Jealousy

83 12 5
                                    

Audrey membuka kedua matanya malas, pertengkarannya semalam dengan Nathan benar-benar menguras tenaganya. Setelah ia berteriak keras dihadapan Nathan, pria itu memeluknya erat dan meminta maaf berkali-kali. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berdiam diri, membiarkan Nathan melakukan apa yang ia inginkan.

"Wake up sleepy head" ucap pria tinggi itu sambil membuka jendela kamar Audrey.

"Argh, don't wake me up. I'm tired"

"Why? What's happen with you and Nathan last night?" Pria itu duduk disamping ranjang, memperhatikan sepupu manisnya itu yang masih memejamkan matanya.

"Kenapa kalian bisa punya pemain keras kepala seperti itu? Kepalaku hampir pecah karena orang itu"

"Kami semua keras kepala asal kau tahu"

"Ada yang mau aku tanyakan. Apa Nathan mengatakan sesuatu pada pemain lain jika kami dekat? Mereka menatapku aneh kemarin saat latihan" ujar Audrey yang langsung beranjak duduk.

"Kami punya grup chat. Sepertinya awal kalian bertemu, dia sudah menceritakannya di grup dan posisinya ia baru kembali dekat dengan fefe. Dia selalu cerita saat kau mengabaikannya dan meminta saran kami semua"

"Tunggu. Berarti seluruh pemain diaspora tahu tentangku? Karena Nathan bercerita?"

"Yeah begitulah"

"Tapi apa dia tahu tentang kita?"

"Tentu tidak. Tidak mungkin aku akan langsung bilang jika kita sepupu"

"Bagus. Sekarang pergilah, latihan pagi akan dimulai sebentar lagi"

"Bersikap sopan pada orang yang lebih tua atau akan aku beritahu Nathan"

"Beritahu saja, aku tidak peduli lagi padanya. Aku tidak akan ikut sarapan dan latihan pagi"

"Tidak. Bangun sekarang dan ikut denganku sarapan, atau akan aku panggil Nathan kesini dan bilang jika kau juga mencintainya"

"Mas Jay!!!!"

Jay Idzes. Yah mereka adalah sepupu jauh, karena kakek Jay dan kakeknya kakak beradik. Tidak ada yang mengetahui fakta ini karena mereka menutupinya secara rapi.

Keduanya keluar dari kamar Audrey, tapi sialnya disaat bersamaan Nathan keluar bersama Rafael. Audrey sempat terhenti sejenak sebelum tubuh Jay menabraknya karena pria itu sedang menutup pintu kamarnya.

"What are you doing Jay? Why did you come out of Audrey's room? did something happen?" Tanya Rafael pada Jay sedangkan Nathan hanya bertatapan dengan Audrey.

Tatapan penuh tanya, tatapan yang menyiratkan sedikit kecemburuan.

"I'm consulting with Audrey. I felt my legs were a little bit uncomfortable, but everything was fine. Thank you dr. Audrey"

"Nah that's okay. I'll go first"

Audrey yakin baik Nathan juga Rafael akan merasa aneh, mengapa Jay keluar dari kamarnya dengan alasan konsultasi. Karena seharusnya konsultasi pemain dilakukan bersama dokter lainnya, bukan hanya satu dokter.

"Mas Jay bodoh. Dia akan membuatku dalam masalah besar setelah ini'

Audrey segera menuju resto untuk mengambil sarapannya, ia lebih memilih duduk di meja yang tersembunyi karena ia tidak ingin berinteraksi dengan siapapun. Ia sudah terlalu lelah dengan orang-orang disekitarnya.

"Let's talk" Nathan sudah duduk dihadapannya dengan membawa piring.

"I'm hungry. Don't talk to me"

"What's happen with you and Jay?"

MY TJOETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang