Mr. Pemaksa

9.4K 517 10
                                    

Suara telepon membangunkanku dari tidur lelapku. arrghh.. Siapa yang membangunkanku pagi hari pada hari Sabtu? Catat. Hari Sabtu. Dan ini masih jam setengah delapan pagi. Aku melihat nama penelpon. Nomor tidak dikenal. Mungkin ada hubungannya dengan pekerjaan.

"Halo. Selamat pagi." Ucapku seramah mungkin.

"Al." suara ini.

"Reynand."

"Syukurlah kamu masih hapal suaraku."

"Mau apa lagi kamu menelponku?" Tanyaku dengan ketus.

"aku mau mengantarmu ke markas. Mobilmu masih disana. Kamu nggak lupa kan?" aku hanya mendengus. Tak mungkin aku melupakan hal penting seperti itu.

"Tentu aku ingat Rey."

"Setengah jam lagi kujemput."

"Hah...Untuk apa?"

"Ya untuk mengantarmu ke markas, Sayang. Ih... Gemes deh." aku hanya cemberut mendengar nada suara Reynand yang cenderung mengolokku.

"Nggak perlu. Aku bisa naik taksi." Kataku kemudian.

"Nggak ada bantahan. Setengah jam lagi aku sampai disana. Cepat mandi. Aku tahu kamu baru bangun." Dan Reynand langsung mematikan telepon secara sepihak tanpa mendengarkan jawabanku. uhh...

Mungkin Reynand pernah kecelakaan sehingga otaknya terbentur. Makanya dia jadi pemaksaan dan bikin jengkel seperti itu. Tapi aku pun akhirnya masuk ke kamar mandi dan mandi kilat. Setelah itu memakai baju casual seperti yang biasa ku pakai jalan-jalan.

tepat pukul 8 bel apartementku berbunyi. Apakah itu Reynand? Bagaimana dia tahu nomor kamarku? Akh.. lupa. Bisa saja dia bertanya pada receptionis.

Saat aku membuka pintu, Reynand langsung memberikan senyum yang menurutku sangat manis. Sangking manisnya bisa membuatku diabetes. Duh.. Salah fokus lagi kan.

"Ayo." aku langsung mengambil clutchku dan menutup pintu.

"Aku senang kamu nurut." Katanya sambil mencoba mensejajarkan langkah denganku.

"Antar aku dulu kerumah Devan. Aku ada sedikit urusan dengannya." kataku kemudian. Aku ingin menanyakan perihal dia yang mengetahui kemana Reynand selama ini. Namun ditutupinya. Mumpung ada Reynandnya juga.

"Urusan apa Al?"

"Bukan urusanmu." Jawabku ketus yang dibalas Reynand dengan mencebikkan bibirnya. ihh. kok lucu sih. Tanpa sadar aku terkekeh. Reynand langsung menoleh dan tersenyum padaku. Aku langsung berdehem lalu kembali memasang mode stay cool.

Ketika sampai di depan rumah Devan, aku langsung keluar dari mobil. Tak lupa menyapa Uncle Revan yang sedang menggendong Lenka, cucu pertamanya dari Kak Aralyn. Tidak menyangka juga kalau Kak Ara yang tomboy bisa melangkahi Kak Novan yang sampai sekarang masih menjomblo.

"Aunty."

"Eh Al. Sama siapa kesini."

"Sama teman aunty. Devannya mana Aunty?"

"Ada di dapur tuh lagi sarapan."

Aku segera melangkah menuju dapur dan melihat Devan sedang sarapan bersama Kak Ara dan suami Kak Ara. Aku langsung melangkah mendekati Devan dan menjewer telinganya dengan keras.

"aduh aduh Al. Kamu kenapa sih baru datang langsung ngejewer."
Protes Devan. Namun aku tak mempedulikan dan tetap menjewernya.

"Kamu harus jelasin semuanya sama aku. Ikut aku." Aku pun menarik Devan tanpa melepaskan jeweranku.

Aku membawanya keruang tamu. Di sana telah terdapat Reynand yang duduk manis bersama Uncle Revan dan Aunty Vania. Dan yang membuatku kaget adalah dia dengan luwesnya menggendong Lenka. ih.. udah cocok jadi ayah. eh..

Our SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang