04. Agnes

254 36 2
                                    

“Kamu datang tepat waktu hari ini.” Ucap Agnes di depan Apartemen pribadi yang ia tempati selama kurang lebih lima tahun, semenjak hubungan keduanya terjalin.

Bagaimana bisa hubungan yang sudah lama itu kandas hanya karena bertemu dengan orang baru? Agnes selalu menerapkan peteguhnya dalam hati, mau dengan siapapun Jeno berpasangan, hati nya tetep Agnes yang memenangkannya.

“Aku ada beberapa urusan di kantor, sayang.” Jawab Jeno yang masih berdiri di depan pintu Apartemen sang kekasih.

Ada rasa kesal yang Agnes rasakan, semenjak menikah Jeno jarang berkunjung ke Apartemennya.

“Yakin urusan kantor?” Engan menyuruh masuk, Agnes terus menerus mengintrogasi pacar CEO nya itu.

“Persilahkan aku masuk, maka aku akan menjelaskan semuanya.” Agnes luluh, ia pun menyuruh Jeno masuk ke dalam.

“Ya, jadi apa?”

“Tidak ada air atau makanan ringan yang biasa kamu berikan ketika aku datang kemari?” Jeno terus mengalihkannya.

“Oh ayolah, Jen! Aku sungguh muak menunggu kedatangan mu di Apartemen ku selama seminggu ini!” Keluh Agnes yang memang sudah menahan rindu nya yang kian menyiksanya.

Jeno menarik lengan sang kekasih dan membawanya ke pangkuan.

“Maafkan aku, aku benar benar sibuk karena untuk dua bulan kedepan perusahaan cabang aku yang pegang.” Jelas Jeno.

“Bang Mark kemana?”

“Dia akan pergi liburan bersama keluarga kecilnya.”

“Lalu kamu stay in Indonesia?” Jeno mengangguk. “why don't you go with your partner?” Tanya Agnes dengan menekan kata pasangan kepada Jeno.

“Kamu mau berlibur?”

I'm not sure if I'm your partner.” Jawab Agnes dengan sedikit tertawa mengejek untuk Jeno.

“Kamu pasangan aku sampai kapanpun.”

What about, Na Jaemin?”

“Aku tidak yakin akan hal itu.” Agnes bingung. “Sudah lah, jangan bahas dia.”

“Look, Na Jaemin.. I'm WIN!”

Malam pun tiba, Jeno masih berada di Apartemen Agnes dengan menonton berbagai film yang Agnes putar di televisinya. Udara cukup dingin, keduanya memakai baju hangat dan tidak lupa kain yang menutupi kedua badan mereka. 

“Kamu mencintai ku, kan?” Tanya Agnes memastikan akan hal satu itu.

“Tentu aku mencintaimu, sayang.”

Cup

Jeno memberikan kecupan singkat pada bibir ranum kekasih yang sudah lama ia kenal dan sangat ia cintai itu.

“Aku harap cintamu tidak akan pernah memudar untuk ku.”

“Tidak akan terjadi.”

“Meskipun kamu dipaksa mencintai Jaemin oleh Bubu?”

“Apapun itu paksaannya, aku tetap akan menyimpan cintamu di hatiku.” Jawaban Jeno membuat Agnes semakin yakin kalau ia adalah pemenang dari segala pemenang di dunia ini.

“Fokus lah menonton.”

“Kamu tidak pulang?”

“Kamu rumah ku.”

Perutnya geli bagaikan ada nya peternakan kupu kupu di dalam perut nya.

“Kamu bisa saja.”

“Apa?”

“Tidak ada!”

Entah Jeno yang kaku atau memang hal itu sudah biasa ia ucapkan kepada Agnes, yang jelas respon Jeno terlihat tenang dan biasa saja. 

Di rumah, Jaemin menatap langit gelap yang sebentar lagi akan menurunkan air hujan untuk malam yang dingin ini. Tanpa memakai pakaian hangat Jaemin berada di taman depan halaman rumah dengan tatapan kosong dan pikiran yang berkecamuk penuh di otaknya.

Ada apa Na Jaemin?

“Bagaimana kalau aku meminta gugatan cerai dalam waktu dekat ini, Jen? Apa kamu akan langsung mengiyakan nya tanpa berpikir dua kali?"

Terkadang Jaemin selalu memikirkan soal perceraian setiap kali ia merasa lelah dengan rumah tangganya.

“Aku lelah, Jen. Tolong biarkan aku pergi dari kehidupan yang fana ini.”

“Untuk apa di per lama kalau kita sama sama enggan saling menyatu satu sama lain?”

Satu sama lain? Bukan kah Jaemin diam diam menyimpan perasaan lebih kepada Jeno?

“Jeno~ya.. aku mencintaimu.” Ucap Jaemin yang ia lanjutkan di dalam hatinya.

Berat rasanya mengungkapkan kata itu dengan lantang kalau hanya ia yang merasakan serupa.

“Entah lah, Jen. Aku harap aku tidak mati dalam menyimpan perasaan cintaku padamu."

Rintikan hujan mulai turun membasahi sedikit demi sedikit bajunya.

“Langit pun ikut turut bersedih karena aku lemah dalam mengungkapkan kata itu untukmu.”

Jaemin bergegas masuk ke dalam dengan air mata yang ikut jatuh seiring derasnya air hujan.

Malam ini, ia kembali tidur di rumah besar itu sendirian. Jeno memilih tidur di Apartemen kekasihnya tanpa tau kalau Jaemin akan ketakutan ketika sendirian dengan hujan yang begitu lebat malam ini.

“Aku.. takut.. tapi aku... bisa apa...?”

Jaemin mencoba meminum obat tidur agar ia tidak mendengar derasnya air hujan pada malam ini.

“Aku harap aku tidak akan kenapa napa setelah meminum tiga butir pil tidur ini.”

Jaemin meminum tiga pil itu dengan di bantu air putih.

Perlahan matanya mulaii buram dan ia pun segera menjemput mimpi indahnya.




Hi!
Maaf kalo aku up nya lama, aku usahain buat up lebih cepat ya💗

Wounds and Pain || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang