12 | Hidup tapi redup

593 58 23
                                    

♪ Cakra Khan - Cinta ♪

“Semesta janganlah lagi kau redupkan cahaya di hidupku, aku tak mau kehilangan lagi.”

LAKSA DAN LUKANYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LAKSA DAN LUKANYA

🍂


     “Abang, apa yang harus Laksa lakuin.”

     “Aku harus sembuh.”

     “Kalau aku gak sembuh, siapa yang jagain Laksa nanti, Tuhan.”

•••

      “Aku mau pulang aja.”

      Arshi menolehkan kepala dengan gerakan cepat saat perkataan itu terjun langsung dari bibir Laksa yang sedikit memucat. Bahkan hingga detik ini Arshi tidak tahu apa yang harus dirinya jelaskan pada adiknya—diam hanya diam dengan pikiran masing-masing.

      Anak itu bahkan sama sekali tak menatapnya sejak semalam, saat ia menemukannya di kamar mandi dengan keadaan tubuh basah kuyup. Tidak menjelaskan apapun perihal apa yang sedang Laksa rasakan, tapi Arshi sudah berprasangka negatif jika anak itu mendengar percakapannya dengan Dokter.

      “Dek, kam—”

      “Aku maunya pulang,” sergahnya, langsung memotong perkataan Arshi yang belum terselesaikan. Hingga usapan lembut mendarat pada bahunya, Arshi mengalihkan atensinya pada Tania yang memberinya isyarat memalui tatapannya.

      Kepala Arshi mengangguk, ia ingin mundur tapi berbagai pertanyaan di benaknya seolah terus-menerus mendesaknya untuk berbicara, “Kamu gak usah mikirin abang, abang gak apa-apa.”

      Tania termenung, Laksa bereaksi melalui jemari tangannya yang langsung mengepal, di susul kepalanya yang mendongak pelan, kedua mata sedikit bengkak dan memerah, seperti ada kepingan-kepingan benda tajam yang berhasil menyakitinya.

      “Setelah apa yang Laksa denger, abang bilang Laksa gak usah khawatir?” suaranya bergetar, apakah Arshi tidak tahu jika Laksa kini mati-matian menahan rasa sesal pada dirinya sendiri?

       Seperti ada yang mendorong Laksa kuat untuk berdiri  dari tempatnya, tarikan napas yang tampak berat, sungguh kenyataan ini sangatlah menyakitkan. “Abang juga manusia dan abang gak bisa terus-terusan keliatan baik-baik aja.”

      “Abang cuman gak mau kamu kepikiran, Sa,” cicitnya lirih.

      Laksa mengusap matanya yang berair dengan kasar, Laksa sudah enggan menjawab perkataan Arshi. Bukan karena ia kecewa, ia hanya merasa jika dirinya sama sekali tidak berguna bagi siapapun.  Memilih pergi dari sana, Laksa tak mengindahkan panggilan kakaknya.

Laksa Dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang