OO4. The time has come.

572 95 9
                                    

ㅤㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤ

• • ┈┈┈┈ ๑ ⋅ ⋯ ୨ ୧ ⋯ ⋅ ๑ ┈┈┈┈ • •
ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤBERSAMAAN DENGAN itu, tubuh Rion menegang dengan sempurna nyaris membuat mobil yang dikendarainya berhenti secara mendadak si tengah jalan sepi ini. Caine sama terkejut nya, lalu memandang Rion penuh tanda tanya.

"Ada apa Rion?" Tanya Caine.

Rion terdiam beberapa detik "Caine, aku tau kamu masih menyimpan rasa bersalah pada [ Name ], tapi kamu tidak boleh mengatakan nama itu..."

Entah kenapa Rion merasa sedikit sesak dalam hatinya, memilih memarkirkan mobil itu di sebrang jalan dan menatap Caine di sampingnya. Tangan Rion memegang tangan Caine dan menggenggamnya, berharap Caine melupakan semua kenangan lama yang sudah telah berlalu.

Walaupun dirinya tidak bisa melupakan kenangan itu, Rion berharap Caine tidak menderita seperti dirinya.

Sudah cukup tiga tahun ini, mereka berdua menderita karena rasa bersalah.

Rion tidak ingin lagi melihat Caine menangis dan melamun setiap harinya, yang Rion rasakan adalah rasa sakit hati yang bertambah. Usahanya untuk menemukan kekasih mereka berdua telah sia sia, sedikit harapan yang Rion pancarkan adalah dengan nama keluarga sang gadis.

Asal usul sang gadis masih mereka ingat, bahkan dengan mengambil semua identitas lamanya untuk membuat sang gadis itu kembali mencari semua dokumen tersebut, menunggu selama tiga tahun belakangan ini membuat mereka berdua tersiksa. Mengingat bagaimana sang gadis itu hilang entah kemana dalam keadaan kritis, hilang seperti memang telah tiada dengan bumi yang menyembunyikan semua jejaknya.

"Tapi Rion... Aku yakin dia masih hidup, marga [ Name ] masih digunakan dan aku yakin, dia telah aman selama beberapa waktu terakhir." Tatapan Caine layangkan pada Rion tersirat rasa kesedihan mendalam, penyesalan terbesar tidak bisa menemukan seseorang paling berharga di hidup Caine.

Caine merasakan elusan lembut pada jari jari nya, dengan rasa kasar karena telapak tangan Rion tidak sehalus milik Caine, karena Rion sering sekali menyibukkan diri pada senjata berbeda dengan Caine.

"Aku tau Caine, tapi apa jadinya jika dia memang masih hidup? Aku yakin dia pasti memiliki dendam kepada kita... Kita yang telah melupakannya dan kita yang telah membuat dia kehilangan nyawa hanya untuk kita berdua," bola mata Rion meredup, seolah tengah menahan sebuah cairan setetes air lolos dengan rasa gengsi teramat "Kita tidak mungkin bisa membuat dia kembali dalam pelukan kita Caine..."

"Aku.. aku yakin dia tidak akan seperti itu Rion, dia hanya butuh waktu. Waktu yang memungkinkan untuk dia menerima kita kembali" ucap Caine.

Rion menepuk pelan genggaman di tangan "Kita lihat saja besok Caine, jika memang dia datang sebagai rekan bisnis kita, kita tidak akan membiarkan dia menjauh dari kita lagi."

DOUBLE TAP [ Tokyo Noir Familia X F! Reader ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang