Chapter 4 : Nikah

74 11 1
                                    

Acara selesai pukul 7 malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Acara selesai pukul 7 malam. Mengingat mereka adalah tetangga dan pernikahan dilaksanakan di daerah rumah mereka, sehingga tamu yang datang tak kunjung berhenti.

Baru beberapa menit yang lalu orang rumah Khalisa pulang, mereka masih harus menjamu tamu dan keluarga jauh yang datang. Sedangkan Khalisa sendiri sedang menempati kamar lelaki yang sudah jadi suaminya.

Ia duduk di pinggiran ranjang, mengamati sekitar, seolah ini adalah tempat asing yang seharusnya tidak ia sambangi. Khalisa pernah sekali ke kamar ini, waktu keduanya masih berada di bangku sekolah dasar, untuk mengerjakan tugas bersama.

Helaan nafas entah yang ke berapa kali telah keluar dari mulutnya.

Tolong yakinkan Khalisa bahwa semua yang ia lakukan adalah hal yang tepat. Ia menatap bagian lengan yang masih terbalut kebaya cantik pilihan Kak Jenna -kakak iparnya. Cantik sekali di tubuhnya, tapi jauh di lubuk hatinya, ia merasa masih belum pantas memakai kebaya ini.

Pintu kamar dibuka, wajah cantik milik kakak iparnya muncul dari celah pintu. "Ca? Kok belum mandi?"

Memaksakan senyum, Khalisa bangkit dan menghampiri Kak Jenna. "Kak, aca malu lewatnya, masih rame kan di depan."

Kak Jenna menoleh ke belakang. Memang benar rumahnya ramai di segala sudut, tak terkecuali dapur yang menjadi jalan menuju kamar mandi.

"Iya sih, apa mau ganti baju aja? Gatel kan pasti."

Khalisa mengangguk. "Boleh deh ka, sekalian mau hapus makeup."

"Ada gak micellar water-nya?"

"Ini dikasih sama periasnya tadi, yaudah aku ganti baju dulu ya ka."

Setelah Kak Jenna pergi, Khalisa lantas bergerak. Pertama ia menghapus riasan yang dari pagi tadi menempel di wajahnya. Lalu, setelahnya ia membuka kebaya dan segala riasannya.

"Ca... anjir sorry gatau gue."

Naas, saat dirinya hendak memakai kaosnya, seseorang membuka pintu. Itu Janued, si empunya kamar. Namun, bukannya lelaki itu membatalkan niatnya untuk masuk, ia malah masuk dan berdiri di depan pintu yang tertutup.

Khalisa berdecak sebal, dia jadi harus tergesa memakai kaosnya.

"Ketok dulu orang mah."

"Lah, kamar gue ini." Ledek lelaki itu, sembari berjalan ke kasur dan duduk di sana.

"Au ah."

Masa bodo dengan presensi suaminya, Khalisa melanjutkan pekerjannya melepas sanggul dan kegiatan memuakan, karena rambutnya jadi kusut karena disasak.

"Kenapa gak mandi aja ca? Liat kusut gitu."

Benar, Khalisa dengan sekuat tenaga menyisir rambutnya, bahkan kalau dilihat ia seperti sedang menarik tambang, karena keras sekali. Kalau dipaksakan, entah sisir yang patah, atau tangannya yang patah.

Pure Petals ㅡ Jenrina | Bluesy [Jeno x Karina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang