(XI) Mungkin Mati; Tidak

7 2 0
                                    

Halaman istana yang harusnya damai itu sekarang terlihat kacau balau. Beberapa orang di sana terlihat bertarung, menghindari bahaya dan saling membunuh untuk meraih kemenangan.

Sang sosok jahat yang diserang itu merasa tak keberatan serta kesulitan sama sekali, merasa ia hanya seperti diberi mainan layaknya seorang bayi. "Ah, kalian juga harus mencobanya lebih keras agar aku tidak membunuh dia," sindirnya dengan wajah yang tersenyum lebar dan jahat dibalik tudung jubah berwarna merah darah.

"Ugh, Darel! Kita harus kabur dulu. Dia- dia terlalu kuat!" kata Oxy sembari menghalau sulur akar berduri yang terus-terusan hendak menghantam mereka, sang pria yang diajak berbicara itu terdiam. Seolah tak menggubris.

Matanya dipenuhi oleh gejolak amarah, memandang tajam seseorang di depannya. "Aish! Kak Darel kita harus pergi sekarang!" panggil Delan tanpa bisa bergerak dari tempatnya.

Sesaat setelah ia menangkap Denta yang terpingsan, walau dipenuhi dengan berbagau pertanyaan di kepalanya, anak itu berusaha melakukan yang terbaik untuk melindunginya.

Beruntung Darel dan Oxy datang menyusul, memecah fokus sang wanita jahat di sana. Tetapi, sekarang pilihan yang baik bagi mereka adalah kabur, tak berguna jika melawan seseorang yang sekuat itu di sini.

"Aku tidak bisa membiarkannta!" Darel melesat, gerakannya seolah tak terbaca. Ia muncul dari sebelah kanan, lalu ke sebelah kiri dengan sangat cepat. Bahkan dari belahan sihir angin yang dibuatnya dapat memotong sulur akar itu dengan efektif.

Membuatnya dapat semakin mempersempit jarak di antara mereka. Darel menghadap sang wanita tetap di depannya dan si wanita menangkis serangan yang diberikan seolah bukan apa-apa.

Akan tetapi akibat dari angin yang menerpa, jubah tudung itu pun terbuka. Menampilkan seorang wanita yang lumayan berumur dengan sebagian wajahnya adalah akar atau sulur sama yang ia kendalikan. "Oh, kau cepat juga. Anak yang malang-"

"Sialan, kau!" Sebelum Darel hendak kembali menerjangnya, sang wanita itu tersenyum, layaknya ia memiliki rencana lain membuat Darel sedikit lengah dan dengan celah itu ia menghempaskan Darel melalui akarnya hingga membentur dinding.

"Oh, tidak!" Delan terdiam, ia hendak membantu tapi agaknya genggaman dari Denta itu menahannya. "Biarkan aku pergi!" kata Oxy lalu berlari, ia menghindari para akar itu dengan baik, walau tidak secepat Darel. Berkat sihir tanah yang ia kuasai pula dirinya dapat dengan mudah menghalau para akar yang hendak menyentuhnya.

"Yah, gadis malang yang lain hanya ingin menyelamatkan temannya, ya?" Oxy terdiam, ia mengenalinya. Wanita itu, dia adalah seseorang yang begitu melekat di kepalanya.

"Mati kau penyihir hina!" Oxy menunduk ketika akar itu menerjang, tangannya menyatu dengan bumi dan menarik segala sesuatu yang di atasnya.

Menjadikan medan gravitasi yang begitu kuat, menarik akar itu untuk lumpuh dan tak bisa bergerak. Penyihir di sana terlihat kewalahan walau wajahnya tak terganggu. Delan yang melihat dari kejauhan tak hanya diam, ia melemparkan sihir pelumpuh lain agar memudahkan Oxy dalam berlari dan menyerang penyihir akar itu langsung.

Oxy tepat berada di depannya, mereka saling berhadapan. Tangan sang penyihir yang masih lumpuh akibat sihir tanah milik Oxy, langsung diputuskan. Ia memotong dan meregenerasinya secepat mungkin.

Sel-sel baru yang hendak terbentuk dan ingin menyerang kembali itu dihentikan oleh sihir dari Delan, ia mengendalikannya pikirannya.

Membebaskan Oxy untuk memukul penyihir itu dengan tinju dan diikuti dengan tendangan yang menjatuhkannya. Menciptakan ringkihan serta cairan berwarna hijau pekat keluar dari mulut sang wanita berumur. "Si-sialan!" penyihir itu murka, ia menatap Oxy yang sudah tak ada di hadapannya. Ia melihat anak itu pergi ke Darel dan mengangkatnya.

Hole of Universe || AwakeningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang