Denyutan di tekuk mengejutkannya dari alam mimpinya yang panjang yang suram dan sangat gelap membuat seluruh napasnya terasa sesak. Bola zamrud gelap itu meredup memandang sekeliling hanya mendapati kekosongan menamparnya keras. Layaknya sebuah kamar salah satu rumah sakit jiwa dan dia dibiarkan meringkuk di kasur empuk dan kedua tangan diikat di tiang kasur.
Sakura meloloskan satu tawa serak, lehernya terasa perih begitu juga lengannya dan matanya pula mengerjab dan menyipit mengusir silau lampu di atas langit-langit kamar lalu memutuskan untuk memejamkan matanya tanpa ada niat untuk memberontak. Dia hanya merasa sedikit bosan hingga untuk mengerakkan kakinya saja dia rasa sangat merepotkan.
"Kau sudah sadar?"
Suara serak dan berat hanya berada dua meter jauhnya dari posisinya tetapi Sakura tidak teringin untuk melihat sosok itu karena dia tahu siapa dan alasan mengapa dia berada disini. Airmata mengenang di hujung matanya bibirnya pula mengering.
"Kenapa?"
Sakura tidak tahu mengapa alih-alih memuntahkan kemarahan menggerogotinya dia malah menanyakan soalan tidak penting dengan nada kacau yang meneriakkan kehancurannya sendiri.
Meja tunggal di samping kasur Sakura entah kenapa lebih menarik perhatian Sasuke, tatapan matanya menyipit dan secara bersamaan meredup tapi ada secercah sinar yang masih hidup sebagai harapan untuknya memperjuangkan kekacauan yang dia hasilkan sendiri.
Kepalan tangannya disembunyikan dibalik kemeja hitamnya seraya menelan bulat-bulat pertanyaan Sakura yang dia tahu adalah langkah terakhir gadis itu agar bisa lepas darinya. Sasuke menghembuskan napas lirih, sembari menghampiri Sakura dan duduk di kasur tanpa memandang penampilan gadis itu.
"Aku melindungimu." Bisiknya serak.
kelopak mata Sakura bergerak melirik punggung lebar yang sedang membungkuk itu lalu rambutnya yang acak-acakan. "Dari siapa?" Suaranya masih kecil tapi terdengar tegas.
"Dari ibuku."
"Apa ibumu mau mencelakaiku?"
"Tidak. Tapi aku tidak mau mengambil resiko Sakura. Kesalamatanmu adalah prior-"
"lepaskan aku." Sela Sakura membuat pandangan Sasuke mengarah padanya dan mata itu menjelaskan segala yang tidak dapat dia jelaskan ini membuat airmata Sakura mengering seperti hatinya yang telah lumpuh.
"Aku mencoba melindungimu dan menyelamatkanmu Sakura," Sasuke mengeraskan rahangnya dengan gigi menekan sehingga terdengar tabrakan mengerikan dari celah giginya. Bola matanya menyala seperti kobaran api menghantam permukaan bumi.
"Aku tidak ingin diselamatkan." Cicitan itu terhembus lirih, Sakura tidak memiliki kekuatan tersisa ditubuhnya selain napasnya yang terhembus teratur menjadi penanda bahwa dia masih hidup.
Sasuke tidak memberinya pilihan lain selain menunjukkan betapa menyedihkannya dirinya terkurung seperti seekor burung liar yang berusaha ditenangkan oleh pawangnya.
"Apa?" Sasuke merapatkan jarak mereka, tapi Sakura mundur beberapa kali hingga tercipta jarak yang tidak bisa dia kejar lagi. Gadis itu meringkuk seperti seseorang yang tidak lagi punya semangat hidup tersisa dalam dirinya. Seakan cahaya kehidupannya terkikis secara pelan tapi pasti.
Pandangan Sasuke yang semula tajam meredup, Sakura terlihat sangat rentan berada disisinya. Ini salah, gadis itu tidak harus merasakan perasaan terancam kepada dirinya. Harusnya dia aman. Harusnya Sakura bahagia berada disekitarnya. Harusnya gadis itu tidak terkontaminasi oleh sesuatu.
"Aku tidak ingin diselamatkan."
"Ap-"
"Aku tidak ingin diselamatkan!" Teriak Sakura. Tubuhnya gementar, tatapan matanya berair tapi tidak kunjung menangis. "Lepaskan aku Sasuke" Lirihnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Liar
FanfictionSasusaku Fanfiction (Slow update) Pernahkah kalian berpikir bahwa takdir itu sangat kejam? Haruno Sakura selalu merasa bahwa Dunia memang sangat membencinya hingga keberadaannya saja sudah menjadi satu kesalahan terbesar. Awalnya dia tidak mengharap...