[23] BERUANG KUTUB

96 81 2
                                    

Dring... Dring... Dring...

Telefon itu terus berdering sebanyak 3 kali, membuatnya langsung mengangkat nomor asing itu.

"Halo. Apa!? baik, saya segera kesana," ucapnya panik saat menerima telfonan seseorang.

Gadis itu keluar dari rumahnya, ia berlari tergesa-gesa menuju tukang ojek yang sudah menunggu di depan rumahnya.

"Jalan pak," pintah Kirana terus berdoa kepada yang maha kuasa, semoga saja tidak terjadi apa-apa.

"Pak. Bisa ngebut dikit?" ucapnya membuat bapak itu mengangguk.

Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sudah tiba juga di tujuan.
Gedung tinggi yang bertingkat 10 itu mulai terlihat membuat Kirana semakin khawatir dan deg-degan.

"Makasih pak, ini uangnya," ucap Kirana dan langsung saja berlari memasuki gedung itu.

Kirana tak sengaja menabrak orang saking terburu-burunya membuatnya langsung meminta maaf kepada orang itu.

"Maaf bu, maaf, saya tidak sengaja," ucap Kirana merasa bersalah membuat wanita paruh bayah itu tersenyum.

"Kamu gak papa? sepertinya, kamu sedang terburu-buru?" ucap wanita itu membuat Kirana mengangguk pelan.

"Duluan ya bu, ada keadaan darurat," ucap Kirana tersenyum tipis membuat wanita paruh bayah itu tersenyum menanggapi.

"Maaf, maaf, permisi!" kata-kata itu lah yang selalu Kirana lontarkan disepanjang koridor rumah sakit membuat orang yang sempat menghalangi jalan seketika memberi jalan.

"Maaf suster, saya mau bertanya..." ucap Kirana yang sudah ngos-ngosan.

"Tentu, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya suster membuat Kirana langsung menjelaskan kepadanya.

"Oh... nomor kamar urut 60 berada dilantai kelima," ungkap suster membuat Kirana langsung berterima kasih dan bergegas kelantai 5.

Kirana berlari memasuki lift dan memencet tombol menuju lantai 5.
"Ayolah!" pekiknya memencet tombol lift itu sepertinya sedang error.

Akhirnya lift itu naik kelantai 5 membuatnya bernafas dengan lega.
Pintu lift itu terbuka, Kirana langsung berlari keluar dan mencari kamar urut 60.

"Kamar nomor urut 60, kamar nomor urut 60," gumamnya terus mengulang kata-kata itu sambil mencari letak kamar itu.

"Permisi, permisi," ucap Kirana sopan membuat orang yang ada dirumah sakit menjadi tercengang dan terus fokus melihat gadis itu sepertinya sedang mencari sesuatu.

Bibirnya tersenyum saat menemukan kamar nomor urut 60, Kirana langsung membuka pintu itu dengan wajah khawatir yang terpancar di wajah cantiknya.

Ceklek

"Bunda! bunda gapapa!?" teriaknya membuat Valeni terkejut melihat kedatangan putrinya.

Mata Kirana terbelalak melihat bundanya sedang terbaring dibrankar membuat gadis itu berlari dan langsung memeluk Valeni, membuat wanita paruh bayah itu tersenyum dan mengelus-elus lembut puncak rambut putrinya.

"Bunda! kan Kirana udah bilang, gak usah antarin kue kalau gak ada Kirana yang nemenin," omel Kirana yang matanya sudah sembab karena menangis.

"Maaf... iya bunda salah," tutur Valeni lembut.

Kirana melepas pelan pelukannya dan mulai merajuk dengan Valeni, wanita paruh bayah itu hanya bisa cengar-cengir melihat kemarahan putri tunggalnya.

"Maafin bunda ya, bunda janji gak akan gitu lagi," ucap Valeni membuat Kirana menarik nafas panjang dan mulai menatap manik mata Valeni.

DEWARA THE SERIES (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang