Happy Reading
●●●●●
Gelegar mengerikan menghantam sebuah ruang saat satu peluru lagi dan lagi melesat jauh mengenai papan kayu yang sudah dimodifikasi untuk menjadi sasaran atas tembakan yang sang perempuan layangkan beberapa saat lalu. Membuat sang empunya merasa bangga hingga senyum penuh kepuasan tersungging kembali di bibir penuh dan cantiknya.
Sebagai seorang putri tunggal dari keluarga tersohor yang memiliki sebuah pabrik persenjataan kemiliteran terbesar di Britania Raya, Loretta memiliki ambisi besar untuk menguasai hal-hal berbahaya tersebut.
Selain hobi membaca buku-buku tebal di perpustakaan pribadinya yang terletak di lantai tiga mansion orang tuanya, gadis Harrison itu juga menggemari olahraga menembak dan berkuda. Dalam seminggu, Loretta pasti akan meluangkan waktu untuk menjalani hobinya.
Hobi Loretta yang cukup ekstrim itu bermula dari dirinya menginjak usia lima belas tahun. Awalnya hobi mengerikan putri Harrison itu ditolak keras oleh sang ibu, namun seiring berjalannya waktu dan dukungan dari sang Ayah, Margaret mau tidak mau mengizinkan putri tunggalnya yang memang sangat keras kepala dan sedikit aneh itu.
"Good job, Miss. Kemampuan Anda semakin hari semakin meningkat. Saya sangat bangga kepada Anda." Caleb memberikan senyum hangat pada sang majikan, ikut merasakan kesenangan dengan keberhasilan Loretta.
Sang empu nan diberi pujian sontak melirik pada pengawal pribadinya, senyum ramah dan hangat Loretta tercipta kala mata biru terangnya berpapasan dengan mata cokelat Caleb. "Thanks, Caleb. Aku perlu banyak latihan ag─astaga!"
"Astaga! Nona!"
Mata cokelat Caleb membelalak lebar, jantungnya berdegup sangat kencang dan rasanya hampir copot dari tempatnya. Nyawanya serasa melayang diudara beberapa detik.
Setelahnya, kedua manusia diruang latihan itu memekik teramat kencang saat sebuah gelegar mengerikan menggema memenuhi ruang, dan bersamaan dengan itu satu buah peluru yang entah dari mana asalnya tiba-tiba saja melintas di atas kepala Loretta dan menghantam sebuah papan sasaran yang jauh dari sana.
"Ya Tuhan. Astaga."
Loretta mengatur nafasnya, meraup sebanyak mungkin pasokan oksigen di sekitar. Jantung perempuan itu masih berdegup sangat kencang, matanya terpejam erat-erat saat menyadari bahwa kejadian beberapa saat lalu hampir saja menewaskan dirinya.
"Menurutku tidak sebaik itu." Suara bariton dari arah pintu masuk ruang latihan menyadarkan Loretta dari rasa kecemasan nan melanda.
Kepala Loretta melirik sekilas pada sumber suara. Dalam sekejap, rasa ketakutan itu berubah menjadi tatapan jengkel sekaligus marah. Deru nafas perempuan itu memburu, matanya memerah menyiratkan kemarahan bagai api unggun yang membakar malam, tangannya terkepal erat-erat dan siap untuk melayangkan tonjokan di wajah pria yang hampir melenyapkan nyawanya.
Sungguhan, andai saja orang yang melayangkan peluru tadi adalah seorang pemula sudah dipastikan Loretta tak akan lagi membuka matanya saat ini.
"Kau perlu latihan lebih keras lagi untuk melampaui kehebatanku, Sepupu." Tak ada ekspresi apapun kala Hilarion berujar, pria itu hanya menatap Loretta dengan mata silver tajamnya.
"Kau!" Loretta mengeram penuh kesal. Tubuh yang semula sempat membungkuk karena refleks kembali ia tegakan agar dapat menatap si bajingan Thompson yang tengah menghampirinya.
Gagah Hilarion berjalan, tangan kirinya menggenggam senapan yang pria itu dapat dari salah satu penjaga yang mengawasi ruang latihan sebelum dirinya masuk, kemudian tangan lainnya menjepit satu batang cerutu untuk ia hisap dan menghembuskan asapnya ke udara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thriving On Chaos
RomanceFollow Dulu Sebelum Baca!!! Judul Awal: Perfect Woman ⚠️ WARNING ⚠️ CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA, BAHASA KASAR, DAN KEKERASAN. BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! 18+ ••••• Copyright ©2024 by diaryzia