02. Menantu pertama

211 29 2
                                    

Jaemin dan Jeno sudah datang ke rumah utama keluarga besar Jung dimana disana sudah ramai akan tamu yang berdatangan. Padangan Jaemin langsung tertuju kepada Menantu pertama keluarga Jung yang kini sedang tertawa bersama oleh Nenek Yun, tidak lupa dengan anak manisnya.

“Apa aku harus memberikan keturunan kepada beliau baru aku bisa di hargai?”

“Aku rasa tidak mungkin, Jeno saja tidak mau menyentuh ku.”

Sesak sekali rasanya, sehina apa dirinya sampai dominan nya sendiri tidak mau menyentuhnya?

“Jangan bertingkah apapun.” Bisik Jeno sebelum akhirnya ia masuk sendiri tanpa menggandeng tangan Jaemin.

Jaemin lupa kalau Agnes di undang datang malam ini.

Kembali menghela nafas panjangnya, Jaemin pun akhirnya berjalan tenang menghampiri para keluarga besar yang masih asik tertawa.

“Kamu datang Cucu Nenek yang tersayang? Kemari lah, Nak. Duduk di sebelah Agnes!” Nenek Yun mencium pipi Jeno dengan sayang.

Dirinya tidak di sapa? Miris sekali.

“Kenapa tidak memberitahu aku kalau Agnes di undang?” Tanya Jeno kepada Nenek Yun.

“Bubu mu akan memarahi Nenek nanti.”

Ah benar, Jung Taeyong sangat sayang kepada Jaemin. Ia tetap di berpihak pada Jaemin karena ia tau bagaimana rasanya di posisi Jaemin saat ini.  

“Biar itu jadi urusan ku.” Jawab Jeno.

Jeno menolehkan pandangannya kearah Agnes yang terlihat sangat cantik malam ini.

“Datang dengan siapa, sayang?”

“Di jemput oleh supir pribadi Nenek.” Jawab Agnes dengan tutur bahasa yang sopan.

Nenek Yun sangat menyukainya.

Taeyong muak melihat situasi ini, dengan tatapan iba kepada Jaemin ia pun menegurnya.

“Kemari lah, Jaemin.” Jaemin merasa terpanggil.

“Ya, Bubu?”

“Duduk lah di samping Bubu, Nak.”

Jaemin tersenyum lalu duduk di samping Taeyong.

“Hai, Jaemin.” Sapa si menantu pertama yang bernama Jung Haechan tersebut.

Jaemin hanya membalasnya dengan senyuman.

Makan malam segera dimulai, semuanya sibuk makan sampai akhirnya Nenek Yun kembali buka suara.

“Kau Jaemin.”

“Aku?”

“Kapan kau akan memberikan saya Cicit?”

Semua terdiam saat Nenek Yun menanyakan hal sensitif kepada pasangan yang baru menikah dua bulan yang lalu.

“Aku—

“Bersabarlah, Nek. Kami pasti memberikan Cicit!” Sela Jeno yang sudah muak di pertanyakan hal itu setiap perkumpulan keluarga besar.

“Sampai kapan kamu janji?”

“Sampai waktu yang tepat.”

“Kapan? Katakan saja kalau Namja mu itu mandul dan tidak bisa memberikan keturunan!”

“Lihat, Haechan..” Nenek Yun menoleh ke Haechan.

“Di usia pernikahan satu bulan mereka sudah memberikan keturunan tanpa harus ada janji janji!”

Dada Jaemin sangat sesak, Namja special sepertinya di ragukan oleh Nenek tua itu?

“Nek, cukup.”

Wounds and Pain || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang