Match day

81 10 0
                                    

Audrey sedang berada di kliniknya, ia mendapat shift malam kali ini bersama Theo. Sudah menunjukkan pukul 6 sore, seharusnya pertandingan Arab Saudi melawan Indonesia sudah dimulai.

Entah mengapa, Audrey memutuskan untuk duduk diruang tunggu sambil menyalakan televisi setelah mendapatkan ijin dari senior nya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Theo yang sedikit heran dengan sikap temannya ini.

Audrey memang suka menonton bola, tapi itu hanya untuk club kesayangannya MU dan real Madrid tapi kali ini, Theo patut curiga.

"Hanya menonton bola. Indonesia main hari ini di round 3 piala dunia"

"Sejak kapan kau sampai memaksakan untuk menonton. Bukankah saat berjaga kau tidak pernah menonton, siapapun yang bertanding"

"Ayolah aku hanya ingin menonton, lagipula klinik juga kosong"

"Apa pria itu bermain? Well dilihat dari kakinya tidak mungkin dia bukan atlit, jangan berbohong padaku"

"Iya dia bermain malam ini, dia memintaku untuk menonton. Lagipula kemungkinan bulan depan aku akan bergabung dengan tim medic disana, permintaan dari ketua federasi"

"Kebetulan yang sangat baik. Kau menyukainya atau aku bisa menyebutnya mencintai?"

"Theo, kau berfikir terlalu jauh. Aku benar-benar masih ingin sendiri saat ini"

"Baiklah, aku percaya. Nomor punggung berapa dia?" Tanya Theo sambil mengambil tempat disamping Audrey.

"22. Tjoe A On!"

"Ah, sekarang aku tahu kenapa kau bisa tertarik padanya"

"Aku tidak Theo!!!"

"Iya aku percaya"

Sudah sangat lama Audrey tidak menonton timnas bermain, sekarang ia benar-benar terkejut dengan perkembangannya dan bagaimana pemain sebagian besar diisi oleh pemain diaspora.

Pemain mereka berkembang dengan sangat baik, tapi Audrey tidak melihat Nathan. Dia hanya melihat bagaimana kondisi tubuh Nathan, seperti ada yang salah dengan laki-laki itu.

"Apa kau melihatnya? Pria mu, ada yang salah dengan kakinya"

"Namanya Nathan. Iya benar, ada yang salah dengan kakinya"

Beberapa kali sedikit melihat lari Nathan sedikit goyah, dia berfikir mungkin karena kondisi lapangan yang bergelombang tapi itu semakin sering dan membuat Audrey yakin jika yang bermasalah adalah kaki Nathan.

"Dia pemain yang baik, lihat staminanya dan ambisinya. Tapi dia pemain yang cukup tempramen"

"Oh kau menyukai bola sekarang?" Tanya Audrey pada Theo yang pada dasarnya memang tidak pernah menyukai bola.

"Tidak juga, hanya untuk mengawasi nomor 22. Dia mendekati sahabatku, tentu saja aku harus memeriksanya, apa dia pantas untukmu" ucap Theo kemudian pergi meninggalkan Audrey sendiri.

Entah Audrey harus senang atau sedih, tapi memiliki Theo dan Leah benar-benar seperti memiliki kakak lagi.

Audrey pov

Mereka mampu menahan imbang Arab saudi dengan skor 1 sama, Nathan terlihat tidak dalam kondisi yang baik. Semua yang ia lakukan terlihat berantakan, bahkan saat ia berlari.

Beberapa menit setelah siaran pertandingan berakhir, ponselku berbunyi dan itu telpon dari Nathan via IG.

"Haloo..."

MY TJOETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang