12. Di ruang keluarga

12 2 4
                                    

Happy Reading♡

Jangan lupa vote and follow ya🎀

Sambil tersenyum maniss ke arah mera lin yi pun mengeluarkan sebuah kamera dari tasnya yang akan digunakan untuk merekam pernyataan mera. "Sekarang saya akan menanyakan pertanyaan tadi, i bu tinggal jawab sesuai apa yang tadi ibu sampaikann oke...bukti inilah yang akan kita gunakan di pengadilan nanti."

"Ohya nak, saya mau tanya sesiatu tentang kamu boleh?"

"Em boleh bu, tanya apa aja silahkan"

"Hati kamu terbuat dari apasih nak, kamu orangnya baik banget. Padahal kan weny itu bukan siapa-siapa kamu, seharusnya bukan tugas kamu untuk cari tau lebih lanjut apa alasan lin yi menarik kasus ini. Pengacara lain kalo mempunyai klien seperti weny dia gak tentu seperti kamu."

"Sepertinya doa weny terkabul oleh tuhan, dengan mendatangkan bidadari seperti kamu." Ujar ibu mera sambil mengusap pipi lin yi dengan lembut. Lalu perlahan menarik tubuh lin yi dan memeluknya dengan erat. Lin yi yang terharu dengan ucapan mera pun tak segan-segan untuk membalas pelukannya.

"Sebenarnya saya mempunyai alasan lain kok buk, selain membantu weny." Lirih lin yi membuat mera bengkit dari pelukan dan menatap lin yi dengan serius.

"Apa alasan lainnya?"

Lin yi menghela nafas panjang lalu mulai menceritakan semuanya dari a hingga z kenapa ia bisa sampai ke titik ini. Lin yi tak segan menceritakan itu semua kepada mera dikarenakan ia merasa ibu mera adalah orang yang baik, peduli, dan bisa menjaga rahasia. Walaupun baru berkenalan sebentar entah mengapa mereka berdua menjadi seakrab ini.

Dikarenakan tetangga satu-satunya yang ada di dekat weny juga, jadi lin yi bisa mengetahui semua rahasia kehidupan lin yi. Memang benar bahwa ibu mera adalah satu satunya tetangga yang berada di samping rumah weny. Walaupun rumah di sekitar weny banyak yang kosong entah kenapa orang-orang tidak mau pindah kesana. Apa itu karena weny dan randit yang selalu membuat keributan yang membuat warga disana tak tenang tinggal di dekat mereka?.

Ternyata benak lin yi itu dibenarkan oleh bu mera, sebenarnya dulu banyak yang menegur rumah tangga weny dan randit tapi sesuai yang dikatakan ibu mera, mereka tetap saja seperti itu- itulah alias tidak ada perubahan. Warga sekitar juga sempat mendatangi rumah RT Untuk mengadukan soal weny dan randit. Namun ternyata uang lebih berharga daripada kenyamanan warga di perumahan itu.

Pak RT ternyata sudah lebih dulu mendapat sogokan dari randit yang membuat  weny dan randit tetap bisa tinggal disana.

Setelah mera mendapatkan jawaban dari pertanyaan nya tadi, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. "jadi kakak kamu masih berhubungan dengan randit, kalo gitu mah kamu harus cepet-cepet meyakinkan kakakmu. Takutnya dia jadi korban kdrt randit selanjutnya."

"Iya bu...dari awal liat wajah si randit itu juga aku ngerasa gak beres, auranya ituloh gelap banget. mana pernikahan mereka tinggal 3 hari lagi. Maka dari itu aku kesini buat cari bukti bu, dan yaa ibu mau bantu kan"

"Siapp, yuk kita buat rekamannya."

**

Di ruang keluarga//

"Nih pak bukti rekaman berdasarkan pernyataan ibu mera, tetangga sebelah klienku weny." Ujar lin yi sambil menunjukkan hasil rekaman yang ia buat bersama mera.

Ayah yang melihat sekaligus mendengar rekaman itu hanya bisa menggelengkankan kepalanya sambil menghela nafas. "Bapak udah salah, karena sudah dukung pernikahan ini. Untung aja ada kamu lin. Sekarang kita harus apa...kalo kita aduin ke ibu dan nindi mereka pasti gamau percaya."

"Nindi yang sangat mencintai randit, dan ibu kamu yang sangat mencintai duit. Lebih dari bapak" gerutu bapak.

"AAAAAAA"

Entah teriakan siapa itu, yang pasti bukan linyi, bukan bapak, bukan ibu. "Kak nindi?" Gumam lin yi sambil menunjukkan ekspresi kaget.
Sekaligus bingung.

Ibu yang sembari di kamar sedang istirahat tiba tiba keluar dari kamar karena mendengar teriakan nindi yang cukup keras itu. "Kamu kenapa nin, malu tau gak kalo di denger tetangga." Teriak ibu dari pintu kamar.

"IBU, BAPAK, LIN YI. AKU NIKAH 2 HARI LAGI, ALIAS LUSA."

Belum sempat anggota keluarga menjawab ocehan nindi. Tiba tiba ada suara mobil yang seperti ada di depan rumah mereka. "Mobil siapa itu" gumam bapak, lalu beranjak dari sofa menuju ke jendela. Niat hati untuk mengintip siapa itu yang membawa mobil. Perasaan dari keluarga bapak maupun ibu tidak ada yang memiliki mobil. Mewah lagi.

"Nah itu dia udah sampe."

"Ha? Dia siapa.." tanya lin yi

"Randit"

"Assalamualaikum, bu nima, pak roro." Teriak randit dari luar. Bergegas bapak pun langsung membukakan pintu dan mempersilakan randit masuk dan duduk di sofa yang berada di ruang keluarga.

"Eh randit...ibu dari kemaren selalu mengharapkan kamu dateng," gurau ibu sambil mengayunkan tangan bak bunga layu. Dihadapan randit.

Dengan tertawa kecil randit mendekatkan wajahnya ke telinga nindi untuk berbisik-bisik sebentar.  Nindi yang berada disampingnya itu hanya menganggukkan kepala sambil memegang tangan randit dan erat.seperti sedang menenangkan dan meyakinkan randit.

"Apa yang mereka bisikin disana" batin lin yi dengan sinis.

"Jadi...kalian semua pasti udah tau kan dari linyi tentang kami akan menikah lusa nanti." Mulai randit

"Iya tau kok...coba jelasin ke bapak apa alasan kamu ngerubah jadwal pernikahan jadi lusa."

***

Marriage Is ScaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang