Bayangan di Balik Kenangan

0 0 0
                                    

Hai, sebelum mulai baca, jangan lupa follow dan add cerita ini ke library ya! Biar nggak ketinggalan update selanjutnya. Komentar, kritik, dan saran juga selalu ditunggu. Terima kasih sudah mampir, and...

Happy reading!
-
-
-

Luna duduk sendirian di pojok perpustakaan, buku yang terbuka di depannya tidak benar-benar menarik perhatian. Pikirannya penuh dengan apa yang baru saja didengarnya. Hatinya terasa berat dan kepala berdenyut karena kebingungan dan kemarahan.

Saat Luna mendengar rumor itu, dia merasa seperti dunia di sekelilingnya berputar. Dadanya berdebar kencang dan matanya mulai membasah. Dia berusaha menahan diri, tetapi buku yang dia pegang terasa semakin berat. Tiba-tiba, dia merasa seperti semuanya runtuh di sekelilingnya.

Luna menjatuhkan buku di meja dengan keras, suara jatuhnya yang menggema di ruang perpustakaan yang sunyi. Semua orang di sekelilingnya menoleh, dan Luna bisa merasakan tatapan mereka. Wajahnya memerah, perasaan cemas dan marah bercampur aduk.

Dengan tangan bergetar, Luna menutup bukunya dan meremas kertas yang ada di tangannya. "Jika semuanya hanya tanggung jawab, apakah itu berarti aku tidak berarti apa-apa baginya?" Dia mengeluh pada dirinya sendiri, menahan air mata yang mulai menetes.

Dia berdiri dengan cepat, berusaha menenangkan diri, namun langkahnya terasa goyang. Luna berjalan keluar dari perpustakaan dengan tergesa-gesa, tidak peduli pada tatapan penasaran dari teman-temannya.

"Apa benar Nari cuma temenan sama aku karena sebuah janji?" Luna bertanya-tanya dalam hati, suaranya hampir tidak terdengar.

Dia mengingat kembali setiap momen yang dia lalui bersama Nari,tawa, dukungan, dan saat-saat ketika Nari selalu ada untuknya. Semua terasa seperti ilusi yang sekarang mulai retak. Luna merasa hatinya terjepit antara rasa syukur karena ada seseorang yang peduli, dan rasa sakit yang mendalam karena mungkin semua itu hanyalah kewajiban.

"Luna.." Nari kembali ke perpustakaan, tapi Luna sudah tidak ada.
"Eh,kok nggak ada, kalian lihat Luna nggak?"tanya Nari pada salah seorang temannya.
"Oh,tadi kita lihat dia keluar terburu-buru" jawabnya seolah tak terjadi apa-apa.

Nari keluar untuk mencari Luna.

Luna memutuskan untuk meninggalkan perpustakaan lebih awal hari itu, ia tidak ingin bertemu siapa pun. Dengan perasaan hati yang kacau dan keputusasaan yang mendalam, Luna melangkah pergi dari sekolah, meninggalkan semua yang dia tahu dan percayai, dan menghadap dunia luar yang penuh ketidakpastian.

Di luar, dia berdiri di halaman sekolah, menatap kosong ke arah langit. "Mungkin lebih baik kalau aku sendiri saja," pikirnya, merasa semakin terasing dari dunia di sekelilingnya.

Saat dia melangkah pergi, kegelapan malam mulai menyelimuti sekolah. Luna merasa lebih kesepian dari sebelumnya, dikelilingi oleh banyak orang tapi merasa sangat terasing. Ketidakpastian dan rasa sakit baru ini menambah beban yang sudah ada di hatinya, dan dia tahu, hari-hari ke depan akan menjadi lebih sulit.

---

Malam itu begitu sunyi, hanya terdengar suara angin lembut yang menyusup di sela-sela jendela kamarnya. Luna duduk di ujung tempat tidurnya, memeluk lutut sambil menatap kosong ke arah buku catatannya yang masih terbuka di meja. Cahaya lampu kecil di sudut ruangan memberikan kesan hangat, tapi di dalam hatinya, Luna merasa dingin.

Segala yang terjadi di sekolah hari ini terus terngiang di pikirannya. Kata-kata teman-temannya, tatapan kasihan yang tak pernah ia sadari, dan sekarang... rumor tentang Nari. Bagaimana bisa semua ini terjadi padanya, seolah-olah ia hanyalah sebuah objek simpati? Bukan seseorang yang benar-benar dihargai karena siapa dirinya.

Jejak Di Antara Bayangan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang