Mimpi

6 4 0
                                    

Unicorn 04 - Mimpi

___
Hari itu pakdhe membawa aku ke Chiko Fried Chicken kesukaanku. Dan aku sarapan dengan senang. Hari yang menyenangkan pikirku. Setelah itu, pakdhe membawaku ke rumah sakit tempat polisi membawa mbak Rasmi. Dan Mbak Rasmi kembali ketakutan sampai menjerit histeris ketika melihatku bersama pakdhe. Nah.. Apa yang membuat mbak Rasmi menjadi seperti itu? Toh kami menjenguknya dengan baik baik.

Aku juga tidak bermaksud memarahinya lagi. Aku sudah sarapan dengan pakdhe di luar. Bang Ipul itu lebih menjengkelkan lagi. Dia malah meminta pakdhe untuk keluar meninggalkan ruang rawat mbak Rasmi. Kasar sekali permintaannya. Dan pakdhe memilih keluar meninggalkan ruang itu. Dia menggendong dan mengajakku menemui seorang petugas yang tadi ikut membantu mengangkat lemari besar yang menghimpit mbak Rasmi. Kami duduk diruang tunggu rumah sakit yang tenang dan sejuk. Ketika Pakdhe bicara dengan petugas, aku duduk sendiri menatap seorang nenek yang ditemani seorang perawat cantik yang ramah.

"Kondisi psikologisnya benar benar sedang labil. Dia merasa sangat ketakutan. Apalagi setiap kali dia melihat anak ini." kata petugas. Dan pakdhe heran sekali mendengarnya. Jelas heran. Aku juga heran. Selama ini mbak Rasmi sering mengurungku dikamar. Dan bukan takut yang dia perlihatkan kepadaku. Kenapa begitu dia celaka sampai dirawat disini malah berpura pura takut dan benci kepadaku. Akulah yang membencinya karena kelakuannya. Pasti dia akan menghasut orang orang untuk membenci dan kemudian menyusun rencana untuk menyingkirkanku. Tidak akan kubiarkan dia berlaku seperti itu.

"Maaf, boleh bicara berdua dengan anda. Mohon supaya anak asuh anda tidak mendengarnya. Riskan sekali dan bisa mempengaruhi psikologisnya." kata petugas itu. Pakdhe mengangguk dan memintaku tetap duduk diruang tunggu sampai dia kembali menjemputku. Dia bilang hanya akan sebentar saja. Aku hanya berani mengangguk. Dan seorang perawat yang menjaga seorang nenek nenek tua didekatku, menemaniku. Dengan bibi perawat dan nenek baik itu, aku tidak akan kesepian lagi.

Setelah dari rumah sakit hari itu, pakdhe menemaniku dirumah. Beliau membiarkan aku main boneka dikamarku. Sampai kemudian sekitar setengah delapan malam, pintu depan tampaknya ada seseorang. Bel berbunyi membuat aku keluar untuk memberi tahu pakdhe bahwa ada tamu yang datang. Ternyata pakdhe sudah membuka pintu. Dan tamunya..

Aku senang sekali. Madame Mock ikut datang bersama tiga lelaki seusia pakdheku. Dan madame Mock langsung menghampiri setelah melihatku. Aku memohon kepada madame Mock untuk ikut kedalam kamarku. Ini urusan perempuan. Dan lelaki tidak boleh tahu.

Pakdhe membiarkan madame Mock yang kutuntun masuk kekamar. Sebuah ruang pribadi yang tak kubiarkan orang lain, apa lagi para lelaki, memasukinya kecuali pakdhe ku. Dan madame Mock pasti suka dengan kerapianku. Mbak Rasmi memang suka membersihkan kamar ini. Tetapi aku sering menata ulang karena dia selalu membawa keluar boneka unicorn Septa yang selalu menemaniku. Saat ini aku ingin menceritakan mimpiku semalam. Sebuah kegembiraan yang aku alami bersama Septa dan boneka unicorn.

Tahukah bahwa madame Mock saat ini sedang tertarik dengan bonekaku. Menurut madame dia cantik dan menggemaskan. Aku juga sependapat. Tidak ada boneka yang selucu dia. Walaupun ada yang sama dan sebesar itu, tetapi unicorn ini yang paling menarik bagiku. Aku tak mau yang lain.

"Kau suka dengan boneka ini?" Tanya madame Mock tiba tiba. Dia duduk dipinggir ranjang dan membelai suri dari benang halus di punuk unicorn. Dan aku sedang memeluknya erat erat.

"Aku sangat suka. Dan dia juga menyukaiku. Anda mau saya ceritakan sesuatu? Kami bermain dengan gembira semalaman. Dan itu membuatku kesiangan sehingga tidak berangkat sekolah." kataku membuka cerita.

"O ya? Benarkah?" madame sepertinya antusias hendak mendengar ceritaku. Dan pasti dia akan takjub mendengar nya.

"Ya.. Kami bermain semalaman. Dan tahukah, adik saya yang bernama Septa juga ikut bermain. Kami keluarkan semua mainan yang kami miliki. Dan tidak ada yang mengganggu kami. mbak Rasmi itu, dalam mimpi dia di. Merasa terganggu. Dan memarahi kami. Terutama saya."

"Septa marah kepada mbak Rasmi. Dan unicorn kami juga. Tetapi mbak Rasmi itu wanita dewasa. Kami kalah kuat bila melawannya tentu saja. Akhirnya saya meninggalkan mereka kembali ketempat tidur. Dan karena kelelahan bermain, saya pun mengantuk. Tak lama kemudian Septa dan unicorn ini menyusul berbaring disebelah saya. Kami berdua berangkat tidur sambil memeluk unicorn. Semua seperti nyata. Saya kemudian menyanyikan lagu kesukaan Septa dan dia tertidur pulas sekali." aku mengakhiri ceritaku. Kulihat madame Mock hanya diam menatap unicorn yang kupeluk erat.

"Anda mendengarkan?" tanyaku penasaran. Wanita itu kembali tersenyum. Dia benar benar seperti ibu.

"Tentu. Seru sekali kedengarannya. Pasti akan lebih seru bila nyata terjadi bukan?" Jawab wanita itu.

"Ya.. Saya ingin itu nyata."

"Bria sayang, madame tahu bahwa kau sangat merindukan adikmu. Pasti kau ingin adikmu tetap menghiburmu dengan kelucuan tingkahnya. Madame membayangkan dia pasti juga merasa rindu di alam sana. Tetapi kau juga harus mengerti, sayang, Septa sudah pergi. Pergi kesurga dengan ayah dan ibu mu. Madame berharap engkau mau melepaskan keinginanmu untuk bersamanya. Kasihan adikmu!" kata madame Mock lembut.

Seharusnya aku suka dengan kelembutan bicaranya. Tetapi aku mendadak tidak suka karena madame Mock mengingatkanku bahwa Septa telah pergi jauh. Septa memang sudah meninggal. Tetapi aku masih ingin menggenangnya. Membuatnya nyata dalam dunia khayal ku. Lalu kami bisa bermain dengan gembira tanpa ada yang mengganggu. Tidak mbak Rasmi, tidak bang Ipul, juga tidak madame Mock. Mereka ternyata sama saja. Tidak pernah mengerti perasaanku.

"Semua orang ingin aku melupakan Septa. Bagaimana bisa? Saya pikir anda akan mendukung saya. Tetapi semua orang dewasa sama egoisnya. Toh itu hanya mimpi. Walau saya ingin menjadi nyata, tetapi saya tahu itu tidak mungkin. Makanya saya hanya bisa bermain dengan unicorn untuk tetap membuat Septa ada. Saya menyesal bercerita dan mempercayai anda." kataku kecewa.

"Bukan begitu sayang. Saya sangat mengerti perasaanmu. Boleh memelihara kenangan indah bersama Septa. Dan itu harus. Kita tidak bisa membiarkan kenangan itu hilang begitu saja. Tetapi ada kalanya kita harus menghadapi kenyataan hidup. Bukankah kita hidup dalam dunia nyata?" kata madame Mock menjelaskan maksudnya. Aneh sekali. Aku tidak mengerti maksudnya. Wanita cantik itu menegurku dengan bahasa yang lembut seperti ibu. Seperti air di permukaan tanah yang tandus. Selalu saja membuat aku diam dan menurut. Ya.. Madame Mock selalu mengingatkanku kepada ibu. Dan aku merindukannya. Kupegang tangan Madame cantik itu dengan kerinduan kepada sosok ibu yang teramat sangat.

Madame cantik itu tersenyum menenangkanku sampai akhirnya aku mengantuk, mataku tiba tiba terpejam. Aku mulai bermimpi. Mimpi yang menyenangkan, seperti yang hadir setiap malam.

Malam itu aku tiba tiba terjaga. Dalam mimpiku, boneka unicorn tiba tiba berubah menjadi hidup. Dan Septa memegangnya dengan tangan kanannya.

Bukan..

Bukan Septa! Dia berubah menjadi wanita dewasa yang berambut panjang mengeriap. Dia sedang marah. Aku bisa melihat dari matanya yang memerah. Tajam berkilat menatapku yang tadi tak sengaja menyebut namanya perlahan. Wanita penjelmaan Septa itu benar benar keluar dari mimpiku. Dia berada dikamarku sekarang.

Tak tahu darimana asalnya, segumpal asap tipis kehitaman, tiba tiba muncul menyelimuti tubuhnya. Dan dalam sekejap dia berubah menjadi Septa yang kurindukan. Benar benar Septa yang kurindukan.

"Septa..!" gumam ku sekali lagi. Dan sekarang dia menoleh kearah ku.

Sedang dia menatap kearah Madame Mock yang kulihat tertidur dilantai yang dingin. Aku ingin membangunkannya agar dia berpindah ke ranjangku yang luas. Dan kami bisa berbagi. Juga dengan Septa, adikku.

unicornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang