TP. 1 Mingyu's carelessness

523 95 8
                                    


__________




Berada dibalik ruangan kosong, bukanlah impian seorang Lalisabeth Claire. Bukan hanya dia saja yang tidak memiliki impian terkurung dibalik ini, mungkin kebanyakan orang juga tidak ada memiliki impian yang sama dengannya.

Lisa tidak tahu, akan sampai kapan dirinya akan terkurung dibalik ruangan dengan penerangan remang-remang.

Baterai dihandphone miliknya sudah sekarat—kalau dipergunakan untuk menelepon lagi, pasti akan langsung habis. Jadinya, Lisa memilih untuk berhemat dengan baterai handphone yang hanya menyisakan 7%.

Lisa duduk dipojokan dengan pandangan lurus pada pintu. Harapan Lisa, semoga ada pangeran yang datang untuk mendobrak pintu ruangan ini. Hayalan ini terlalu tinggi, tapi Lisa sangat mengharapkan itu terjadi di kehidupannya. Mungkin akan seromantis flm Disney.

Lamanya memandang pintu, malah membuat Lisa jadi mengantuk. Melihat pintu tertutup dengan cahaya ruangan remang-remang, malah membuat kesan cocok untuk mengawali tidurnya. Apa sekarang sudah malam? Kalaupun iya, sudah pukul berapakah sekarang. Lisa tidak akan membuka handphonenya hanya sekadar melihat jam, karena dia sudah berjanji akan menggunakan handphone ketika di situasi genting saja.

Padahal situasinya sekarang genting, karena dia belum juga dikeluarkan dari dalam ruangan penuh akan kehampaan.

Dalam hitungan sekejap Lisa sudah menidurkan dirinya. Kepala tersandar di tembok nan dingin. Mata tertutup sempurna dengan helaian rambut sebagai penutup area wajahnya. Bahkan dia juga tidak segan untuk mendengkur.

Atasan Mingyu terus mengoceh akibat Mingyu melupakan seseorang. Bagaimana bisa, Mingyu baru memberitahukan kalau dia mengurung seorang wanita didalam ruangan yang ada di gedungnya. Apalagi Mingyu begitu bodohnya, baru memberitahukan itu ketika mereka sudah berada di Penthouse.

Acara peresmian Plaza baru selesai pada siang hari. Tapi Mingyu baru memberitahukan soal mengurung seseorang pada waktu malam hari. Begitu bodohnya Mingyu ini. Mereka berdua sampai harus begitu repot untuk kembali lagi ke gedung, padahal jam operasi bekerja sudah berakhir sore tadi.

"Berhentilah mengoceh, gendang telingaku serasa akan pecah. Olehmu mulut lebarmu" Sudah cukup Mingyu mendiami Seungcheol, kini saatnya untuk dia membuka mulutnya.

Kalau Seungcheol tidak dikatakan seperti itu, mungkin sampai mereka kembali ke Penthouse pun Seungcheol akan tetap mengoceh. Mingyu bukan sengaja, tapi dia memang tidak mengingat soal telah mengurung seseorang didalam ruangan.

"Bicara yang sopan dengan atasanmu, idiot"

"Tapi ini sudah diluar jam bekerja, jadi aku bebas bertutur kata apapun denganmu. Dasar pria bermulut wanita, ganti saja p*nismu dengan v*gina" Ungkap Mingyu, dia sudah mulai untuk memutar kunci ditempatnya.

Wajah Seungcheol memerah, betapa kurang ajarnya mulut asisten ini. Andai Mingyu bukan pilihan ayahnya menjadi asisten, sudah Seungcheol pecat dia dari dulu. Sayangnya, ayah Seungcheol tidak akan senang kalau Seungcheol memecat seorang pekerja hanya karena masalah sepele.

Mereka boleh dipecat, jikalau membuat kesalahan besar dan itu menimbulkan suatu kerugian didalam perbisnisan. Barulah orang yang seperti itu, layak untuk dipecat atau malahan di blacklist.

The possessiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang