11 | Meluruhkan harapan yang melukai diri

590 75 18
                                    

♪ Cakra Khan - Kepada hati ♪

“Aku tak akan meminta apapun pada semesta, aku hanya minta hidup lebih lama lagi sama abang.”

LAKSA DAN LUKANYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LAKSA DAN LUKANYA

🍂

     “Janji, ya, sama aku kalau ada apa-apa kamu harus cerita.”

      “Kala, makasih.”

•••

      Sudah lebih dari 25 menit Laksa duduk di depan halte sekolah, berkali-kali menatap jam di ponselnya juga pesan yang ia kirim ke Arshi bergantian. Sedikit kecewa karena tidak ada jawaban dari sang kakak, Laksa mulai berpikir jika Arshi mungkin sangatlah sibuk.

      Membulatkan tekadnya untuk pulang ke rumah seorang diri, meski ada sedikit keraguan di hati Laksa untuk kembali ke rumah Budhe Salma. Laksa tidak bisa seterusnya berlaku egois, ia juga sudah beranjak dewasa yang mana sudah sepatutnya untuk mandiri.

      Sekolah mulai lengah, tapi jalanan tidak. Laksa mulai beranjak pergi dari halte sekolah, melintasi trotoar yang hanya ada beberapa orang yang enggan berjalan kaki. Meski Laksa tahu jika jarak yang akan ia tempuh sedikit jauh—tak membuat dirinya lesu.

     Sret

      Tapi saat sedang mencari-cari sebuah lagu untuk ia putar, sebuah tangan yang berasal dari gang kecil menariknya dengan kasar. Tubuhnya yang di dorong paksa—membentur tembok dengan tekstur kasar, meninggalkan sedikit ringisan yang keluar dari celah bibirnya.

     “Kasih gua duit,” desak remaja lelaki yang saat ini sengan menyergapnya.

      Dahi Laksa mengernyit, Tangannya menggenggam ponselnya yang masih ada di bawah sana dengan begitu erat. Lagi-lagi Laksa harus menghadapi Hanta yang selalu merundungnya dimanapun itu.

      Sebenarnya Laksa sudah begitu kesal dan muak, ia ingin sekali melawan. “Aku gak ada uang, Ta.”

       Karena jawaban itu membuat wajah Hanta semakin tercetak jelas amarah lelaki itu yang menggebu-gebu hingga beralih mencengkeram leher sepupunya sendiri tanpa peduli apakah Laksa mampu bernapas atau tidak.

      “Lo jangan macem-macem, ya,” tegasnya lagi. “Cepet kasih gua duit sekarang!”

      “A-aku gak-gak ada uang, Ta,” jawabnya tergagap-gagap karena di sebabkan oleh tangan Hanta yang kini malah semakin erat mencekik lehernya. Berkali-kali Laksa menggunakan tangannya untuk melepaskan tangan Hanta dari lehernya, tapi tenaga Hanta begitu kuat.

      Sudut bibi Hanta terangkat hingga menimbulkan senyuman licik—menatapnya buas seperti hendak menelannya mentah-mentah. “Oh, lo mau mati, ya?”

Laksa Dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang