Suasana kantin siang ini cukup sepi, tidak seramai awal masuk sekolah lalu. Mungkin sebagian murid lebih memilih membawa bekal dari rumah atau opsi lainnya memilih mendekam dibalik bangku perpustakaan seperti yang sekarang Jihoon lakukan.
“Gue sama Hyungseob mau kumpul padus dulu, lo gapapa kan istirahat sendiri?”
Itulah kalimat Daehwi yang membuatnya berakhir dengan beberapa tumpuk buku dihadapannya. Sebenarnya Jihoon lapar, hanya saja malas jika ke kantin sendiri tanpa kedua sohib-nya.
Kriettt.. Suara derit kursi yang tengah ditarik membuat atensi pemuda Park itu teralih. Matanya sedikit menyipit tatkala menyadari seseorang yang ia kenal duduk dihadapannya tanpa babibu. “Kenapa? Ngelihatin gue mulu perasaan, naksir tau rasa lo!” Diliriknya Jihoon sekilas lalu kembali dengan setumpuk rumus matematika dihadapannya.
“Idihh.. geer banget lo! Lagian bangku kosong masih banyak kenapa duduk disini sih? Ganggu konsentrasi gue aja lo!” Cercah si gembil dengan nada kesal. Meski begitu tak membuat figur dihadapannya terusik barang sedikitpun.
“Suka-suka gue mau duduk dimana. Emang bangku ini punya bapak lo? Sampe gue duduk disini lo sewotin?”
“Rese banget jadi orang!” Yang lebih muda merengut kesal.
Emang ya semua cowok sama aja!
Jihoon kesal tentu saja, meski begitu ia tetap melanjutkan acara membaca buku novel bersampul blue sky ditangan, sembari sesekali mencuri pandang ke arah kakak tingkatan dihadapannya. Katakanlah Jihoon kepo tapi kenyataannya memang benar. Coretan demi coretan terukir rapih diatas kertas, sederet angka berjejer hingga hampir memenuhi separuh halaman.
Yang semula hanya lirikan, kini Jihoon terang-terangan memandangi Jinyoung—ahh lebih tepatnya pada coretan tinta yang telah diukir. Entah sadar atau tidak hingga kini si manis berpipi gembil itu tak lagi memegang bukunya, ia memilih menopang kedua pipi dengan tangan—meneliti setiap inchi apa yang tengah dilakukan sang kakak tingkatan.
“Kedip. Juling mata lo ntar kelamaan lihatin ketampanan gue.”
Jihoon mendengus kesal, bibirnya mengerucut lucu. “Kagak lihatin lo ishh.. gue lagi komunikasi sama penghuni perpus sini.” elaknya, meski ngga ada nyambungnya tapi yasudah terserah Jihoon saja.
“Lo apakabar?” Tak lepas dari pena dan kertas dihadapan—Jinyoung bertanya. Membuat Jihoon mengernyitkan dahi.
“Baik, kenapa emang?”
“Gapapa nanya doang apa salahnya. Sehabis lo pingsan gue belum nanyain kabar lo lagi. Udah sehat lo?” Kini atensinya tak lagi pada hal yang ia kerjakan, melainkan pada objek manis yang tengah mengerjab bingung dihadapannya. Manik sekelam langit malam itu menatap lurus pada figur yang lebih muda.
“Eum.. u-udah kok. Kan udah hampir dua minggu juga kejadiannya..”
Demi apa gugup gue anjir! Gak nyantee banget kak Jinyoung natapnya idihh!
“Hmm..”
“Makasih udah nolongin waktu itu, kak.”
Jinyoung tersenyum tipis, hampir tak terlihat. Tapi Jihoon masih bisa menyadari lengkungan kurva yang terbentuk pada bibir pemuda Bae itu. Perasaan gue aja apa emang kak Jinyoung tuh lumayan cakep ya kalau senyum gitu..
![](https://img.wattpad.com/cover/376792529-288-k647934.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(i).「Hello, Goodbye - Deepwink」
Fanfiction(n). 'cause it's magic when two people fall in love.