Before 6

17 7 0
                                    

"Saat semua terasa begitu sulit, aku tetap percaya, bahwa rasa ini sungguh milikmu."

•••
~Before MLHS~
•••



















Haechan dan Jaemin terlibat perang dingin.

Pasalnya, Haechan lah yang lebih dulu mengibarkan bendera perang kepada Jaemin sejak satu minggu lalu. Tepatnya, sejak ia mendapatkan teror mematikan dari siluman kingkong. Beruntungnya mereka berbeda kelas, jadi kesempatan untuk bertemu hanya ketika di luar jam pelajaran saja.

"Mau sampai kapan lu begitu, Chan?" tanya Eric. Tidak dapat dipungkiri, sejak bendera itu Haechan kibarkan, Jaemin, Jeno, dan Renjun juga turut mulai memberikan jarak. Mungkin karena atmosfer yang tidak nyaman serta rasa canggung yang muncul. Mereka bahkan tak lagi bergabung ketika kamu dan yang lain makan di kantin pada jam istirahat, seperti saat ini. Padahal sebelumnya, kalian selalu terlihat bersama.

Haechan mendengus, "Gua dendam aja. Enak banget tuh anak, dia yang bertingkah, gua yang kena getahnya."

"Jangan dengerin abang gua, Chan. Dia emang ngeselin." ucapmu, mencoba untuk menenangkannya.

Lagi pula, abangmu itu memang sangat berlebihan. Membuatmu jadi merasa bersalah pada mereka. Kamu mengerti abangmu bersikap demikian karena tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu, tapi tetap saja, ini berlebihan.

"Lagian lu, segala disembunyiin dari kita. Kalau kita tau kan bisa ngelabrak Jaemin lebih awal." sahut Yangyang padamu sambil menggulir linimasa akun Instagramnya. Ia berusaha terlihat tak acuh meskipun dalam hati turut merasa kesal.

Yangyang dan yang lain sepakat untuk tidak membahas apapun selain Jaemin. Mereka memilih untuk tetap tutup mulut mengenai Jeno, memilih untuk tidak terlibat ke dalamnya karena kamu belum mengetahui apapun. Yang bisa mereka lakukan adalah tetap memasang mata untuk melihat, apa yang hendak Jeno lakukan kedepannya.

Haechan mengernyitkan dahi tak terima atas ucapan Yangyang, "Apaan ngelabrak, kaya ibu-ibu. Ogah. Gini loh, maksud gua tuh, kalau lu cerita kan kita bisa bantu kasih solusi, jadi muka lu yang kusut itu ngga awet sampai ketahuan sama matanya si kingkong."

"Gua malu, Chan. Soalnya ini Jaemin, dia kan temen kita juga." jawabmu.

Haechan mencibir, "Apaan dah malu-malu? Gua udah sering mergokin lu berak di celana pas bocil, tapi lu ngga pernah malu. Sekarang soal percintaan begini malah bilang malu."

"Ya kan dulu masih bocil anjir!"

"Sama aja sih kata gua mah."

Kamu mendengus mendengarnya. Haechan dan abangmu itu sama saja, keras kepala dan tak mau mengalah. Tahu begitu kamu tidak akan membela Haechan di depan abangmu. Biar saja dia ditelan bulat-bulat oleh siluman kingkong brutal itu.

"Lagian, harusnya lu anterin aja bang Yukhei ke rumah Jaemin, biar dia sendiri yang dilahap bang Yukhei." ucap Eric.

Haechan menghela napas, "Gua ga mau bikin keributan di rumah orang, ya elah. Sebenernya gua ngga masalah, cuma ya ini sebagai bentuk rasa kesel gua aja. Bodo amat childish, ini gua berhadapan sama siluman kingkong anjir."

"Ya mau sampai kapan? Gua jadi canggung juga kalau ketemu dia. Gara-gara lu sih." cibir Eric, menyalahkan Haechan.

Haechan melotot, tak terima disalahkan, "YA COBA AJA LU YANG DITEROR SAMA TUH SILUMAN KINGKONG! GUA YAKIN LU JUGA BAKAL NGELAKUIN HAL YANG SAMA!"

"Udah Chan, ya Allah kalian ini apa sih? Kan gua udah bilang, ngga usah diladenin tingkah abang gua. Dia emang over protective, kebablasan pula. Soal Jaemin, gua udah aman kok. Gua sama dia juga ngga ribut anjir, udah damai di tempat waktu itu. Jaemin ngga salah apa-apa, yang salah abang gua karena terlalu push lu buat jagain gua."

Before MLHS | Dear JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang