The First Fall

76 7 2
                                    


Hey Readers!

Kalau kalian menikmati kisah ini, boleh minta tolong vote dan follow ya supaya aku bisa lebih semangat lagi update kisah ini setiap harinya! Terimakasih!

*

"I laugh at how we're polar opposites. I read him like a book, and he's a clueless little kid." 🎵NIKI - Take A Chance With Me


***

Sudah 2 minggu lamanya aku dan Revanda bertukar pesan melalui MSN Messenger. Karena Revanda, aku bisa mengerti kenapa masa-masa sekolah itu menyenangkan. Karena Revanda, aku lebih semangat lagi sekolah, karena sepulangnya aku bisa ngobrol dengan dia di dunia maya.

Di sekolah, aku dan Revanda enggak pernah ngobrol, bahkan gak pernah saling menyapa juga. Aku sadar diri, bahwa dunia maya dan kehidupan aku di sekolah berbeda. Mungkin Revanda malu untuk menyapa aku yang hanya outsider, dibandingkan dengan dia dan geng popularnya. Revanda selalu dikelilingi perempuan di sekolah. Entah itu senior atau junior, bahkan perempuan yang seangkatan.

Aku mengerti kenapa temanku Andin, sempat memperingatkanku tentang reputasi Revanda. Setelah Revanda putus dengan Vina, Revanda pernah ada issue dekat lagi dengan teman angkatanku lainnya, namanya Sabrina. Sabrina adalah definisi perempuan tercantik seangkatanku. Kulitnya putih ivory, berambut panjang tapi berikal, tinggi menjulang, dan parasnya cantik. Kalau ia mengaku blasteran pun, aku percaya. Dia pun salah satu perempuan popular di sekolahku, dari SMP dia udah ikut modelling. I guess, it makes sense kalau orang-orang di sekolah gosipin mereka, karena kalau mereka beneran pacaran, they seem like a gorgeous couple. People like seeing beautiful couple.

"Hah? Gue sama Revanda? Nggak, gue aja gak pernah ngobrol sama dia." Sabrina sempat menangkal issue bahwa dia dan Revanda dekat. Aku tidak sengaja mendengar bahwa gak ada yang tahu tentang siapa sih perempuan yang lagi dekat sama Revanda.

Sampai suatu hari di sekolah, aku sedang duduk di kantin sama Andin, Bintang, Hani, dan Nisa. Tiba-tiba seorang perempuan dengan rambut ikal mendekatiku. 

"Hai, Diera. Aku mau bicara dong sama kamu?"

Aku dan teman-temanku yang lain menoleh, dan aku surprised melihat siapa yang berbicara. Berdirilah, perempuan bertubuh mungil dan berambut keriting, Vina. 

Vina mantannya Revanda. 

Vina tersenyum dengan sangat tulus, dan menyapa teman-temanku yang lain juga. Sambil menunggu jawabanku, Bintang menyenggol kakiku "Dier, ditanyain tuh."

"Ehh—Sure!" aku menjawab dan aku light Vina segera duduk di kursi kosong tepat disebelahku. Teman-temanku bisa mendengar dengan jelas tentang apa yang akan kami bicarakan.

"So, I hear from Revanda... kalian lagi deket ya?" Seketika badanku seperti nge-freeze untuk sesaat. Aku gak tahu harus jawab apa, apa aku harus pura-pura bodoh supaya hubungan pertemananku dengan Revanda di dunia maya akan menjadi selamanya rahasia.

Aku berdehem, mencoba menyeruput minuman yang aku bawa. "Ehmm maksudnya??" That's right, Diera. Act stupid!

Vina terlihat tidak percaya. "Aku tahu kok kamu lagi deket. Aku sebagai mantannya, aku dukung 100%! He's a good person!"

"Kita hanya berteman kok." Jawabku singkat.

Viena tersenyum, seperti menahan tawa. "Okay, tapi aku hanya mau kasih tahu, aku dukung kalian. Kalian bakal jadi the cute couple!" Jawab Vina sambil meninggalkanku.

Teman-temanku sudah tahu bahwa aku sering online MSN Messenger. Tapi mereka tidak tahu bahwa aku dekat dengan Revanda. THE Revanda.

Bintang tersenyum lebar, "What did I just hear? Kamu dekat sama Revanda? Ooh pantes ya chatku sering lama balasnya!" Canda Bintang.

Nisa dan Hani hanya tertawa, tidak terlalu menimbrung, karena mereka terlalu fokus belajar walaupun jam istirahat.

Sedangkan respon Andin hanya terdiam. Sampai akhirnya saat hanya aku dan Andin berdua saja. 

"Diera, gue gak suka lo sama Revanda. Gue gak yakin lo bisa sama dia. Dia punya banyak teman perempuan dan kehidupannya juga jauh beda sama lo. Dia bandel, lo bakal sakit kalau pacaran sama dia. Lo terlalu baik untuk dia." 

Kalimat itu masih menghantuiku sampai aku pulang sekolah.


***


Minggu ketiga aku dan Revanda bertukar pesan. Komentar dari Vina dan reaksi negatif dari Andin tidak terlalu aku pedulikan. Aku tahu ini hal yang gak normal, hubunganku dengan Revanda yang gak bisa juga dibilang teman, pacar, apalagi sahabat? Sahabat enggak saling pura-pura gak kenal di sekolah.

Tapi, bertukar pesan dengan Revanda di dunia maya benar-benar seperti menghirup udara segar. Rasanya seperti hari ulangtahun mu setiap hari. 

Mungkin disini adalah bagian lain di hidupku dimana aku tidak merasa memaksakan orang untuk berbicara denganku atau menyukaiku.  

Aku dan Revanda selalu punya hal untuk diobrolin. Mulai dari akhirnya aku tahu alasan username nya mengerikan, ternyata itu nama dari band International yang ia tahu dari abangnya, pemain band terkenal di Indonesia.

Tapi, anehnya kita gak pernah membahas tentang kenapa kita gak pernah ngobrol di sekolah. Atau sekedar menyapa. Aku pikir, yang penting kita nyaman ngobrol di dunia maya. 

MrSuicide: Akhirnya kamu online juga

Thumbellina: Hehe cieeee nungguin

MrSuicide: Aku selalu nungguin kamu

Aku termenung melihat jawaban Revanda. Tidak terasa pipiku menjadi merah merona.

Aku jatuh cinta.

***



Crush(ing) HardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang