01. Hujan di pagi hari

407 30 0
                                    

Apa yang di harapkan dari sebuah pernikahan yang di dasarkan oleh perjodohan paksa sepihak?

Sebuah bayangan menyiksa batin sudah terbayang di benak setiap pasangan yang memang tidak mengharapkan pernikahan itu ada. Ini yang Na Jaemin rasakan saat ini, hidup seatap dengan seorang dominan bengis, kasar, suka selingkuh dan yang parahnya ia ber-ego tinggi.

Setiap pagi nya Jaemin akan terbangun di kamar yang berbeda dengan pasangannya, sejak awal terikat nya cincin permata di jari manisnya, Jung Jeno sudah menegaskan kalau ia dan Jaemin tidak akan pernah sekamar meskipun seatap.

Apa yang bisa di lakukan Jaemin selain memasrahkan diri?

Ceklek..

Pintu kamarnya terbuka lebar memperlihatkan dirinya yang sudah cantik memakai pakaian santai, karena semenjak menikah dan berstatus pasangan keluarga Jung ia di larang keras untuk bekerja.

“Selamat pagi! Semoga hari ini mood ku akan baik baik saja.” Batin berharap.

Mengapa ia berharap sedemikian? Di awal pernikahan yang baru saja dua bulan ini, hubungan keduanya sama sama panas dan tidak mau saling menyapa satu sama lain. Pernah sekali Jaemin menyapa Jeno sekedar bertanya ingin makan apa dan ingin dibuatkan apa, Jeno malah menepis kasar dirinya hingga badan si mungil terbentur meja hiasan di rumah tersebut.

Cukup sakit, bahkan sangat sakit.

“Baik, masak apa hari ini..” Jaemin memperhatikan seisi kulkas yang sudah ia isi seminggu yang lewat.

Seminggu yang lewat dan baru ia sentuh sekarang? Benar, Jaemin sempat sakit tiga hari karena kelelahan membereskan kamar Jeno yang berantakan.

“Mungkin kalau aku tidak merapikan kamar Jeno waktu itu, aku tidak akan sakit dan bahan makanan sudah akan habis minggu ini.” Ucap Jaemin sembari mengambil beberapa bahan untuk ia masak.

Jemari lentiknya mulai telaten mengupas, mencuci, dan memotongnya satu persatu. Tidak pakai lama semua sudah terpotong dan tinggal ia masak.

Ceklek..

Pintu kamar Jeno terbuka, Jaemin sempat melirik lalu mengabaikannya.

“Ekhem.”

“Ya?”

“Malam ini saya tidak pulang, kunci pintu dan langsung tidur.” Jeno membuka obrolan untuk yang pertama kalinya.

“Kamu akan pergi ke Apartemen kekasihmu?" Tebak Jaemin.

“Kamu sudah tau jawabannya.”

Jaemin menghela nafas beratnya dan tersenyum dalam diam.

“Baiklah, have fun.”

Tanpa basa basi atau ucapan sampai jumpa sekalipun tidak Jeno berikan, ia pergi begitu saja untuk berangkat ke kantornya.

“Lagi? Kamu mengabaikan usaha masak ku?”

Jaemin mendadak tidak nafsu untuk melanjutkan segala aktivitasnya, ia membiarkan semuanya di atas kompor yang sudah tidak menyala lagi apinya.

Ia bergegas kembali ke kamar untuk menenangkan mood nya yang berantakan.

Hujan di pagi hari?” Gumam Jaemin saat melihat dengan jelas rintikan hujan turun dari langit yang mendung pagi ini.

“Kata orang, hujan di pagi hari itu adalah suatu rahmat yang Tuhan berikan kepada kita. Aku selalu berdoa kalau suatu saat nanti, aku dan pasangan ku akan berbaikan dan bisa memberikan cinta untuk rumah yang sudah lama sunyi bak tanpa penghuni.” Jaemin menautkan kedua tangannya, ia berdoa dan terus berdoa.

Wounds and Pain || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang