London girl

204 12 0
                                    

Suasana London di musim semi benar-benar indah, itulah mengapa bagi seorang Audrey London adakah rumahnya yang indah.

Audrey lahir dan besar di London, dia memiliki seorang kakak laki-laki yang sekarang juga sedang menjalankan bisnis keluarganya di Swansea bersama orangtuanya. Membuat Audrey mau tidak mau harus tinggal sendiri di London, karena dia masih harus menyelesaikan study kedokterannya di Oxford.

"Morning Miss Audrey!" Sapa temannya ketika Audrey baru saja memarkirkan mobilnya.

"Mr Theo, where is Leah?"

"Dia belum datang sepertinya. Setahuku semalam dia ada jadwal residen, mungkin akan sedikit terlambat. Bagaimana resident mu?"

"Baik. Semua senior juga baik, aku beruntung mendapatkan tim yang selalu bisa membantuku. Hanya tinggal menunggu setahun lagi, sebelum kita resmi menjadi dokter bedah"

"Lalu setelahnya, apa rencanamu?" Tanya Theo karena dia tahu sahabatnya ini mempunyai banyak pemikiran dikepala kecilnya itu.

"Kau mengingatkanku tentang hal itu lagi. Papa ku ingin aku bersama mereka di Swansea, sedangkan aku ingin sekali menetap di London atau setidaknya kembali ke Indonesia"

"Kenapa harus Indonesia? Bukankah kau jarang sekali kesana"

"Entahlah, sepertinya akan tenang selama berada disana"

"Miss Audrey!!! Baby Theo!!!!" Seru seorang gadis berambut brunnete kesayangan mereka, Leah.
Sahabat Audrey yang juga merupakan kekasih dari Theo, orang yang selalu membawa kebahagiaan di kelompok mereka.

"Haai Miss Leah. Bagaimana semalam?" Tanya Audrey seraya memeluk sahabatnya itu.

"I think they hate me. Mereka membuatku melakukan semua pekerjaan, apa mereka tidak mengenalku? Aku Leah Beatrice thompson"

"Tidak ada yang akan memperdulikan itu sayang. Mereka bahkan tidak memperdulikan nama belakang Audrey"

"Sudahlah, ayo masuk dan kita selesaikan ini"

.

Setelah menyelesaikan kelasnya, Audrey memilih berpisah dari teman-temannya. Ada satu tempat yang selalu ia tuju ketika selesai melakukan semua kegiatannya, tempat dimana ia mendapatkan ketenangannya, tempat dimana ia bisa mencurahkan semua keluh kesahnya.

St.paul cathedral. Dulu ia sering menghabiskan waktunya disini bersama keluarganya, lalu sampai sekarang ia selalu senang menghabiskan waktunya disana.

"Halo Mas, aku masih di gereja. Kenapa?" Jawabnya sambil mengangkat telpon kakaknya.

"Kapan liburmu mulai?"

"Ayolah mas, aku bahkan baru memulai residen ku. Kenapa?"

"Ada tawaran pekerjaan untukmu sementara. Apa kau bisa? Tidak sekarang tapi sepertinya setelah masa residen mu selesai. Berminat?"

"Pekerjaan apa? Jangan aneh-aneh mas" ujarnya karena dia tahu terkadang kakaknya ini terlalu memanfaatkan studinya.

"Rahasia. Ini untuk Indonesia, bukankah kau ingin mengharumkan nama Indonesia?"

"Sudahlah mas mulai aneh. Bye!!"

Audrey memasuki gereja dan mengambil tempat di deretan depan, memakai mantilla yang selalu ia taruh didalam tas. Menautkan kedua tangannya dan mulai berdua.

Semua orang yang memasuki gereja bisa melihat bagaimana wajah berseri penuh kebahagiaan terpancar dari wajah cantik itu, termasuk seorang laki-laki tampan.

Meskipun saat ini ia sedang menggandeng tangan seseorang, tapi dia tidak bisa menepis kecantikan yang terlihat di wajah manis itu.

Laki-laki itu kemudian memilih untuk duduk dibelakang Audrey, entah mengapa dia seperti ini.

"Terima kasih Tuhan, permudah semua yang aku lakukan, perkuat diriku, berikan aku perlindungan mu. Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. Amin."

Laki-laki itu mengernyitkan dahinya, ia tahu bahasa itu. Apakah perempuan itu juga berasal dari negara yang sama. Melihat wanita itu berjalan keluar, laki-laki itu segera mengikutinya, meninggalkan wanitanya berdoa sendirian.

Entah magnet apa yang wanita itu miliki, sampai membuatnya menggila seperti ini.

"Excuse me. Hmm i'm sorry, I am Nathan. Can you show me the way to London bridge?"

"Ah are you new here?"

"Yeah, from Netherland. I'm a little bit confused here. And i hear you speak bahasa, so i thought that maybe you can show me"

"Aku Audrey. Aku akan menuliskannya jadi kau akan mengingatnya. Ini jalan tercepat menuju tempat itu, karena rute ini yang selalu aku pakai"

"Terima kasih. Semoga kita bertemu lagi"

"Sama-sama, bye Nathan"

Salahkan Nathan dan hatinya yang lemah, hanya dengan senyuman kecil itu dia bisa bergetar.

"What's wrong with you Nath" ujarnya sambil memegangi dadanya yang berdetak hebat.

MY TJOETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang