13 | merengkuh kehampaan

337 67 20
                                    

♪ Afgan - Untukmu aku bertahan ♪

"Apakah keadilan di dunia ini sudah benar-benar mati? Mengapa begitu banyak manusia-manusia yang saling menyakiti?”

LAKSA DAN LUKANYA

LAKSA DAN LUKANYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo, Ma ... Mama mau bunuh dia sekarang?!"

"Ya ampun, mereka bener-bener jahat."

"Bi, tolong ambilin aku minum ... dadaku sakit."

•••

       Hari ini datang lagi, di mana Laksa mendapat luka untuk kesekian kali lalu menutupinya sedemikan rupa. Tidak, bukannya Laksa berlaku layak manusia yang sok kuat, tapi ia hanya lebih nyaman seperti ini. Bersuara di atas lukanya hanyalah akan menambah beban Arshi, di tambah lelaki itu kini sudah tidak sekuat dulu.

        Laksa membenarkan kancing pada kerah seragamnya guna menutupi bekas kemerahan yang masih tercetak jelas. Kejadian semalam adalah kejadian yang tak pernah Laksa duga. Apa ia se-hina itu hingga membuat Budhe Salma ingin lekas melenyapkannya.

        Suara langkah kaki samar-samar memasuki gendang telinga, Laksa buru-buru memakai jaketnya sembari membatin jika Arshi tidak akan tahu mengenai kemerahan yang ia dapat.

       Setelah menoleh ketika suara langkah kaki itu mulai mendekat, ternyata perkiraan Laksa salah. Itu adalah Bi Lastri, Laksa menghela napas lega. “Abang udah di bawah, ya, Bi?”

         Kepala Bi Lastri mengangguk, wanita paruh baya itu mendekatinya dan mengusap bahunya pelan dan bertanya, “Aden beneran gak apa-apa?“

        “Bibi bakal laporin ini ke Mas Ar—”

       “Jangan, ya, Bi.” Laksa tahu kemana arah pembicaraan Bi Lastri, maka dari itu ia buru-buru memotongnya. “Abang jangan sampai tahu soal ini,” lanjutnya dengan raut memohon.

       Terdengar helaan napas berat keluar dari celah bibir Bi Lastri yang terbuka. Tatapan yang mendalam dengan sorot mata sendu, terbaca jelas jika tak ada yang bisa wanita itu lakukan selain hanya menuruti kemauan Laksa.

       “Tapi Bibi gak bisa janji. Suatu saat kalau Bu Salma keterlaluan, Bibi gak bisa diam,” tukasnya lagi. Dan kali ini Laksa mengangguk. Lantas di peluknya tubuh wanita yang semakin menua itu, wanita yang sudah puluhan tahun hidup bersamanya, merawatnya.

       “Makasih, ya, Bi. Makasih udah jagain Laksa,” cicitnya lirih. Sungguh Laksa menyayangi Bi Lastri.

       Senyum merekah terpancar, membuat wajah wanita itu sedikit cerah. Tangan yang merangkul tubuh kokoh—tapi rapuh di dalamnya, menepuknya pelan, menyalurkan energi penuh cinta dan kasih sayang layaknya Ibu dan anak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Laksa Dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang