Happy reading
-
-
-Di usianya yang baru menginjak 19 tahun, Luna sudah terbiasa dengan sunyi. Bukan sunyi dari suara, tapi dari perhatian yang dia sembunyikan sendiri,sebuah perlindungan yang dia bangun sejak kecil. Setiap tatapan asing, setiap kata-kata tajam yang pernah dilemparkan padanya, semuanya dia simpan rapat-rapat di sudut hatinya. Bukan karena dia lemah, tapi karena dia tahu... tak ada yang lebih menyakitkan daripada melihat kekhawatiran di wajah orang yang dia cintai.
Meskipun keluarga Luna tampak lengkap dari luar, namun kenyataannya jauh dari kata ideal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi pelindung bagi keluarga, justru sering melontarkan kata-kata kasar. Ketika Luna masih kecil, dia tidak mengerti mengapa ibunya sering menangis di kamar atau mengapa suasana di rumah terasa begitu tegang setiap kali ayahnya pulang. Namun seiring bertambahnya usia, Luna mulai memahami bahwa kata-kata kasar yang ayahnya lontarkan menghancurkan hati mereka satu per satu.
Luna tidak pernah merasakan apa artinya memiliki figur seorang ayah. Baginya, kata 'ayah' hanyalah cerita yang dia dengar dari teman-temannya.Tidak hanya emosional, tapi ayahnya Luna juga meninggalkan tanggung jawab besar di pundak ibunya, yang harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga mereka. Ayahnya tidak memberikan nafkah atau bantuan apa pun, membuat ibunya harus bekerja lebih dari dua pekerjaan untuk memastikan anak-anaknya memiliki kehidupan yang layak.
"Ibu udah pulang?" tanyanya sambil memberikan segelas air pada ibunya.
"Iya" jawab ibunya dengan suara yang tampak lelah.Setiap hari,Luna melihat ibunya pulang dengan wajah lelah namun tetap berusaha tersenyum untuk mereka.Luna melihat bagaimana ibunya berjuang tanpa keluhan, dan ini membuatnya tumbuh dengan rasa tanggung jawab yang besar.
Ada rasa bersalah menyeruak dihatinya. Meskipun Luna tahu bahwa keluarganya mencintainya, dia tidak ingin menambah beban mereka dengan menceritakan tentang ejekan dan perundungan yang dia alami di sekolah.
Dia merasa, dengan kondisi kakaknya dan keadaan keluarganya yang sudah sulit, dia harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.Di sekolah, Luna sering kali merasa sendirian. Dengan disabilitasnya, dia menjadi target empuk untuk ejekan anak-anak.
"'Robot",kata mereka, setiap kali dia melangkah dengan kaki yang tidak sempurna. Hatinya terasa seperti dihancurkan berkali-kali, tapi bibirnya tetap terkunci. Dia tahu jika dia membalas, mungkin semuanya akan semakin buruk. Jadi, dia memilih diam. Diam bukan karena dia setuju dengan mereka, tapi karena tidak ada kata yang cukup kuat untuk melawan kenyataan itu. Setiap kali ejekan itu datang, dia ingin berteriak, marah, atau bahkan menangis. Tapi, apa gunanya? Karena pada akhirnya, mereka benar... jalannya memang tidak seperti orang lain.
Ejekan itu sudah menjadi bagian dari kesehariannya, tapi Luna tidak pernah berani melawan.
Dalam hati kecilnya, dia ingin melawan, ingin membalas, tapi dia tahu bahwa itu hanya akan memperburuk keadaan.
Dia selalu memilih untuk menundukkan kepala, menahan air mata, dan menyembunyikan rasa sakitnya dari semua orang termasuk keluarganya.Luna selalu merasa bahwa dia harus kuat, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk keluarganya terutama untuk ibunya yang sudah mengorbankan segalanya demi keluarga mereka. Dia merasa memiliki tanggung jawab besar untuk tidak menambah beban ibunya, dan inilah yang membuatnya menutup diri dari orang-orang terdekatnya.
Luna merasa terjebak antara dua dunia yang menghimpitnya. Di satu sisi, ada rumah yang penuh dengan luka emosional dari ayahnya. Di sisi lain, ada sekolah yang penuh dengan cemoohan dari teman-temannya. Namun, di tengah semua itu, Luna tetap mencoba bertahan, karena bagi dia, menyerah bukanlah pilihan.
---
Pagi itu, udara terasa dingin menusuk tulang. Luna menarik napas dalam-dalam, menghembuskannya perlahan saat embun membeku di ujung jari-jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Di Antara Bayangan [END]
Short Story"Luna, gadis muda yang hidup dengan disabilitas tuna daksa, tumbuh dalam keluarga yang penuh tantangan. Di tengah cibiran teman-temannya dan kehidupan rumah tangga yang penuh luka masa lalu, Luna harus menemukan kekuatan untuk menghadapi takdirnya...