50

81 10 5
                                    

" hyunjin? " panggil changbin pada hyunjin yang baru saja selesai mengambil obat.

" eh? Hyung? Sedang apa disini? "

" menemui teman... cek up? " tanya changbin melirik kantong obat di tangan sang adik.

" hmmm, antrinya lumayan ramai hari ini jadi agak lama... hyung! Free gak? Jalan yuk! Gue bosan di toko mulu... sepi... " rengek hyunjin.

" ayok deh, gue juga lagi butuh ngehibur diri... golf? " tawar changbin.

" gas!! Tapi kita pergi cari makan dulu ya hyung, gue lapar gara-gara nunggu obat lama banget... "

" oke.... kita beli makanan enak lalu kita pamerkan pada mereka yang sibuk bekerja itu... " ujar changbin merangkul hyunjin, membuat adiknya itu membungkuk karena perbedaan jarak tinggi mereka.

" hyung, minimal kalo pendek sadar diri... " ujar hyunjin melepaskan rangkulan changbin, membuat changbin kesal.

" adik kurang ajar! "

.......

" terima kasih atas kerja kerasnya... " ujar eunbi pada seungmin.

Mereka berjalan beriringan, dengan alasan eunbi ingin pergi ke toilet yang kebetulan satu jalur. Dan sudah jelas itu merupakan kebohongan total.

" itu sudah tugasku... oh iya, berapa lama kamu mengenal changbin hyung? Kalian terlihat sangat akrab... "

" akrab darimananya? Tidak sama sekali! Kami baru saja kenal beberapa bulan, dan dia sangat menyebalkan... berisik! " gerutu eunbi membuat seungmin tertawa kecil.

" tapi dia adalah orang yang baik.... dan kaya tentunya... " ujar seungmin yang dibalas anggukan oleh eunbi.

" kuakui dia baik, dia juga anak berbakti... dia rela ikut pengerajinan seni hanya untuk menemani ibunya disana agar tidak sendirian... dia benar-benar tidak pernah meninggalkan ibunya sendiri sedikitpun, dia selalu memastikan ibunya ada bersamanya atau bersama orang terpercaya saat dia tidak bisa ada di sisi ibunya... "

" awalnya aku sempat berpikir dia begitu karena ibunya sakit, tapi jika dilihat-lihat... ibunya sehat-sehat saja... apa pernah terjadi suatu tragedi yang ngebuat changbin begitu menjaga ibunya? " tanya eunbi penasaran.

" setiap tindakan seseorang tentu memiliki alasan, bertanyalah langsung padanya jika penasaran... " ujar seungmin tidak membuat eunbi senang karena tidak mendapatkan jawaban yang ingin ia dengar.

Seungmin yang melihat eunbi cemberut, tersenyum tipis. Tanpa sadar mengelus pelan surai eunbi dengan lembut.

" maaf, bukannya tidak ingin bercerita apapun... tapi aku tidak punya hak untuk menceritakan kisah seseorang tanpa ijin... jangan terlalu marah... " ujar seungmin membuat detak jantung eunbi berdetak cepat, wajahnya merah seperti tomat karena senang dan malu.

" a... a.... aku tidak marah... aku duluan dokter! " ujar eunbi kabur dari hadapan seungmin secepat kilat, ia sungguh tidak bisa mengendalikan diri di hadapan crushnya yang tampan itu. Membuat seungmin senyum-senyum melihat tingkah lucu eunbi.

" pantas saja kau betah di rumah sakit, ternyata ada yang kau taksir ya... kau menyukainya kan? " ujar haechan merangkul seungmin, entah dari mana ia datang.

" berisik! "

" jujur saja padaku, jangan berbohong... aku melihat semuanya... tatapanmu, senyummu... perlakuan manismu..  owh! Aku merinding merasakan euforia penuh cinta darimu... " ujar haechan membuat seungmin geleng-geleng kepala.

" sudahlah, ayo kita istirahat... " ujar seungmin melepaskan rangkulan haechan dan berjalan lebih dulu.

" tunggu aku! Hei! Jawab aku, benarkan? "

" daripada mengurusiku, urus hidupmu sendiri... " jawab seungmin mendorong pelan haechan untuk menjauh.

" ah~ kau terlalu kejam minnie... "

.
.
.
.
.

" hyung, ini seriusan kita ngintip begini? Kayak maling aja... masuk aja yok! " ajak jeongin pada lino yang tengah mengintip rumah si kembar dari jendela.

Mereka berdua memutuskan untuk membuntuti felix ketika lelaki itu keluar dari rumah membawa kakeknya, mereka khawatir felix akan membuang sang kakek. Menelantarkannya ke hutan belantara jika dibiarkan begitu saja.

Namun siapa sangka, felix justru membawa kakeknya pulang kerumah.

" shht! Jangan berisik! Nanti ketahuan! " omel lino menutup mulut jeongin dengan satu tangannya.

" ish hyung! Udahlah yok pulang aja... ini urusan keluarga orang! Ayok pulang! " ajak jeongin menepis tangan lino dari mulutnya.

" kirain kucing liar dari mana... ternyata kucing rumah toh... " ujar seseorang yang sangat mereka kenali suaranya, membuat mereka membeku di tempat.

Menoleh ke belakang dengan patah-patah.

" hallo paman... " sapa lino dan jeongin pada jinyoung yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang mereka sembari berkacak pinggang.

" dasar anak-anak nakal! Beraninya mengintip urusan keluarga orang lain! Kalian kangen hukuman paman ya?! " omel jinyoung menarik kuping lino dan jeongin membuat kedua anak itu berteriak nyaring.

" paman ampun! Lepas! Sakit! " rengek lino.

" paman~ adek gak salah, ino hyung yang ngajakin... " rengek jeongin membuat lino menganga lebar karena dirinya di jadikan tumbal.

" oh begitu... jadi hyung mu ini yang mengajarkan hal tidak beretitut... " ujar jinyoung mempelototi jinyoung, membuat lino meringis ngeri.

" enggak paman! Enggak! Suer dah! Dek! Lu kurang ajar ya dek ya! " gerutu lino menatap jeongin yang memberikan tatapan seperti anak kucing minta di pungut sekaligus tatapan yang membuat lino kesal.

Tatapan yang seolah mengatakan ' maaf hyung, untuk kali ini kita menyelamatkan hidup masing-masing '

( liat aja lu dek! Kagak gue kasih makan lu dirumah! ) inner lino menggerutu.

" kalian ini sudah besar! Kelakuan masih kekanakan! Sudah sana pulang! Kau punya cafe tapi selalu menyusahkan renjun! Selalu renjun yang mengurus cafe sendirian! Kau pikir dia tidak kewalahan?! Kau malah enak-enakan bermain di luar! Lebih baik kau berikan saja cafe itu pada renjun jika tidak bisa mengelolanya! " omel jinyoung memukul pantat lino kuat hingga terasa sangat perih.

" kau juga! Kau sudah telat masuk kuliah setahun! Seharusnya kau rajin belajar untuk mengejar ketinggalanmu! Kau bilang ingin wisuda bareng sama andy, tapi kerjaan mu main saja dengan para hyungmu! Kau niat menjadi pengacara atau tidak?! Dasar anak nakal! Kamu mau paman kirim ke luar negeri biar jauh dari semua orang hah?! Lihat saja kalo kau tidak lulus tepat waktu! Aku akan mengembalikanmu ke gunung! Dan ku tanamkan ke dalam batu! " omel jinyoung memukul pantat jeongin kuat membuat si bungsu berteriak.

" maaf paman... " ucap lino dan jeongin kompak.

" sudah sana pulang! Kembali ke habitat kalian masing-masing! Lino kembali ke cafe! Dan kamu adek! Kembali ke universitas! Jika paman melihat kalian keluyuran akan paman bawa kalian ke desa agar mengurus kandang babi! "

" ampun paman!! " ujar lino dan jeongin buru-buru pergi dari halaman rumah si kembar, secepat kilat memasuki mobil milik lino.

Tancap gas full tanpa basa-basi.

" huft! Aku tidak menyangka setua ini masih akan marah-marah dibuat mereka! "

.
.
.
.
.

" hyung! Lu serius turunin gue disini! " ujar jeongin tidak percaya ketika lino menurunkannya di tepi jalan.

" hukuman untuk adik yang nakal, bye... cari kendaraan sendiri sono! " ujar lino sebelum menancapkan gas mobilnya.

" ouch!! Ino hyung jahat!!! "

* makanya jangan aneh-aneh dek, udah tau ino psikopat...

NOT YET, 2 ( STRAYKIDS ) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang