🌟07. Kenapa Baru Kembali?

9 2 0
                                    

Haiii, Gengs👋
Gimana kabar kalian?
Ramein dulu pakai emot ini🌷
Happy reading, Gengs 🤟
.
.
.
🎀✧⁠*(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧⁠*🎀

07. Kenapa Baru Kembali?


"Kamu cari dompetmu ini, Sasya?"

"Sasya? Kak Bandung tadi panggil aku Sasya?" Raut wajah bingung tak dapat disembunyikan oleh gadis itu. Seingatnya, dirinya tak pernah mengenalkan nama panggilan itu pada LO nya. Hanya beberapa orang terdekat saja yang memanggilnya dengan nama panggilan kecilnya itu.

"Iya. Sasya sahabat kecil Banu."

"Banu?" Kali ini bukan lagi dengan wajah terkejutnya, namun juga matanya yang melebar dengan menatap Bandung tak percaya. "Kak Bandung tau Banu?"

Bandung tersenyum lebar, sorot matanya sangat terlihat tengah memendam banyak kerinduan di sana. "Makasih, Sya. Aku senang kamu kembali lagi. Meskipun enam belas tahun bukanlah waktu yang singkat."

"Maksudnya?" Otak Asia seperti enggan untuk berpikir. Dirinya terlalu terkejut dengan semua ucapan yang Bandung katakan.

"Aku Banu. Sahabat kecilmu dulu. Semoga kamu masih mengingatnya."

Dan kali ini, Asia benar-benar tak dapat membendung keterkejutannya. Benarkah di depanku ini sahabat kecilku dulu? Aku nggak pernah lupa nama itu.

🎀•••🎀

"Sya!"

"Sasya!" panggilnya lagi dengan suara sedikit lebih keras dari sebelumnya.

"Sya, ayo, main! Aku udah di depan rumah kamu, nih!" Sambil menoleh ke kanan dan kiri di setiap sudut rumah, memperhatikan dengan baik jika tiba-tiba seseorang yang ditunggunya itu keluar dari dalam tempat itu.

Sunyi.

Anak lelaki itu menunduk, memandangi kaki dan memainkan jemari mungilnya, wajahnya tertekuk. "Sya, kamu di mana?" gumamnya. "Kenapa nggak mau main bareng lagi sama aku?" Dia berucap dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Rumah yang sejak beberapa hari lalu selalu dia kunjungi, tapi seseorang yang dia cari tidak pernah terlihat lagi.

"Aku pengin kita main lagi kayak kemarin-kemarin, Sya," ucapnya lagi. Mengusap-usap matanya, tak ingin terlihat sedang menangis.

Cukup lama anak lelaki itu hanya berdiri di sana. Masih berharap seseorang yang dicari itu muncul dan menjawab panggilannya. Namun, selama apapun dia menunggu beberapa hari ini, dia sadar bahwa temannya itu tak muncul lagi dari dalam rumah minimalis putih itu.

"Sya, aku pulang dulu. Besok aku ke sini lagi. Dan semoga besok kamu udah mau main lagi sama aku," ucapnya sembari tersenyum, meski cukup sulit. Setelahnya, dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah, dengan masih mengusap air mata.

Ketika tepat berada di depan pintu rumahnya dan belum sempat mengetuk, dari dalam seseorang telah membuka pintu dengan kasar, menarik tangannya menjauhi rumah. "Banu, ayo, kita pergi!"

Dan anak lelaki itu, tanpa tahu dan bertanya apapun lagi, dia melangkah menjauh, meninggalkan rumahnya juga rumah temannya, Sasya. Bersama seseorang yang sesaat lalu membawanya. Jauh.

Bandung dan 130 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang