[22] JANGAN BERITAHU MEREKA

97 82 13
                                    

"Kok berhenti disini bang?" tanya Eka tercengang.

"Gue ada urusan diluar, kalau mama cariin gue... bilang aja, gue mau ke rumah Wahyu," pamit Deka, langsung menancap gas.

"Minimal seragamnya dilepas dulu lah," gumam Eka menatap Deka yang sudah pergi melajukan motornya.

"Pagi menjelang siang non," sapa pak Kasep sambil menyengir,;membuat Eka tersenyum lebar.

"Pagi siang, menjalang malam!" balasnya tidak kalah ramah.

Diperjalanan, Deka terus memikirkan kejadian tadi saat pulang sekolah. Kedekatan Rahmat dan Kirana semakin jelas dan terus saja berputar putar dikepalanya entah karena sebab apa dia harus memikirkan masalah ini. Harusnya biarkan saja, kenapa dirinya harus pusing akan hal itu?

Deka bukan cowok humoris, bukan juga cowok yang romantis seperti buaya jantan diluar sana, dia hanya menyukai seseorang dalam diam dan tak ingin bertele-tele apalagi bersaing.

Bersaing bukanlah hal yang penting baginya, dirinya akan mendapatkan gadis itu dengan caranya sendiri, jika tidak bisa maka biarlah, itu akan menjadi rasa kagum yang terpendam untuk selama-lamanya. Kecuali, dia sudah memiliki gadis yang disukai, maka sampai titik darah penghabisan pun, dia akan tetap bersaing secara tidak sehat.

Deka memberhentikan motornya di depan cafe yang cukup sepi, kaki pemuda itu turun dan berjalan santay memasuki cafe itu dengan tatapan cool.
Seseorang hendak membelakanginya dan meminum kopi hangat ditangannya.

Deka menyipitkan matanya dan menunggu seseorang itu memutar kursinya. Orang itu tiba-tiba terkekeh menyadari kedatangan Deka. Seseorang itu langsung memutar tubuhnya dan mempertemukan matanya dengan Deka. Keempat mata elang itu saling menatap membuat Deka tersenyum miring.

"Adik kecil, sudah besar ternyata..." gumamnya membuat Deka terkekeh dan langsung duduk di depan seseorang itu.

"Mau memesan sesuatu adik kecil?" tanya orang itu tersenyum miring.

"Bukan adik kecil lagi, tetapi Deka," ucap Deka tak mau kalah.

"Bagiku... kau tetaplah adikku yang kecil," gumam orang itu.

"Tumben lo datang? ada apa?" tanya Deka.

"Salah? gue kembali demi adik kecil gue," ucapnya sambil terkekeh.

"Demi gue?"

"Sudah berisi tidak kurus seperti dulu," ucap lelaki itu sambil menyengir memadang tubuh yang sudah kekar.

"Perubahan itu ada," gumam Deka.

"Tidak menunjukan seragam?" tanya Deka memandang tubuh orang itu.

"Hahah... tidak. Aku bukanlah pria sombong," ucap lelaki itu membuat Deka memutar bola mata malas.

"Terserah," gumamnya.

"Dan kau? kenapa tidak mengganti seragammu dulu sebelum kesini!?" pekiknya geram menatap tubuh Deka yang masih saja memakai seragam SMA dan hanya ditutupi hodie hitam yang melengket ditubuhnya.

"Kelamaan," jawabnya seadanya membuat orang itu menggelengkan kepalanya.

"Sangat tidak disiplin," ucap lelaki itu." Berdiri. Aku ingin memelukmu," gumamnya.

Deka beranjak dari kursinya dan langsung dipeluk oleh orang itu membuat Deka membalas pelukan lelaki itu. Mata Deka berkaca-kaca, ingin sekali dia menangis tapi dia juga laki-laki. Lelaki itu tersenyum manis dan meneteskan air mata.

"Jangan beritahu mama sama papa, kalau gue ketemu lo..." ucapnya menatap sendu.

"Kenapa? kenapa harus ditutup?" tanya Deka.

"Gue gak bisa bertemu mereka sekarang. Munkin nanti," gumam lelaki itu memejamkan matanya.

"Nanti kapan ha! udah 15 tahun!" kesal Deka memukul meja itu menggunakan kedua tangannya. Tak disangka, jika lekaki ini tetap melakukan hal yang sama setiap tahunnya dengan tidak mau menemui orang tuanya.

"Maaf. Sebenarnya gue gak mau gini, tapi belum siap dan... ah! sudahlah, gue cuma berharap lo gak beritahu mereka, harapnya membuat Deka berdecih.

Deka sudah kesal dan muak membuat pemuda itu pergi meninggalkan lelaki tinggi itu yang sedang menunduk sedih menatap kemarahannya." Sorry my little nephew." Gumamnya menatap lirih punggung pemuda itu.

Deka membalap motornya dengan kecepatan tinggi, ia sangat marah dan melampiaskan kemarahannya dengan ngebut-ngebut dijalan.

"Kenapa dia selalu saja melakukan itu!" teriaknya dengan emosi. Deka semakin terhanyut dengan emosi, pemuda itu semakin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

"Makasih ya bu," ucap wanita paruh bayah yang sedang tersenyum lebar menatap pelanggannya.

Wanita paruh bayah itu hendak ingin pulang dan ingin menyebrang di jalan. Matanya mulai celingak-celinguk menatap kanan kiri memastikan tidak ada kendaraan yang ingin lewat.

Tiba... tiba...

Matanya mulai melotot menatap motor cbr hitam yang melaju dengan cepat yang sudah siap menabraknya. Pemuda itu melototkan mata dan meng rem motornya dengan sekuat tenaga.

"Aaaaaaaaaaaaaaaa," teriak wanita itu.

BRAKKKKKKKKKKKKK

Motor itu menyerempetnya dengan kasar membuat wanita paruh bayah itu tersungkur di jalan raya. Deka memberhentikan motornya dan menoleh kebelakang dengan panik.

"Sial! gue nabrak orang," batin Deka panik dan cepat turun dari motor.

Semua orang mulai ngumpul ramai di jalan raya dan membantu membawa tubuh wanita itu naik ke motor Deka.
Deka kemudian mengikat wanita itu dengan sarung yang diberikan warga tadi, kemudian Deka ikatkan dengan perutnya agar wanita itu tidak jatuh saat dibawah ke rumah sakit.

"Maaf pak. Saya benar-benar tidak sengaja," ucap Deka sesesal munkin.

"Bawa cepat ke rumah sakit!" pintah bapak itu membuat Deka mengangguk dan langsung saja ia melajukan motornya meninggalkan kerumunan itu. Matanya mulai melirik ke kaca spion dan menatap wanita itu.

"Sialan! siapa lagi wanita ini yang gue tabrak," gumamnya nampak frustasi.

●●●

BERSAMBUNG...

VOTE PLEASE☆☆☆

THANKS🧡

NEXT>>>

HAPPY ENJOY!!!

DEWARA THE SERIES (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang