. Sementara mereka berbicara serius, tiba tiba aku mengantuk lagi. Dan akhirnya tertidur pulas dan tidak mendengar apa apa lagi.
Dalam tidurku, aku mendengar seorang membisikkan namaku.
"Bria.. Sayangku.. Jangan biarkan dia masuk. Dia bukan adikmu. Dia adalah makhluk jahat yang menyamar sebagai adikmu. Jangan biarkan dia masuk, Bria.. "
Itu suara lembut Madame Mock.
Dikebun belakang, aku sedang bermain dengan boneka unicorn ku. Tetapi Septa tidak datang datang juga. Aku mulai tidak sabar menunggunya."Septa.. Septa! Dimana kau?"
Teriakku tak sabar. Tiba tiba seorang wanita yang kukenal datang. Madame Mock. Rupanya dia sudah memperhatikanku sejak tadi.
"Ah. Madame! Saya pikir adik saya yang akan datang." sambutku sambil menghamburkan diri memeluknya. Dan dia seperti biasa, tersenyum lembut kepadaku. Tak sadar aku menyebutnya ibu..
Madame cantik itu membalas memelukku. Dan dia harus berjongkok biar bisa menatap tepat dimata ku. Dekapannya masih ku ingat hangatnya. Tetapi kali ini berangsur angsur dingin. Dan lengannya mengeriput. Aku terkejut. Dan kurasakan semakin erat dia memelukku membuat aku sesak nafas. Aku melenguh. Dan menatap kewajahnya.Dia membalas tatapanku dengan aneh. Bukan sambil tersenyum. Senyum indah itu sudah berganti menjadi sebuah seringai. Aku melihat deretan gigi gigi kotor menghitam dan tajam menghias seringainya. Aku takut. Tak sadar aku menangis karena ketakutan. Dan aku mulai merasakan perih dipunggungku. Sesuatu menusuk punggungku.
Aku ingin berteriak meminta tolong. Tetapi tak seorangpun di situ saat ini. Hanya boneka unicorn di dekat pagar yang biasa dipangkas bang Ipul dan Mbak Rasmi. Dia hanya menatap dengan mata plastiknya membiarkan diriku tersakiti dan ketakutan. Hanya menangis tanpa suara yang bisa kulakukan. Dan aku berharap unicorn itu menjadi hidup dan menyelamatkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
unicorn
HororProlog : Unicorn Ditulis oleh : Mat Jontrot aka Dante Jawi Salatiga, Rabu - , 11 September 2024 Jam 00.41, tengah malam Pra Kandha : Apa boneka kesayanganmu ketika masih kecil dulu? Apakah boneka itu benar benar sebuah boneka biasa? Apa kau yakin t...