D-Day~ Malam di Cikepuh

461 86 28
                                    

Serius kamu belum booking opentrip apa-apa? Kaaak, dunia itu luas kalau cuma dihabiskan untuk di rumah. Yuk~ yukkkkk jalan-jalan!

✨️🪸🪼🦋✨️

°
°
°

17:50 WIB, Pantai Cikepuh

Sejak sampai di Pantai Cikepuh dan setelah menurunkan barang-barang, para hawa sibuk foto-foto dan berlari ke sana-sini sementara para adam mendirikan tenda untuk camping

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak sampai di Pantai Cikepuh dan setelah menurunkan barang-barang, para hawa sibuk foto-foto dan berlari ke sana-sini sementara para adam mendirikan tenda untuk camping. Seperti kata Jeffar, Erlangga, dan Minggu, pantai ini tidak berpenghuni. Kalaupun ada pondok yang berdiri di sekitar pantai, itu adalah pondok sementara yang didirikan para nelayan di musim mereka melaut. Saat para nelayan sudah selesai masa melaut, maka mereka akan kembali ke rumah asli mereka.

" Anjir Jingga, lo sholat apa nafas? Cepet banget buset ", cibir Calistya yang terkejut melihat Jingga yang sudah tahiyat akhir dan salam. Yang dikatai sih cuma terkekeh saja, tapi saat menoleh ke belakang, Jingga ikut terkejut karena Anne masih sholat rakaat ke-dua padahal mereka mulai di waktu yang sama.

" Ga ada tuma'ninahnya gue liat-liat ", sambung Bagas yang mengundang cibiran Aruna.

" Sok paham tuma'ninah njir, lo aja ga pernah sholat ". Perkataan Aruna mengundang ledekan dari berbagai pihak. 

" Dih parah, padahal sholat kan tiang agama ", sahut Jaka sok suci. Padahal dirinya sendiri saja sholatnya masih bolong-bolong. Bahkan seminggu saja bisa dihitung dengan jari berapa kali seorang Jakaria Adithya Ramadhan sholat.

Bagas mendengus dan spontan menoyor pelan pipi Jaka. Mengobrol hampir satu setengah jam di atas perahu nyatanya membuat Bagas dan Jaka menjadi dekat seakan sudah berteman lebih dari separuh hidupnya. " Ya tiang agama lo bjir, bukan agama gue. Orang gue hindu! "

Mereka tertawa lagi, suasana semakin hidup berbanding terbalik dengan langit yang semakin syahdu menampakkan campuran warna merah muda, oranye dan keunguan, menandakan waktu maghrib semakin dekat. Yang beragama Islam, bergantian mengambil wudhu dan melaksanakan sholat maghrib dengan Erlangga sebagai imamnya. Sementara non-muslim yang terdiri dari Aruna, Bagas, dan Calistya mempersiapkan air mineral gelas dan sendok plastik untuk acara makan malam nanti. 

" Lo tadi dari Jakarta ke Sukabumi naik apa Cal? ", tanya Aruna mencoba memecah keheningan. 

" Panggil Icha aja, ribet kalo manggil pake nama gue ", kata Calistya yang mulai saat ini akan kita sebut Icha. " Btw tadi gue naik kereta dari Bogor ke Cisaat ", lanjut Icha lagi.

" Lah katanya apartemen lo di Jakbar rumah lo Depok? ", tanya Aruna lagi yang menarik perhatian Bagas.

" Lo Jakbar? Jakbar mananya? ". Bagas ikut bertanya.

Sambil menata air mineral gelas di tengah-tengah, Icha menatap ke arah Bagas dan Aruna. " Gue sengaja nginep di rumah temen gue di Bogor biar gampang. Apart gue di daerah Grogol "

• OPEN TRIP : 97 LINE [Rosé's Focus]•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang