03. Bubu dan Fakta

265 35 5
                                    

Pagi ini udara terasa sangat lembab akibat hujan sejak tadi malam dengan meninggalkan rinai yang masih setia membasahi pepohonan dan jalanan sepi hari ini.

Jaemin bosan dengan dirinya yang tidak memiliki kegiatan lain selain menonton televisi dan memakan makanan ringan biasa ia simpan di dalam kulkas.

“Jaeminie.”

Jaemin tidak menjawab.

“Na Jaemin!”

“Ya?”

Buyar sudah lamunan nya saat mendengar suara bariton memanggil namanya dengan sangat keras. 

“Kemarin saya gagal untuk berkunjung ke Apartemen kekasih saya dan hari—”

“—Pergi lah.” Potong Jaemin dengan cepat.

Jujur ia sudah muak mendengar perkataan tersebut yang selalu keluar dari mulut si dominan. Ingin berkunjung ke tempat kekasihnya sendiri, mengapa harus izin dengannya?

“Aku hanya memberitahu.”

“Tidak perlu, Jen. Pergi lah!”

Jeno menghela nafas panjangnya dan berancang ancang akan membuka suara kembali. 

“Apa lagi, Jen?” Tanya nya.

“Kalau Bubu bertanya kemana saya, beritahu saja saya sedang di ruangan kerja dan tidak mau di ganggu.” Jaemin memutar malas kedua bola matanya.

Sedang memainkan peran apakah Jaemin di dalam rumah tangga ini?

“Kamu mau aku berbohong?”

“Di rasa itu lebih baik.”

“Kejujuran memang menyakitkan, bukan?” Jeno malas menanggapi, ia pun pergi begitu saja tanpa mau berpamitan.

Lagi?

Kehadirannya seakan tidak lah penting di dalam rumah ini? Bahkan untuk pergi saja Jeno engan berpamitan.

“Aku cape kalau harus terus terusan membohongi manusia hebat seperti Bubu mu, Jen.”

Terkadang Jaemin selalu merasa berdosa disaat kejujuran ia ubah menjadi kebohongan demi menutupi sikap buruk si anak.

“Lagi pun, bukan kah satu keluarga mu tau kalau kamu masih berhubungan baik dengan Agnes?” Jaemin tertawa mendengar monolog nya tadi, entah apa yang membuat lucu ia sangat puas untuk tertawa.

Tepat jam lima sore, Taeyong datang ke rumah Jeno dan Jaemin yang saat ini terasa begitu sepi bak tanpa berpenghuni.

Kemana Jaemin? Itu yang ada dipikiran Taeyong saat ini. 

“Jaemin..”

Taeyong berjalan semakin masuk ke dalam rumah mewah itu dengan alas kaki yang masih terpakai.

“Bubu?” Itu suara Jaemin.

“Hei, dari mana?” Tanya Tya saat badan kurus Jaemin memeluk badan Taeyong.

“Aku habis membereskan taman di belakang, Bubu.” Jawab Jaemin sembari melepaskan pelukannya dengan Taeyong.

“Kalian tidak mau memakai ART untuk bantu bantu rumah kalian?” Jaemin menggeleng. “Kenapa, Nak?”

“Jeno pasti menolak, Bu. Jadi lebih baik aku saja yang mengurus rumah, lagi pun aku kan tidak bekerja!” Jelas Jaemin yang di balas senyuman oleh Taeyong.

“Kalau kamu merasa bosan, main lah ke mansion Jung. Disana Bubu hanya berdua bersama Haechan, terkadang Haechan pergi dengan suami dan anaknya.” Taeyong pun bernasib sama dengannya, sama sama terkurung di istana besar yang gelap.

Wounds and Pain || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang